Chapter 11 - The Night is Still Young

Keesokan sorenya, aku duduk di kamarku dan menunggu Nick bersiap-siap, karena malam ini kami akan pergi ke pestanya Amber. Aku memainkan ponselku dan melihat-lihat percakapan di grup teater.

The Enchanted Kingdom Crew

Nicole
> Sudah siap?

Rory
> Sudah. Aku akan menjemputmu dan Nick 10 menit lagi.

Erin
> Aku sudah di jalan.

Skye
> Aku, Ajay, Natalie dan Danielle sudah di lokasi.

******

Sesampainya di depan lokasi yang Amber berikan pada Nick, kami bertiga terdiam.

"K-kau yakin ini rumah Amber? Kau bilang hanya pesta kecil-kecilan? Ini sih mansion!" Aku bertanya pada Nick.

"Aku tidak menyangka rumahnya akan sebesar ini!" Tambah Rory.

Nick mengecek ponselnya, "Be-benar kok. Amber bilang--"

"NICK BABY!!!"

Aku dan Rory dikejutkan oleh Amber yang berteriak dan melompat ke pelukan Nick. Ia memeluk Nick hingga kesulitan bernapas.

"B-babe. I-miss-you-too-but-I-can't-breathe." Nick berusaha untuk berbicara sambil menepuk punggung Amber.

"Sorry!" Amber melepas pelukan Nick, kemudian menoleh ke arah kami. "Nicole dan pacarnya, ayo masuk!"

"R-Rory bukan pacarku!" Aku menjawab dengan gugup.

Amber terkekeh, "Oke kalau begitu." Ia menarik tangan Nick dan berlari menuju ke dalam rumahnya.

"S-sory about that, Rory." Aku menoleh ke arahnya.

"It's okay. Ayo masuk!" Rory mengajakku untuk masuk ke dalam rumah.

Sesampainya di dalam rumah Amber, aku dan Rory terkagum-kagum dengan interior rumahnya. Rumahnya super besar, apanya yang pesta kecil-kecilan! Mungkin seluruh murid Berry High beserta guru dan staff-nya akan muat di dalam rumah ini.

Aku dan Rory berkeliling untuk mencari teman-teman kami. Saat melihat-lihat ke sekeliling, aku melihat seorang anak laki-laki yang cukup familiar, ia sedang berjalan menuju basement rumah Amber.

Astaga, itu Aiden, pacarnya Nat!

Aku mendongak ke arah Rory. "Rory, aku ada perlu sebentar dengan Aiden. Tolong beritahu aku kalau kau sudah menemukan teman-teman kita!"

Rory mengangguk. "Sure, aku akan mengirimkanmu pesan."

Aku mengangguk dan tersenyum, kemudian pergi meninggalkan Rory untuk mengejar Aiden.

Aku berusaha mengejar Aiden dan berjuang menembus kerumunan di sekitarku, tidak sekali dua kali aku menabrak orang-orang di sebelahku.

"S-sorry."

"Permisi."

"Aduh!" Seseorang meringis saat aku menabrak bahunya.

"Ma-maaf!" Aku menoleh ke arah anak perempuan berambut hitam di sebelahku dan meminta maaf.

"It's okay." Ia tersenyum padaku. "Hai, aku Maria Flores. Apakah kau tertarik untuk bergabung sebagai Homecoming Committee bersamaku?" Ia mengulurkan tangannya.

"Hah? Untuk apa?" Aku mengernyit dan menjabat tangannya.

Maria tertawa kecil, "Tentu saja untuk mengurus homecoming! Kau bisa mendapatkan banyak teman juga!"

Seorang anak laki-laki di belakang Maria berusaha berbicara padaku tanpa suara. Ia memiliki rambut berwarna coklat dengan wajah yang cukup tampan.

"Jangan mau! Kecuali kalau kau ingin kerja rodi. Maria sedang mencari mangsa baru!" Anak laki-laki itu menggerakan mulut tanpa suara sambil menggelengkan kepalanya.

Pandanganku kembali terfokus pada Maria. Aku tersenyum canggung. "Sorry, Maria, aku buru-buru."

"Loh? Hei! Aku belum tahu namamu!" Teriak Maria.

Setelah berbicara dengan Maria dan berenang menyeberangi lautan manusia, aku sampai di basement rumah Amber dan berkeliling untuk mencari Aiden. Akhirnya aku melihat seseorang yang kucari, ia sedang bermain billiard dengan anak perempuan keturunan India yang sangat cantik.

"Aiden, hai!" Aku menyapa Aiden.

Setelah berhasil memasukan beberapa bola ke dalam lubang, Aiden mendongak ke arahku, "Hai, namamu Nicole kan? Ada apa?"

"Em, itu--" Aku memainkan jari-jari kakiku dengan gugup.

Aiden memperkenalkanku pada anak perempuan di sampingnya. "Oh iya, ngomong-ngomong, kenalkan, ini Myra."

"Hai Nicole, aku Myra!" Ia tersenyum lebar dan mengulurkan tangannya padaku. Aku balas menjabat tangannya.

Myra? Ia Myra yang pernah bermasalah dengan Brian itu?

Lupakan soal itu, ada hal penting yang harus kubicarakan dengan Aiden.

"Um, Aiden?" Ucapku dengan hati-hati.

Aiden menyerahkan cue stick pada Myra dan mendongak ke arahku, "Iya?"

Aku menekuk wajahku, "Bagaimana kabar Natasha?"

Aiden tersenyum pahit, "She's fine. Dokter bilang minggu depan ia sudah bisa sekolah lagi, tapi ia harus berjalan menggunakan tongkat."

Myra menghela napas berat, "Nat ketinggalan banyak sekali pelajaran."

Aiden mengangguk, "Yeah, dan band juga. Entah berapa lembar musik yang harus ia hapalkan untuk bisa tampil di pertandingan football selanjutnya."

Setetes keringat mengalir di pelipisku, perasaan bersalahku semakin menjadi-jadi. Bagaimana jika aku jujur saja pada Aiden kalau aku yang meletakkan kubus itu di panggung? Tentu saja hatiku akan menjadi lebih lega setelah berkata jujur. Namun, aku tidak mengenal Aiden, bagamana jika ia berbicara buruk tentangku karena aku secara tidak sengaja sudah mencelakai pacarnya?

"Nicole?" Aiden menjentikan jarinya dan membuatku tersadar dari lamunanku.

Aku tersentak, "Oh, i-iya!" Kemudian menunduk dan menghela napas, "Aku ingin mengatakan sesuatu, tetapi--"

"Apa itu? Katakan saja." Aiden tersenyum hangat.

Aku menggigit bibirku dan terdiam selama beberapa saat. Aiden dan Myra mengernyit, mereka saling bertatapan satu sama lain.

Myra menoleh ke arahku dan bertanya, "Are you okay, Nicole?"

"I'm okay." Jawabku.

"Apa yang ingin kau katakan?" Aiden bertanya.

Dengan cepat aku menggeleng. "Tidak, lupakan saja."

"If you're sure." Aiden memberikan cue stick-nya padaku. "Kau terlihat stress. Ayo bermain billiard bersama kami!"

Aku tersenyum tipis dan mengangguk. Permainan dimulai kembali dan selama beberapa menit ke depan, aku bermain billiard sambil mengobrol bersama Myra dan Aiden.

"Hey, kau lumayan asyik untuk diajak bicara. Kita harus sering-sering mengobrol seperti ini!" Puji Myra.

Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum lebar, "Benarkah?"

Aiden mengangguk, "Yeah, kau hampir sama asyiknya dengan Nat. Kurasa kalian bisa berteman baik."

Aku menghela napas berat, "Memangnya dia mau berteman dengan orang sepertiku?"

"Why not? You're nice, Nicole!" Myra mengangkat bahunya.

Aku tertawa pahit. Sungguh ironis memang, padahal Nat kini berbaring di rumah sakit karena properti yang kubawa.

"Kau tidak ada minat untuk bergabung di klub band?" Tanya Aiden.

"Dan menjadi pemain maracas? Atau triangle? Karena hanya itu alat musik yang bisa kumainkan." Jawabku.

Aiden tertawa, "You're funny!"

Tiba-tiba, aku merasakan ponselku bergetar. Aku mengambilnya dari saku dan melihat banyak sekali chat dan missed call dari Rory.

Astaga! Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya?

Rory Silva

Rory
> Nicole
> Where are u?
> SOS

[2 missed call from Rory Silva.]

Rory
> Nicole?
> Help me!
> Aku ada di dapur

"Guys." Aku memasukkan ponselku kembali ke saku, "Sepertinya aku harus pergi, Rory membutuhkanku."

"Rory Silva?" Tanya Myra.

"Yeah."

"Kau akrab dengannya?" Tanyanya lagi.

"Sebenarnya dia tetanggaku, dan lawan mainku di teater."

"Oh, oke." Aiden merespon.

Myra melambaikan tangan, "Sampai jumpa minggu depan saat latihan teater, Nicole! Aku menawarkan diri membantu Ajay untuk mendesain kostum semua aktor The Enchanted Kingdom!"

Aku tersenyum hangat, "Wah, kita akan sering bertemu kalau begitu! See ya next week, Myra!"

Setelah berpamitan dengan mereka berdua, aku berjalan secepat mungkin menuju dapur rumah Amber.

Apa yang terjadi pada Rory? Mengapa ia terdengar panik?

*******

BONUS

Siapa yang ga sabar liat Nat balik lagi ke sekolah? Supaya cepet-cepet kenalan sama Nicole?😆

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top