ENAM

Kalau kamu membaca cerita ini, jangan lupa untuk meninggalkan komentar untukku. Supaya bisa kubaca-baca dan bikin aku bersemangat dan betah di sini :-) Terima kasih sudah mengikuti cerita Lamar dan Malissa.

Love, Vihara

(IG/Twitter/FB/TikTok ikavihara, Tokopedia/Shopee ikavihara, kumpulan bab esktra ada di karyakarsa.com/ikavihara)

***

"Nggak apa-apa, Ma. Ada Mama dan semua di sini ... itu ... sudah ... aku bersyukur."

"Maafkan kami, Lissa ... maaf...." Ibu mertuanya menangis tersedu-sedu sambil menciumi jemari Malissa. "Kami tidak bisa membawa Bhagas ke sini ... kami ... tidak bisa ... maafkan Mama dan Papa...."

Saat itu, Malissa ingat betapa hancur hatinya. Suaminya tidak mau menemuinya pada salah satu hari istimewa mereka. Di hari pernikahan, Bhagas mengatakan Malissa adalah satu-satunya orang yang paling penting dalam hidupnya. Di ranjang rumah sakit hari itu, seminggu sebelum ulang tahun pernikahan mereka yang pertama, jauh di dalam hati kecilnya Malissa tahu semua sudah berubah. Malissa, pernikahan, dan anak-anak mereka tidak lagi penting. Karena Bhagas tidak mau meninggalkan apa pun yang dikerjakannya, untuk berdiri di samping Malissa, menanti kelahiran buah cinta mereka. Cinta. Kalau benar bualan yang keluar dari bibir Bhagas dulu, sebelum dan sesaat setelah mereka menikah.

Hati Malissa yang sudah hancur, semakin remuk tatkala membayangkan betapa sedihnya si kembar, seandainya bisa tahu ayahnya tidak antusias menyambut kedatangannya ke dunia. Bahkan ayahnya tidak mau ke sini, tidak bersedia menjadi orang pertama yang membisikkan suara azan ke telinga kecil mereka. Kalau Bhagas tidak ingin punya anak, kenapa dia tidak terus terang kepada Malissa. Kenapa Bhagas justru melarang Malissa yang ingin menunda kehamilan selama satu atau dua tahun. Supaya mereka bisa berduaan—yang tidak banyak dilakukan sebelum menikah—lebih dulu.

"Umurku sudah tiga puluh tujuh, Lis. Orangtuaku sudah waktunya punya cucu. Mereka sudah tidak sabar." Begitu kata Bhagas dulu.

"What exactly did I do to deserve this?" Malissa pernah bertanya kepada dirinya sendiri, sesaat sebelum Anna lahir. Iya, lahir Anna lebih dulu tapi Malissa memutuskan Anna anak kedua. Di dalam kepalanya, Malissa sering membayangkan Andre memberi kesempatan Anna berjalan ke dunia lebih dulu. Andre mengantar Anna dan memastikan Anna selamat. Baru kemudian menyusul.

Hingga Malissa menyusui anak-anaknya untuk pertama kali, Bhagas tetap tidak kelihatan batang hidungnya. Karena sibuk membayangkan perasaan anak-anaknya—yang tidak juga dijenguk ayahnya—saat itu Malissa sampai tidak tahu kalau Bhagas sedang menjadi topik pembicaraan paling panas di setiap sudut rumah sakit. Tetapi tidak di dalam ruangan Malissa. Belakangan Malissa tahu ayah mertuanya menggunakan koneksinya sebagai dokter senior dan meminta agar tidak berita apa pun—walaupun hanya satu kata—yang mengganggu Malissa selama berada di rumah sakit.

"Mama nggak akan melupakan hari ini, Sayang." Waktu itu Malissa mencium anak-anaknya, yang berada di gendongan kanan dan kiri. "Suatu hari nanti Mama akan melihat kembali ke belakang dan Mama akan menceritakan kepada kalian betapa bangganya Mama pada kita bertiga." Suatu hari nanti Malissa akan memikirkan penjelasan yang tepat, jika si kembar bertanya kenapa ayahnya tidak pernah ada dalam setiap foto. Bahkan pada detik pertama kehadiran mereka di dunia. Atau meminta ayah mereka untuk menjelaskan sendiri.

***

 "Mama beli buku baru tadi. Karena Anna dan Andre pintar saat di day care. Kata Miss Tia tadi Anna dan Andre ... kasih cookies kepada teman-teman?" Ini adalah hari pertama anak-anaknya dititipkan. Ibu mertua Malissa yang mencarikan tempat penitipan anak. Walaupun disediakan kudapan dan makan siang di tempat penitipan, Malissa tetap menyelipkan satu bungkus cookies berbentuk dinosaurus dan bintang, kesukaan Andre dan Anna di ransel mungil mereka. Kalau si kembar rewel di sana, makanan yang familier mungkin bisa membantu.

"Mama, besok beli lagi?" Dibandingkan Andre, Anna lebih lancar berbicara. Kalimatnya lebih lengkap dan perbendaharaan katanya lebih banyak.

"Besok kita beli di E&E." Bakery langganan Malissa menjual kudapan-kudapan sehat. Baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. "Sekarang baca cerita dulu."

Malissa mengambil tempat di tengah tempat tidur, duduk menyandar. Di bawah kedua lengannya, si kembar meletakkan kepala. Karena mereka akan membaca buku bergambar, maka Malissa mengatur posisi agar keduanya bisa melihat gambar dengan jelas.

Salah satu kebiasaan baik yang ditanamkan Malissa kepada anak-anaknya adalah kecintaan pada buku. Pada membaca. Karena buku cerita adalah suatu media pembelajaran yang tidak ada duanya. Buku-buku itu melatih kecerdasan anak-anak, memancing rasa penasaran, mengajari mereka sesuatu yang baru, membawa mereka ke berbagai macam dunia, dan mengajak mereka berani bermimpi. Malissa tidak akan bilang tidak punya uang dan tidak punya waktu untuk membeli buku maupun membaca bersama si kembar.

"Siapa?" Telunjuk mungil Andre menyentuh ilustrasi cover, seseorang berbaju astronot berwarna jingga, yang tengah menatap langit malam penuh bintang.

"Siapa ya? Kita baca ceritanya biar tahu." Malissa membuka buku.

Di hadapan mereka kini terpampang gambar seorang anak perempuan sedang menyandar di batang pohon dengan mata terpejam. Tas sekolah dan buku-buku tergeletak di samping kakinya. Di balik semak, seekor kucing berwarna hitam dan putih mengintip. "Si kecil Mae suka melamun. Membayangkan naik pesawat. Membayangkan punya kuda. Suatu hari Ibu Guru ingin Mae bercerita, kalau besar Mae mau jadi apa. Andre dan Anna mau jadi apa waktu besar nanti?"

"Jadi mama!" Teriak Anna tanpa ragu.

"Dinoa-yus." Andre menjawab.

"Anna pasti bisa menjadi ibu yang lebih baik daripada Mama. Andre juga, nanti pasti bisa melihat dinosaurus." Malissa mencium kepala anak-anaknya bergantian. Karena tidak, atau belum, mengenal konsep ayah, Andre tidak akan menyebut cita-cita menjadi ayah.

"Apa yang akan kamu tulis, Mae, tanya ibunya. Mae menjawab aku ingin melihat bumi. Anna dan Andre tahu bumi? Kita semua tinggal di bumi. Setelah makan malam, Mae dan ibunya berdiri di teras. Ini bumi, Mae, kata ibunya. Tanah, bunga, hutan, dan gunung adalah bagian dari bumi. Aku tahu, Ibu, kata Mae. Mae menunjuk langit, tapi aku ingin melihat bumi dari atas sana."

Malissa tersenyum melihat si kembar kini sudah tidak lagi memperhatikan gambar. Kepala mereka terkulai. "Kalau begitu, kamu harus menjadi astronot, Mae. Supaya kamu bisa bisa melihat bumi dari ruang angkasa, kata ibu Mae."

Setelah memastikan anak-anaknya benar-benar sudah pulas, Malissa memperbaiki posisi tidur mereka. Lalu menyelipkan boneka T-Rex di samping Andre dan boneka kelinci di ketiak Anna. "Terima kasih sudah membuat Mama tersenyum dan tertawa hari ini. Mama bahagia karena Anna dan Andre ada dalam hidup Mama. I love you, My Little Bunnies."

Malissa mencium anak-anaknya sekali lagi, sebelum meninggalkan kamar. Saat si kembar sudah tidur seperti ini, baru Malissa merasa kesepain. Andre dan Anna selalu bersama, memiliki satu sama lain. Sedangkan Malissa? Meski Malissa terbiasa hidup sendiri selama tiga tahun lebih—dan baik-baik saja—bukan berarti Malissa menyukainya. Si kembar memang membuat Malissa sibuk sepanjang hari, tapi di malam hari, di antara jam tidur mereka dan jam tidur Malissa—yang sangat tidak menentu—Malissa sering membayangkan bagaimana rasanya punya pasangan hidup. Pasangan yang sudi tinggal serumah dengannya. Yang tidak menganggapnya sebagai pengganggu. Yang tidak menghindarinya dengan alasan jadwal operasi di rumah sakit padat dan sulit, sehingga harus bertapa demi bisa tetap fokus.

Atau kalau punya suami memang belum menjadi rezekinya, Malissa berharap setidaknya dia punya teman bicara. Yang tidak berumur tiga tahun. Yang tidak bicara dengan kalimat-kalimat pendek. Malissa menjatuhkan diri di sofa ruang tengah. Karena tidak bisa mendapatkan itu semua, Malissa akan membaca buku. Ada pakaian yang harus dilipat dan ruangan—semua ruangan di rumah ini—yang harus dirapikan. Tetapi Malissa sedang tidak ingin melakukannya. A mother's work is never done. Ke mana mata memandang, Malissa pasti bisa menemukan sesuatu yang harus dibereskan. Kalau dituruti semua, Malissa tidak akan punya waktu untuk meluruskan kakinya.

Belum sempat Malissa membuka buku, ponselnya—yang berada di atas meja bundar rendah di depan sofa—bergetar pendek. Malissa tersenyum pahit membaca nama yang tertera di layar. Lamar. Setelah makan malam itu, hingga hari ini, tidak ada komunikasi sama sekali di antara dirinya dan Lamar. Sewaktu Malissa menawari Lamar untuk menjadi relawan di acara giveaway, Lamar tidak mengiyakan dan tidak menolak.

Kakak iparku tanya, kalau mau mendonasikan susu bayi dan perlengkapan bayi apa bisa diterima? Untuk merayakan ulang tahun alm. anaknya.

Tanpa sadar Malissa mendesah kecewa. Lamar mengirim pesan bukan untuk menanyakan kabar Malissa. Atau mengonfimasi kehadirannya pada acara giveaway. Kalau Lamar datang, paling tidak Malissa bisa puas memandanginya seharian.

Wake up, Lissa, Malissa menepuk pipinya sendiri, kamu sudah bukan remaja lagi, yang nggak sabar menunggu pagi dan berharap bisa melihat cowok yang disukai di sekolah. Fokusmu adalah anak-anakmu, bukan mencari pacar.

Pandangan Malissa jatuh pada deretan foto di dinding. Rangkaian perjalanan Malissa bersama dua anak yang luar biasa. Bingkai-bingkai tersebut memang bisa menyampaikan cerita kepada siapa saja yang melihatnya, tapi tidak akan pernah muat menampung besarnya cinta Malissa kepada kedua anaknya.

Menikah lagi adalahsebuah keputusan penting yang akan dibuat Malissa dengan banyak pertimbangan.Sebab saat membicarakan cinta atau jatuh cinta, yang terlibat bukan hanya satuhati, melainkan tiga. Milik Malissa, Andre dan Anna. Kegagalan suatu hubungan,atau pernikahan, bukan hanya menghancurkan hati Malissa. Tetapi Andre dan Annajuga. Melindungi anak-anak adalah prioritas utama Malissa.

###

GIMANA? GIMANA? LAMAR BAKAL DATANG NGGAK KE ACARA GIVEAWAY?! *gak santai hahaha*

Jangan lupa baca cerita kakak-kakaknya Lamar. Elmar dalam A Wedding Come True dan Halmar dalam The Promise of Forever. Rp 45.000 aja untuk membaca keduanya dan buku-bukuku yang lain, di aplikasi Gramedia Digital dengan Fiction Premium Package.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top