Chapter 30 - Finding Skye [Part 2]

Michael, bagaimana?" Aku bertanya pada Michael.

"I'm working on it." Jawab Michael sambil berselancar di Google Chrome ponselnya.

Setelah mengunjungi kediaman Crandall dan tidak mendapatkan hasil apapun, kami kembali ke sekolah.

Michael sangat brilian! Ia menduga Skye pergi ke konser band metal favoritnya dan tidak mengabari siapapun, entah apa tujuannya. Namun hal ini menjadi sulit karena banyak sekali poster band metal di kamar Skye. Akhirnya kami membuat sebuah daftar, lalu mencocokan tanggal dan lokasi konser yang akan dilakukan band-band tersebut. Jika ada tanggal yang dekat dengan hari ini dan lokasinya tidak jauh dari Cedar Cove, kemungkinan di sana lah Skye berada.

"Bring Me The Horizon?" Tanya Aiden sambil membaca daftarnya.

Michael menggeleng sambil terus terfokus pada ponselnya, "Mereka konser bulan depan, di Perth, Australia. Next!"

"My Chemical Romance?" Tanya Aiden lagi.

Michael mengernyit, "Band itu sudah bubar!"

"Kau ketinggalan jaman! Mereka sudah comeback!" Seru Aiden.

"Oh, really?" Michael terkejut, dengan cepat ia berselancar kembali di Google Chrome-nya, "Wow, kau benar! Kurasa aku akan menabung mulai dari sekarang untuk membeli tiket--"

"Guys! Focus!" Aku menginterupsi.

"Sorry!" Michael kembali berselancar, "Tetapi mereka tidak mengadakan konser lagi dalam waktu dekat. Next!"

"The Orbital Necromancer." Aiden menjawab sambil mengernyit.

"The Orbital Necromancer? Band apa itu?" Tanya Rory.

"Sepertinya ini band Indie." Jawab Aiden.

"Gotcha!" Seru Michael.

Kami semua mendekat ke arah Michael untuk melihat tampilan layar ponselnya.

"The Orbital Necromancer konser malam ini di Cedar Cove, pukul 7. Dan besok mereka akan konser di New York." Jawab Michael. "Ada kemungkinan Skye pergi ke sana."

"Are you sure?" Tanya Rory skeptis.

"100% percent! Anak-anak sepertiku dan Skye selalu menjadikan konser musik sebagai pelarian." Jawab Michael dengan penuh percaya diri.

"Michael, you're genius!" Pujiku.

Aiden mencibir, "Oh, please, jangan memujinya. Hidungnya bisa terbang."

"Oh, come on, kau hanya iri pada kemampuanku!" Ejek Michael.

"Hey, guys! Stop!" Rory melerai mereka.

"It's okay, Rory. Saling menghina adalah makanan keseharian kami." Jawab Aiden.

"Relax, Prince Charming. Yang terpenting kemungkinan lokasi Skye sudah ditemukan." Jawab Michael dengan sarkas.

Rory mengernyit. Sepertinya ia tidak suka disebut 'Prince Charming'.

Karena Aiden dan Michael tidak bisa ikut mencari Skye bersama kami, kami membutuhkan bala bantuan yang lain. Rory sudah menghubungi Erin dan Ajay untuk datang ke sekolah. Tidak lama kemudian, Ajay datang menghampiri kami di cafeteria outdoor bersama Erin.

"Hey." Sapa Ajay.

"Kudengar Skye belum ditemukan?" Erin menekuk wajahnya, ia terlihat sangat khawatir.

Aku mengangguk, "Yeah. Kita harus mencarinya. Michael memiliki kemungkinan tempat yang bisa kita kunjungi."

"Count me in." Erin mengangguk mantap.

"Well, good luck, guys!" Ucap Aiden. "I have to go. Ada janji."

"Whatever, lovebird. Pasti janji dengan Nat? Apakah Nat tidak bosan melihatmu hampir setiap hari?" Cibir Michael.

"Yeah. Bagaimana dengammu? Apakah kau punya janji dengan seorang gadis sampai-sampai gadis itu bosan dengamu?" Balas Aiden.

"Ada! Maria!" Michael menjawab dengan sedikit emosi.

"Oke, whatever. Kalian memang sahabat yang sangat serasi." Cibir Aiden. Terdapat penekanan di kata 'sahabat'.

Michael memelototi Aiden, namun sedetik kemudian ia menutup matanya dan menghela napas berat untuk menahan emosi.

Aku mendekat ke arah Rory dan berbisik di telinganya, "Apakah kita harus membiarkan mereka terus berkelahi seperti ini?"

Rory balas berbisik, "Trust me, inilah yang dinamakan level tertinggi dari bromance."

Setelah berpamitan dengan Michael dan Aiden, kami menjelaskan pada Ajay tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Skye.

"Astaga, klub teater kehilangan sutradara, sekarang salah satu teknisi juga menghilang?" Ajay menghela napas dan menyibakkan rambutnya. "Mengapa harus di saat aku tidak ada? Poor Skye."

"Yeah, kami semua khawatir ketika ia tidak hadir untuk latihan dan mematikan ponselnya begitu saja." Ucap Erin.

"Skye selalu memainkan ponselnya setiap saat. Terlalu ganjil jika kini ponselnya tidak bisa dihubungi." Aku menambahkan.

"We have to find her." Tegas Rory.

"Untuk The Enchanted Kingdom dan untuk Skye, teman kita." Ajay mengangguk mantap.

Aku mengangguk, "Good. Let's go!"

*****

Sesampainya di lokasi, yaitu sebuah stadium di pusat kota Cedar Cove, langit sudah menjadi gelap secara keseluruhan. Setelah membeli tiket, kami masuk ke dalam lokasi konser dan pergi mencari Skye. Harga tiket The Orbital Necromancer terbilang murah, karena mereka adalah band indie. Ajay yang kaya raya dengan senang hati membelikan tiket untukku, Erin dan Rory.

"Well, dari mana kita harus mulai mencari?" Tanya Rory.

Ajay memicingkan matanya dan memperbaiki posisi kacamatanya, "Skye berambut merah, seharusnya tidak sulit untuk mencarinya. Kerumunan di sini juga tidak sepadat perkiraanku."

"Yeah, rambut Skye seperti api di tengah kayu dan kerikil." Erin mengangguk.

Pandanganku terfokus pada seorang gadis dengan rambut merah panjang yang melompat-lompat di tengah kerumunan.

"Guys, kurasa aku melihat Skye. Apakah itu benar dia?" Aku menunjuk ke arah gadis tersebut.

"Kalung choker hitam yang gadis itu pakai sama persis dengan milik Skye." Ajay mengelus dagunya, "Warna lipstick-nya juga sama."

"Itu memang Skye!" Seru Erin.

"Michael memang jenius!" Senyumku mengembang, "Ayo kita hampiri dia!"

"Bagaimana caranya? Kerumunan di sini padat sekali!" Rory bertanya.

Aku tidak menghiraukan Rory, melainkan dengan impulsif masuk ke dalam kerumunan dan pergi menghampiri Skye.

"Nicole Jenkins!" Teriak Ajay.

"Nicole, wait!" Erin juga berteriak.

Aku menoleh ke belakang, Ajay, Erin dan Rory mengikutiku menyelami kerumunan manusia.

"Hei!"

"Perhatikan jalanmu, brengsek!"

Kau menginjak kakikku, dickhead!"

Begitulah kira-kira umpatan kerumunan di sekitar kami ketika kami berjalan menghampiri Skye. Sedikit lagi, jarak kami dan Skye hanya sekitar beberapa meter saja.

"Skye Crandall!" Ajay berteriak.

Skye yang merasa terpanggil, menoleh ke sekitarnya dan berusaha mencari sumber suara. Tidak lama kemudian, ia melihat kami berempat. Kedua netranya membulat sempurna, panik, dengan cepat ia pergi ke arah kanan dan menyelami kerumunan untuk menjauh dari kami.

"No! Skye! Come here!" Erin berteriak.

"Mengapa ia pergi?" Tanyaku.

"Sial! Anak itu memang sulit diatur!" Ajay menggerutu.

"Lalu sekarang bagaimana?" Rory sedikit panik.

Ajay menunjuk ke arah kanan, "Rory, Erin, kalian pergi ke kanan, aku dan Nicole akan kejar dia dari belakang."

"Aye aye captain director!" Seru Rory.

"Rory! It's not the right time for a joke!" Bentak Ajay.

"Sorry." Rory terkekeh.

Kami berpencar untuk mengepung Skye. Lagi-lagi kami mendapat banyak sekali umpatan di sekitar kami. Namun usaha kami tidak sia-sia, Skye akhirnya terkepung di tengah-tengah kerumunan.

"What the hell are you guys doing here?!" Skye meninggikan suaranya.

"Kami mengkhawatirkanmu!" Jawabku.

"Leave me alone!" Skye hendak pergi meninggalkan kami, namun dengan cepat Rory menghadangnya.

"Please, kami hanya ingin berbicara denganmu. Bisakah kita menyingkir dari kerumunan ini dan berbicara baik-baik?" Lirih Rory.

"Seharusnya kalian tidak pergi mencariku! Bagaimana kalian sadar kalau aku menghilang dari sekolah?" Bentak Skye.

"You're our friend! Tentu saja kami sadar kalau kau menghilang!" Jawabku.

Skye terdiam, aku dapat melihat kedua maniknya yang berkaca-kaca. Dengan cepat ia menghapus air matanya dengan kedua tangan.

"Tidak usah merasa kasihan padaku!" Ia terisak.

"What? Kasihan!?" Ajay mengernyit.

Aku menggeleng, "Kami benar-benar peduli padamu, Skye. Kau teman kami semua!"

"Kalau kalian benar-benar temanku, seharusnya kalian menghormati keputusanku!" Bentak Skye.

"Keputusan apa--"

Sebelum Rory menyelesaikan kalimatnya, Erin memotong, "Okay, tapi bisakah kita menyingkir dulu dari sini? Kami hanya ingin tahu apa keputusanmu, dan apa alasanmu menghilang dari kami."

"Bukankah semuanya sudah jelas?!" Skye masih tetap keras kepala.

"No, kami ingin mendengarnya langsung darimu. Shall we?" Erin merendahkan suaranya.

Skye menunduk, namun tidak lama kemudian ia mengangguk. kami berempat keluar dari kerumunan dan menepi di salah satu sudut gedung yang cukup sepi.

"Explain." Titah Ajay.

Skye menggigit bibirnya sebelum mulai bercerita, "Malam itu, kedua orang tuaku benar-benar memarahiku, dan itu adalah puncak kemarahan terdahsyat orang tuaku. Ditambah lagi Brian yang menyulut api, ucapan kasar kedua orang tuaku benar-benar membuatku gila. Sempat terbesit di benakku, apakah aku sebaiknya mati saja?"

Aku tersentak, begitu pula dengan Rory, Erin dan Ajay.

"Skye--" Lirih Erin.

Rory panik, "Jangan bilang kau--"

Skye menggeleng dan tersenyum tipis, "I'm not that stupid. Mati bukan jawaban dari segalanya. I won't do that, relax."

Aku menghela napas lega. Aku tidak pernah merasa selega ini seumur hidupku.

"Keluargaku bahkan menganggapku sampah hanya karena aku lupa hadir dalam pertemuan bisnis. Kini teman-teman di sekolah sudah tahu bahwa aku adalah Skye Crandall, adik dari Brian Crandall. Tidak akan ada yang mau berteman denganku di sekolah. Untuk apa aku tetap bersekolah? Aku akan menjalani kehidupan baruku dengan temanku, Darya, gitaris The Orbital Necromancer." Lanjut Skye.

"What!? Jadi kau berencana kabur dari rumah!? Jadi itu sebabnya kau membolos sekolah dan menghilang hari ini?" Ajay mengernyit.

"Bingo." Skye menyeringai.

Rory menunjuk ke arah gitaris band tersebut, "That woman?"

Skye mengangguk, "Yeah."

"So, what's your plan?" Tanya Ajay.

"Aku akan pergi dengan Darya malam ini, mereka akan terbang ke New York untuk konser kedua mereka besok." Jawab Skye.

"Wait." Aku mengernyit, "Kau dan Darya seakrab itu?"

"Yeah, aku selalu datang saat ia konser. Sesudah konser, kami sering bercerita satu sama lain. Ia membuang kehidupannya yang lama dan hidup berkelana sebagai gitaris band. Ia berhasil mewujudkan cita-citanya sebagai gadis yang terbang bebas tanpa ada kekangan dari pihak manapun. Tidak ada yang memarahinya, tidak ada yang membencinya. All of the band members love her." Jawabnya.

"Oke, apakah kau dan Darya sering hangout di luar jadwal turnya?" Tanya Rory.

"Memangnya itu penting?!" Bentak Skye.

"Of course. Friends always hangout together." Jawab Rory.

Erin bertanya dengan hati-hati, "Apakah kau yakin Darya benar-benar menganggapmu sebagai teman?"

Skye mengerutkan kening dan meninggikan suaranya, "Yeah! Ia bahkan mau mendengarkan semua cerita keluargaku!"

"Are you sure? Kalau begitu, apa ia bercerita hal yang sama padamu? Apakah kau tahu mengapa ia berkelana dan akhirnya membentuk sebuah band? Apa yang terjadi antara dia dan keluarganya, bahkan teman-temannya? Teman tidak saling menyimpan rahasia, kan?" Tanya Ajay.

Skye terdiam selama beberapa saat, ia terlihat kebingungan. Sudah kuduga, Darya hanya menganggap Skye sebagai fans, bukan teman sesungguhnya.

"Darya adalah orang dewasa. Usianya mungkin sekitar 23 tahun. Sedangkan kau--" Aku terdiam sejenak, "--Kau masih 16 tahun. Kau tidak bisa hidup berkelana seperti orang dewasa."

Skye mengusap wajahnya dengan kedua tangan dan menghela napas berat. Tidak ada satupun dari kami yang berbicara saat itu.

"Skye." Lirihku, aku menariknya ke dalam pelukanku.

"Bodohnya aku." Cicit Skye.

"It's okay." Aku mengelus punggungnya dengan lembut.

"Skye, I'm sorry. Tetapi kurasa Darya hanya menganggapmu sebagai fans, bukan teman." Rory menekuk wajahnya.

"Aku tidak berpikir hingga ke sana. Aku hanya ingin sepertinya, hidup bebas tanpa ada kekangan dari pihak manapun. Semua teman di band-nya pun menyayanginya." Ucap Skye parau. "Namun ia bahkan tidak menganggapku teman. I don't have anyone."

"Kau punya kami. Kami ini temanmu. We love you." Ucap Rory lembut.

"I'm sorry." Lirih Skye. Aku dapat merasakan bahuku basah karena air matanya.

"Skye, kami semua tahu kalau kau adalah putri bungsu keluarga Crandall. Bahkan sebelum orang tuamu datang ke perpustakaan." Rory tersenyum tipis.

Skye mendongak, "Huh? Really?"

Ajay mengangguk, "Mr. Olson mempunyai daftar anggota klub teater, dan namamu tertulis Skye Crandall."

"Dan kalian tidak peduli?" Tanya Skye.

"Tentu saja!" Erin tertawa kecil, "Kau selalu berbuat baik pada kami, kau juga teknisi yang giat bekerja saat latihan! Apakah kami punya alasan untuk membencimu?"

"I told you, semua orang akan tahu, dan mereka tidak akan peduli." Aku memeluknya semakin erat.

Skye tertawa kecil, ia memelukku semakin erat. Entah kenapa pelukannya terasa sangat hangat, ia pun sudah berhenti menangis sekarang.

"I'm so lucky to have you all by my side." Ucapnya. "Thank you."

******

"I'm back, bitches!" -Skye

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top