Chapter 18 - Homecoming Night


Malam homecoming sudah tiba, aku dan Nick bersiap-siap sebelum berangkat. Nick akan berangkat bersama Amber, sedangkan aku menunggu kedatangan Erin, Natalie dan Skye di kamarku sambil berdandan.

Tiba-tiba, suara bel pintu rumah kami berbunyi. Beberapa saat kemudian, Nick membanting pintu kamarku.

"Nicole! Amber sudah datang! Tolong bukakan pintu untuknya, aku belum bersiap-siap!" Nick terlihat panik.

Aku menggerutu sambil mengolesi blush on di pipiku, "Kau tidak lihat aku sedang berdandan?!"

"Tapi Amber adalah homecoming date-ku, aku tidak ingin Amber kecewa. Lihatlah aku, aku masih memakai boxer!" Ia menunjuk celana boxer-nya, membuatku mengerutkan hidungku.

Aku mendengkus kesal, kemudian beranjak dari meja riasku dan pergi ke pintu masuk. "Ew, kau menyebalkan, Nick!"

Aku berlari kecil menuju pintu rumahku. Ketika aku membukakan pintu, ternyata bukan Amber yang ada di depan pintu, melainkan Erin.

"Oh, Erin? Sorry, aku belum selesai berdandan!"

"It's okay, Nicole. Yang lain belum datang, kan?" Erin tersenyum padaku.

"Belum. Masuk, masuk!" Aku mundur dan mempersilahkan Erin untuk masuk.

Erin duduk di ruang tamuku. Saat hendak kembali ke kamar, aku melihat Nick berlari menuruni tangga, ia sudah berpakaian rapi. Nick menggunakan sebuah jas dan celana bahan berwarna hitam dengan dasi berwarna merah maroon. Ia juga menyisir rapi rambutnya.

"Amber Baby, maaf aku--" Ia berhenti berbicara ketika melihat Erin, "Oh, sorry! Kau temannya Nicole ternyata!"

Erin tersenyum lebar. "Yup. Aku Erin." Ia mengulurkan tangannya pada Nick.

"Nick." Nick menjabat tangannya.

"Nick, bisakah kau temani Erin sebentar? Aku masih harus bersiap-siap." Ucapku sebelum berlari kecil menaiki tangga.

"Okay! Cepatlah bersiap-siap, cinderella!" Nick berteriak padaku.

******

Sekitar sepuluh menit kemudian, aku selesai berpakaian. Aku menuruni tangga dan melihat Natalie, Skye dan Amber duduk di ruang tamuku. Mereka semua memakai make-up dan gaun yang sangat cantik.

"Lama sekali!" Skye protes.

"Tidak apa-apa, Nicole. Kami senang kok mengobrol dengan saudara kembarmu!" Erin tersenyum.

Aku tersenyum miring, "Oh really? Aku baru tahu seorang atlet bisa akrab dengan anak teater!"

"Your brother is amazing, Nicole!" Erin terlihat antusias. "Kami baru saja membicarakan tentang liga spanyol! Aku dan Nick kebetulan mendukung team yang sama!"

"Barcelona?" Aku bertanya.

"Yup!" Nick tersenyum lebar, ia melakukan high five dengan Erin.

"Babeeeeee, jangan abaikan aku!" Amber melingkarkan tangannya di lengan Nick dengan manja.

"Sorry babe, aku tidak dapat menahan diri kalau berbicara soal liga spanyol!"

Amber mengerucutkan bibirnya. Perlahan, senyum Nick mengembang, ia mencubit hidung gadis itu. Setelahnya, mereka tertawa bersama-sama.

Aku melirik ketiga temanku yang kini terdiam. Suasana benar-benar berubah menjadi canggung.

"Se-semuanya sudah datang, kan? Ayo, kita berangkat!" Aku mengalihkan pembicaraan.

"Oh my God!" Tiba-tiba Natalie berseru, ia berlari menuju jendela dan mengintip ke luar.

"Ada apa?!" Tanyaku panik.

"Itu Rory!"

Setelah mendengar kata 'Rory', aku berlari menyusul Natalie untuk mengintip ke luar jendela. Rory berjalan menuju mobilnya yang terparkir di trotoar, ia mengenakan suit berwarna hitam dengan kemeja putih yang dilengkapi dengan dasi berwarna navy. Rory terlihat sepuluh kali lebih tampan dengan pakaian formal!

"OMG OMG, Rory terlihat seperti pangeran dari dunia lain!" Ucap Natalie dengan antusias, namun tiba-tiba ia mengerutkan dahinya dan terlihat kesal, "Ugh, Danielle pasti senang sekali hari ini! Penyihir sialan itu!"

"Ha ha, yeah." Aku menjawab seadanya.

Rory sudah masuk ke dalam mobilnya dan pergi berkendara menjauh dari rumahku, Aku menatap kepergiannya dengan sendu.

Tiba-tiba aku merasa sedih karena tidak berbicara dengan Rory sama sekali selama seminggu. Apakah ia masih marah padaku?

"Okay, ayo berangkat! Aku akan pesan Uber." Skye mengeluarkan ponselnya.

"No!" Amber mengalihkan perhatian kami semua. "Berangkat saja denganku dan Nick! Aku bawa limousine."

Skye mengernyit, ia mengintip ke luar jendela, "Yang itu? Jadi kau yang menyewa limousine itu?"

"Aku tidak menyewanya. Itu memang punyaku." Jawab Amber polos, kami semua membelalak.

"Babe, kau punya limousine?" Nick bertanya.

"No, no, itu punya ayahku. Aku dan ibuku punya satu lagi di rumah." Amber menjawab.

Aku dan Nick membelalak, kami saling berpandangan, kedua bibir kami membulat membentuk huruf O.

Amber beranjak dari sofa dan menarik lengan Nick, "Let's go! Nanti kita terlambat!"

Aku dan ketiga temanku saling pandang. Skye mengangkat bahunya, sedangkan Erin dan Natalie mengangguk secara perlahan.

Sepertinya kami akan terjebak di antara dua insan yang sedang dimabuk asmara.

*****

Benar saja. Limousine baru berjalan sekitar lima menit, tetapi Amber dan Nick yang duduk di bangku paling pojok sudah terlihat sangat mesra! Amber bersandar di bahu Nick dan memperlihatkan ponselnya pada Nick, kemudian mereka tertawa bersama-sama. Entah apa yang ada di dalam ponsel Amber, Nick terlihat antusias dengan itu. Segalanya terjadi begitu cepat, tiba-tiba mereka berciuman di depan kami.

Aku memijat pelipisku, sepertinya aku harus berbicara empat mata dengan adikku sepulang homecoming. Aku bukannya iri karena aku tidak punya pacar, tetapi mereka terlihat sangat mesra setiap saat, orang di sekitarnya jadi merasa tidak nyaman. Seharusnya mereka menyimpan kemesraan mereka untuk mereka berdua saja.

"Sorry." Aku menekuk wajahku sambil berbisik pada ketiga temanku.

"It's okay, Nicole." Erin tersenyum tipis.

Aku melirik ke arah Skye dan Natalie yang sedang memainkan ponselnya. Natalie sedang stalking akun Instagram Rory, sedangkan Skye sedang melihat kumpulan meme konyol di Twitter. Mereka tampak tidak peduli dengan kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara itu.

Aku dan Erin berusaha menghindari kontak mata dengan mereka berdua, kami diliputi keheningan yang cukup panjang sepanjang perjalanan.

"Jadi ini pesta dansa pertamamu, huh?" Tanya Erin padaku.

"Yeah. How about you?"

"Aku senior, ini homecoming ketigaku."

"Apakah kau selalu datang bersama murid teater?" Tanyaku.

"Well." Erin mengelus dagunya, "Aku datang bersama mantan pacarku saat tahun pertamaku, dan Natalie di tahun keduaku."

"Yeah, kami datang berdua tahun kemarin." Jawab Natalie tanpa memalingkan pandangannya dari ponsel. "Dan kini kita berdansa berempat!"

"Oh, no. Aku tidak bisa berdansa. Mungkin aku akan berdiam diri di snack bar dan melahap apapun yang ada di sana." Jawab Skye.

"Aku bisa mengajarimu!" Ucap Natalie.

"No, thanks." Jawab Skye singkat.

"Ugh, kau terlalu kaku!" Natalie menggerutu.

Aku melihat senyuman kecil di wajah Skye, sebelum ia kembali terfokus pada ponselnya.

Di dalam limousine, terdapat dua kubu yang sedang mengobrol, yaitu kubu Nick dan aku. Yah, pergi bersama kawan-kawan teater juga tidak buruk. Siapa bilang aku harus datang bersama pasangan?

*****

Akhirnya kami sampai di gym Berry High, tempat di mana homecoming night diadakan. Kini aku dapat bernapas lega karena bisa lepas dari adikku dan pacarnya yang terlalu 'clingy'.

Saat Erin, Skye dan Natalie berjalan di depanku, aku terfokus mengamati keadaan di sekitarku. Dekorasi interior yang dibuat oleh homecoming committee, murid-murid yang berpakaian formal dan berkilauan, serta camilan yang ada di snack bar. Untuk pertama kalinya aku datang ke pesta dansa sekolah. Apakah benar bahwa pesta dansa sekolah selalu menjadi momen yang tidak terlupakan?

Aku berjalan perlahan-lahan dan tanpa sadar kehilangan ketiga temanku. Aku melihat ke sekeliling untuk mencari mereka. Tanpa sengaja, aku menabrak seseorang.

"Aduh!" Seseorang itu meringis.

Dengan cepat aku mendongak, "S-sorry--loh, Myra?"

"Hai, Nicole, it's okay!" Myra tersenyum, "Mengapa kau sendirian? Mana homecoming date-mu?"

"Aku pergi bersama murid-murid teater, bukan pasangan." Aku tersenyum pahit.

Myra menyikut lenganku dan tersenyum, "Hei, jangan sedih seperti itu! Aku juga datang tanpa pasangan, kok!"

"Really?"

"Yeah. Tetapi aku masih punya teman-temanku. Ayo, ikut saja bersamaku. Ada Aiden, kok." Myra meraih tanganku, aku berjalan mengikutinya dari belakang.

Myra menuntunku pergi ke snack bar. Di sana, aku melihat Aiden, Nat, serta beberapa senior yang sedang duduk menikmati hidangan.

"Hai, guys, kenalkan, ini Nicole! Ia salah satu aktor The Enchanted Kingdom!" Myra memperkenalkanku pada semua teman-temannya.

"Hai, Nicole!" Seorang laki-laki berambut keriting berkulit eksotis mengulurkan tangannya, "Aku Caleb."

"Caleb? Kau kapten tim football? Kau temannya Nick, kan?" Aku menjabat tangannya.

"Nick Jenkins?" Ia tersenyum lebar. "Yeah. Ternyata kau saudara kembarnya Nick! Nicole Jenkins?"

"Yeah, that's me!--" Aku melepas jabatan tangan Caleb dan menoleh ke arah seorang anak laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat serasi. "--Dan kalian?"

"Maria Flores--" Si perempuan menjawab, ia menoleh ke arah laki-laki di sebelahnya, "--Dan ini Michael Harrison."

"Kita pernah bertemu." Michael berbicara padaku.

Aku mengernyit, "Hah? Really?"

"Di party Amber. Kita berbicara di tengah kerumunan." Michael merespon.

Aku mengernyit, sungguh, aku benar-benar lupa kapan pernah bertemu dengannya.

"It's okay, Nicole, wajah Michael memang mudah dilupakan." Aiden terkekeh.

Michael menoleh ke arahnya dan memelototinya, kemudian melemparkan beberapa nachos ke arahnya, "Sialan kau!"

"Michael, jangan kotori jas Aiden!" Nat memarahi Michael.

"Sorry!" Michael terkekeh.

Aku menoleh ke arah Nat yang sedang duduk di bangku snack bar dengan kaki yang dibalut gips. Setelah membersihkan remah-remah nachos dari jas pacarnya, ia menoleh ke arahku dan mengulurkan tangannya. "Aku Nat."

Aku menjabat tangan Nat dan menjawab dengan canggung, "N-Nicole."

Tidak bisa dipercaya aku bisa berhadapan langsung dengan gadis paling populer di Berry High. Dalam jarak sedekat ini, Nat terlihat sempurna. Aku hampir tidak melihat kekurangan apapun di wajahnya, ditambah dengan sifatnya yang ramah dan murah senyum, ia benar-benar terlihat sangat cantik. Aiden beruntung sekali bisa menemukan gadis ini di hidupnya.

"You're gorgeous." Aku menyeletuk.

Nat terlihat sedikit terkejut, ia mengerjap, "Oh, thanks!"

Aku memejamkan mataku dan berdecak, kemudian merutuki diriku sendiri. Untuk apa aku berbicara begitu di depannya?!

"Tentu saja! Nat kan homecoming queen tahun ini--" Maria angkat bicara, namun dengan cepat ia menutup mulutnya.

"What?!" Myra membelalak.

"Hah?! Nat terpilih lagi!?" Aiden terkejut.

Caleb membelalak, ia memelototi Maria. "Maria, apakah kau baru saja memberi Nat bocoran kalau ia homecoming queen yang terpilih?! Pemenangnya kan masih diumumkan satu jam lagi!"

Michael tertawa lepas, "Seriously? Class President macam apa kau?! Nat jadi tidak terkejut lagi kalau nanti namanya diumumkan sebagai pemenang, kan?"

"Michaeeeel!!!" Ia memukul dada Michael bertubi-tubi untuk menutupi rasa malunya, sedangkan yang dipukul hanya tertawa renyah.

Di saat semua orang terfokus pada mereka berdua, aku memalingkan pandangan ke arah Nat dan Aiden yang sedang mengobrol. Entah kenapa Nat dan Aiden terlihat muram. Seharusnya Nat senang kalau ia terpilih sebagai pemenang, kan?

"Aku tidak bisa berdansa denganmu sesudah nama pemenang diumumkan, apa tidak apa-apa?" Nat bertanya pada Aiden, ia menunduk dan menatap kakinya yang dibalut gips.

Tiba-tiba aku teringat perkataan Erin tentang tradisi Berry High. Sesudah pengumuman king dan queen homecoming diumumkan, para pemenang dan nominator harus berdansa dengan pasangannya. Tentu saja Nat tidak bisa berdansa bersama Aiden.

Aku sudah merusak hari yang spesial untuk Nat. Mereka bilang, pesta dansa sekolah adalah hal yang bisa dikenang di hari tua. Tetapi bagaimana denganku? Apa yang bisa dikenang dengan malam homecoming-ku?

"Guys. Sorry, aku harus mencari teman-temanku." Aku memalingkan tubuhku dan berlalu pergi meninggalkan mereka.

"Loh? Nicole!" Aku mendengar Aiden memanggilku, namun tidak kuhiraukan.

Aku berjalan keluar gym hingga sampai di koridor sekolah. Rasanya malam ini tidak cocok untukku, mood-ku malah semakin buruk.

Aku menunduk sambil memainkan kuku-kuku jariku, kedua kakiku terus melangkah pergi hingga tubuhku bertubrukan dengan seseorang. Dengan cepat aku mendongak untuk meminta maaf.

"Loh, Ajay?"

*****

Aaaaw, don't be sad, Nicole😢

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top