Chapter 14 - Homecoming Season [Part 2]
Untuk pertama kalinya, aku memasuki ruang kostum milik ekskul teater. Ternyata banyak sekali kostum yang sudah jadi.
"Kalau kalian menemukan kostum yang kalian suka, silahkan beritahu Ajay. Jika tidak, kalian boleh memintaku untuk mendesainkan kostum untuk kalian." Myra tersenyum lebar.
Seluruh aktor bersorak gembira, kemudian berhamburan dan menyebar untuk melihat-lihat kostum yang ada di ruangan ini.
"Thanks, Myra. Kuharap Aiden tidak marah karena aku mencuri pemain trombone-nya. Klub band sedang tidak sibuk, kan?" Ajay menyikut lengan Myra.
"Don't worry about that! Aiden kan tidak bisa marah." Myra tertawa. "Lagipula satu-satunya pemain saxophone kami masih tidak bisa berlatih seperti biasa. Mungkin klub band tidak akan tampil untuk sementara."
"Natasha, ya?" Ajay menghela napas. "Aku merasa bersalah. Semoga ia lekas sembuh dari patah tulangnya."
Aku sedang melihat satu persatu kostum yang ada di dalam rak bersama Erin. Tiba-tiba, Rory menghampiriku.
"Nicole, boleh aku bicara sebentar?"
Aku menoleh ke arah Rory dengan gugup. "I-iya, boleh. Ada apa?"
Rory tersenyum, "Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Kau ingat rumah pohon yang ada di belakang halaman rumahku? Temui aku di sana jam 9 malam ini."
Aku mengernyit, "Hah? Apakah kita akan bermain Zombies vs Aliens seperti dulu?"
"Tentu saja tidak!" Rory tertawa kecil. "Kutunggu kau di sana, momennya tidak pas jika kukatakan sekarang."
"M-momen apa--" Sebelum aku menyelesaikan kalimatku, Rory sudah pergi meninggalkanku.
Erin tersenyum jahil dan menyikut lenganku, "Wah, kalau Natalie tahu, dia pasti iri berat padamu!"
Aku menoleh ke arahnya, "Hah? Kenapa?"
"Coba pikirkan." Erin merendahkan suaranya, "Seminggu lagi homecoming. Apa lagi yang ingin Rory bicarakan denganmu? Ia pasti ingin mengajakmu pergi ke homecoming!"
"Sttt! Jangan beri aku harapan!" Aku mencubit lengan Erin.
"Lihat saja, aku berani bertaruh Rory akan mengajakmu pergi ke homecoming!" Erin tertawa. "Bisa saja ia juga ingin menyatakan perasaannya padamu?"
Aku menghela napas dan tersenyum tipis, "Impossible. Rory dan aku hanya teman masa kecil."
"Kau ini, aku gemas padamu! Siapa tahu Rory juga suka padamu, kan?!" Erin menggerutu.
Ajay berdiri di belakang kami dan berdeham, "Erin, Nicole, kalian sudah menemukan kostum yang kalian suka atau belum?"
"Sorry!" Ucapku dan Erin secara bersamaan. Kami kembai menyisir kostum-kostum yang ada di rak.
Beberapa saat kemudian, Rory keluar dari ruang ganti dengan memakai kostum ksatria lengkap. Armor modern berwarna maroon-silver yang dikenakannya sungguh berkilau! Tidak lupa dengan pedang properti di tangannya.
Seluruh perempuan di ruang kostum membelalak kaget saat melihat Rory memakak kostum itu, termasuk aku.
Danielle keluar dari ruang ganti dengan kostum penyihir yang didominasi dengan warna hitam sambil mengangkat tinggi-tinggi ponselnya. Sepertinya ia sedang membuat Instastory.
Ketika Danielle berjalan mundur, ia tidak sengaja menginjak kostumnya dan kehilangan keseimbangan, sehingga tubuhnya menimpaku.
Danielle beruntung karena dapat menjadikan sebuah rak kostum untuk berpegangan, namun tidak denganku. Aku terjatuh ke lantai bersama dengan sebuah rak kostum yang jatuh menimpaku dan menghasilkan bunyi yang sangat keras, disusul oleh ponsel Danielle yang jatuh ke lantai.
"Nicole!" Myra berteriak.
Dengan cepat Ajay berlari ke arahku dan membantuku berdiri, disusul oleh Rory dan Myra. Ajay meraih kedua lenganku dan mengamatinya dengan seksama, begitu pula dengan kedua kakiku.
"Are you okay, Nicole?" Rory membantuku berdiri.
"I'm okay." Tentu saja aku bohong, tubuhku rasanya sakit semua.
Ajay bernapas lega, "Syukurlah, tidak ada yang patah atau luka."
"Thank God!" Seru Rory.
Ajay mendongak ke arah Danielle dan membentaknya, "Danielle!"
Danielle berjongkok untuk membantuku berdiri, "M-maaf, Ajay, aku tidak sengaja--"
"Seriously, Danielle? Kau sengaja menubrukku?!" Aku menjadi naik pitam dan menepis tangannya.
"Sudah kubilang kan kalau aku tidak sengaja!" Danielle balik membentakku.
"Tindakan norakmu itu hampir mencelakakan orang! Minta maaf pada Nicole!" Kini giliran Ajay yang membetak Danielle. Namun tidak ada reaksi apapun dari Danielle, ia hanya menunduk.
Ajay mengambil ponsel Danielle di lantai, kemudian berdiri. Seisi ruang kostum hening, semuanya terdiam dan berusaha menghindari tatapan tajam milik Ajay.
Di suasana yang tegang ini, Ajay memelototi semua yang ada di dalam ruangan dan berteriak, "Mulai hari ini, tidak ada ponsel yang masuk ke dalam auditorium!"
"Kau bercanda!" Rory protes.
"Bagaimana kalau--" Ucap Natalie.
"Kau tidak lihat Nicole hampir saja terluka seperti Natasha?! Kau mau kita kehilangan pemain princess lagi?! Itu semua karena kalian memainkan ponsel kalian setiap detik!" Ajay membentak mereka.
"Ajay, Danielle tidak sengaja--" Erin menginterupsi.
"Aku serius! Tidak ada ponsel! Sekali lagi, tidak ada ponsel! Silahkan simpan ponsel kalian semua di loker koridor sekolah! Tanpa terkecuali!"
Kami semua yang berada di ruang kostum berhamburan keluar auditorium untuk menyimpan ponsel kami di loker masing-masing. Di dalam ruangan hanya tersisa aku, Ajay dan Danielle.
"Dan kau, Danielle--" Ajay menyerahkan ponsel Danielle padanya, "--Aku akan mengawasimu! Simpan ponselmu di loker, sekarang!"
Danielle mengangguk, ia berlari secepat mungkin keluar dari ruangan.
"Kau bisa berjalan?" Ajay bertanya padaku.
Aku tersenyum tipis, "Bisa--"
"Cepat simpan ponselmu!" Ajay membentakku.
Aku tersentak, "I-iya!" Kemudian berlari keluar ruangan.
******
Latihan sore ini berlangsung seperti biasa, namun ada perubahan atmosfir di sini. Suasana menjadi sedikit tegang karena Ajay mengamuk, kami juga berlatih dengan serius karena tidak ada satupun yang memainkan ponsel.
Aku dan Rory berdiri berhadapan dengan script di atas panggung. Kami sedang berlatih adegan yang sangat membuatku berdebar-debar, yaitu saat ksatria melamar sang putri dan berciuman.
Setelah berminggu-minggu menghindari adegan ini, akhirnya aku harus menghadapinya juga. Bagaimana aku bisa tenang ketika harus mencium Rory di atas panggung? Apalagi ia bilang, ia tidak suka mencium seseorang tanpa sesuatu yang berarti. Hal ini membuatku sangat frustasi.
"Nicole!" Bentak Ajay di kursi penonton.
"I-iya!"
"Fokus! Apa dialogmu selanjutnya!?" Ajay memelototiku.
Aku menoleh ke arah Rory, "A-anu--"
Rory berbisik, "Sir Evans, suatu kehormatan untuk--"
"Oh, iya!" Aku berdeham, "Sir Evans, suatu kehormatan untuk menjadikannmu ksatria kerajaan."
Rory berlutut, aku berjalan perlahan mendekatinya dan memberikan sebuah pedang untuknya.
"Long live Sir Evans!" Ucapku.
"Thank, you, princess. Ini suatu kehormatan untukku." Rory meraih pedang tersebut, kemudian berdiri dan tersenyum, ia melangkah maju mendekatiku dan meraih tanganku.
Dan inilah saatnya sang putri dan ksatria akan berciuman!
"Princess Abigail, maukah kau menikah denganku?" Rory bertanya.
"Yes! itu suatu kehormatan untukku, Sir Evans. Aku mau pergi ke homecoming bersamamu!" Aku menggengam tangan Rory semakin erat.
"What?" Rory mengernyit.
"Nicole!" Ajay berdiri dari bangku penonton dan melempar script ke lantai. Sepertinya ia akan mengamuk lagi.
Ajay berjalan cepat menaiki panggung dan menghampiri kami. Aku merasakan kedua tanganku bergetar hebat.
"Latihan hari ini kita sudahi saja, aku sudah kehilangan mood!" Kemudian Ajay berteriak pada semua yang ada di auditorium, "Bubar! Jangan lupa hapalkan script kalian untuk Kamis depan!"
Seluruh aktor dan kru teater berhamburan keluar auditorium. Aku berjalan mengikuti Erin, namun dengan cepat Ajay meraih tanganku. "Nicole, kau tetap di sini!"
"Apa?!" Aku membelalak.
Oh, no. Tamatlah riwayatku!
Ketika semua orang sudah pergi, Ajay mendengkus kesal dan memijat pelipisnya, "Bisakah kau jelaskan, apa yang barusan terjadi, hah?"
Aku menekuk wajahku, "Aku salah membaca script--"
"Itu tidak ada di script, Nicole!" Ajay meninggikan suaranya. "Homecoming? Apa sih, yang ada di pikiranmu?!"
Aku menunduk dan tidak sanggup berkata apa-apa. Ajay benar-benar membuatku takut hari ini.
Ajay menghela napas berat, "Aku suka chemistry kalian berdua, kalian sudah latihan berminggu-minggu dan aku yakin kalian bisa menjadi putri dan ksatria yang sesuai dengan ekspektasi Mr. Olson, bahkan ekspektasiku. Tetapi mengapa hari ini performamu buruk sekali?"
"Maaf, aku tidak fokus--"
"Sudah kubilang, tidak ada cinta lokasi di teater!" Ajay membentakku.
"Rory is my friend. Sudah berapa kali kubilang, kan?"
"Bullshit! Aku melihat bagaimana caramu memandangnya!"
"Aku hampir terluka karena Danielle, dan kau masih bisa memarahiku seperti ini?!" Aku membentaknya.
Ajay tersentak, ia terdiam selama beberapa saat.
Dengan cepat aku menutup mulutku. "M-maaf Ajay, aku tidak bermaksud--"
Ajay mengehela napas berat kemudian menyibakkan rambutnya. "Kau benar, maaf, aku keterlaluan. Aku hanya ingin drama yang akan kita mainkan sukses besar."
"Sorry--" Lirihku.
"No no no, aku yang keterlaluan." Ajay menghela napas.
"Kurasa kita berdua harus pulang untuk menjernihkan pikiran kita. Kita tidak bisa serius berlatih jika kita dipenuhi emosi seperti ini."
Ajay mengangguk, "Kau benar."
Kami berdua berjalan menuju pintu keluar. Ketika Ajay meraih handle pintu, ia terlihat bersusah payah untuk membukanya.
"Is something wrong?" Aku bertanya.
"Pintunya sulit terbuka!"
Aku tertawa, "Kau ini laki-laki bukan sih? Biar aku yang coba!"
Aku meraih handle pintu dan mencoba untuk membukanya, namun pintu auditorium hari ini sangat berat, sulit sekali terbuka.
Ajay mendengkus kesal, "Dasar kau si besar mulut!"
"Oh, no." Aku bergumam sambil terus menarik handle pintu dan mulai merasa panik, "Seseorang tidak menguncinya dari luar, kan?"
Kedua netra Ajay membulat sempurna, "Aku memberikan kunci auditorium pada Skye. Jangan bilang ia tidak sadar kalau kita masih di dalam?"
Aku melepas genggamanku secara perlahan, setetes keringat mengalir di pelipisku. Aku dan Ajay saling bertatapan satu sama lain.
"Sepertinya kita terkunci, Nicole."
******
BONUS
Kekunci sama sutradara galak?
Oh shit!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top