[🌼] The New Manager
Satrinava tak pungkiri bahwa dia merasa gugup setengah mati ketika sedang memasak sambil diperhatikan oleh seniornya, Trey Clover. Biar bagaimanapun, kemampuan lelaki berkacamata yang juga menjabat sebagai wakil Housewarden Heartslabyul tersebut sudah tidak perlu lagi dipertanyakan.
Satri yang tengah mengaduk buah beri; rasberry, blueberry, redcurrant, blackberry dan stroberi bersama gula dan air matang. Tidak berani menoleh untuk melihat Trey yang berdiri di sebelahnya, lelaki itu tampak tekun memperhatikan teknik mengolah adonan yang tengah ditampilkan oleh sang koki Mostro Lounge. Wajan yang dipanaskan sudah mendesis, gadis itu cepat-cepat menuangkan adonannya dan memasak buah-buahan tersebut.
"Kau sudah pernah buat ini sebelumnya?" Trey bertanya, membuat Satri yang tengah mengaduk perlahan calon kuenya tadi menoleh.
Dia tidak langsung menjawab, sejenak merasa ragu karena benar-benar gugup diperhatikan oleh sang ahli ketika bekerja. "Belum pernah ... aku hanya melihat cara memasaknya dari video." Satri tertawa sumbang, lantas menjelaskan bagaimana proses pembuatan kue tersebut sambil mematikan kompor dan menyaring buah-buahan tadi ke dalam mangkok non-logam, memisahkan dagingnya yang melunak dari airnya.
Gadis itu tak paham, mengapa dia mengambil langkah menjelaskan proses pembuatan kue di depan seorang pattisiere andal? Namun, Satri memang tidak terpikirkan topik pembicaraan lain. Obrolan mereka lantas bergeser ke nutrisi yang terkandung dalam kue tersebut, jumlah kalorinya, dan mengapa beberapa bahan sengaja gadis itu ubah.
"Karena tema makanan ini adalah musim panas, aku menggunakan jenis buah-buahan tropis. Gulanya berasal dari daun stevia karena rasanya lebih manis dan tidak mengandung kalori. Sehingga makanan ini bisa tetap dikonsumsi mereka yang menjaga berat badan atau perhitungan soal kalori seperti Azul-san dan Vil-senpai."
Trey mengangguk paham. Dia mundur selangkah untuk memberi ruang pada Satri yang hendak memotong roti. Sambil melihat gadis itu dengan tekun mengurus bakal puding buatannya, dia memberi sejumlah nasihat yang didengarkan Satri baik-baik.
"Trey-san, aku akan sangat senang jika kau mau menunggu kuenya bersama kami dan membiarkan Satri menyelesaikan masakan itu seorang diri." Azul tiba-tiba muncul dari balik pintu dapur. Dia tersenyum ramah seraya mendekat.
"Aku sangat menghargai nasihat-nasihat yang kau berikan, tetapi akan lebih baik lagi jika semua itu disimpan sampai makanannya selesai. Biar bagaimanapun, aku juga berharap bisa memberi masukan setelah melihat hasil pertamanya lebih dulu."
Trey mendesah pelan, dia menaikkan kacamata dan mengangguk. Pria berambut hijau itu menoleh pada Satri, memberinya semangat dan berjalan keluar bersama Azul. Sekilas lelaki bertopi yang memandu Trey itu menoleh ke belakang, memberi acungan jempol. Satri bernapas lega, kepekaan Azul kalau kondisinya cukup gugup akibat berdiri bersama Trey membuat gadis itu bersyukur dalam hati. Dia sedikit menaikkan lengan baju kokinya, lalu makin gesit bekerja.
---
Total ada empat hidangan yang Satri buat, selain puding pertama tadi. Dia juga menciptakan chocolate & berry mousse pots, strawberry frozen yoghurt, dan banana & peanut butter ice cream. Di sisi lain, Jade juga menciptakan sejumlah jenis minuman segar dan es loli.
"Kudengar, Cater-senpai tidak terlalu suka makanan manis, ya? Aku sudah menyiapkan teh tawar untukmu." Satri meletakkan cangkir bermotif bunga warna biru muda di sebelah piring kue milik Cater. "Kalau kau lebih suka kopi, aku bisa membuatkannya sekarang."
"Terima kasih banyak, Satri. Aku akan menerima tehmu." Cater mengangguk. "Coba lihat semua makanan ini, kalian benar-benar luar biasa."
"Azul meminta kami untuk membuat sebanyak mungkin dessert. Semoga kue-kue ini sesuai dengan selera kalian." Jade berucap, tangan kanannya menyentuh dada kiri.
"Dan, tolong, berikan penilaian jujur. Jika ada hal yang kalian rasa bisa ditambahkan dalam menu-menu ini, silakan katakan saja. Aku akan dengan senang hati memesan semua bahan yang dibutuhkan." Azul berucap antusias. "Karena kedatangan kalian kemari, diharapkan bisa menjadi jaminan kesuksesan kami. Mengingat bahwa selera Trey-san dan Cater-san bisa dibilang luar biasa."
"Ka-kau benar-benar membuatku malu, Azul-kun." Cater menyanggah, wajahnya sedikit merona. Namun, apa yang Azul katakan tidak sepenuhnya dilebih-lebihkan. Trey berasal dari keluarga yang mengelola toko kue dan dia sendiri pun, telah berpengalaman memantaskan diri untuk menjadi tukang masak andal di dapur dorm sang Queen of Heart. Di sisi lain, Cater sudah terbiasa menerima permintaan untuk jadi tester, foodgram, ataupun mereviu menu milik kafe-kafe di luar NRC.
Trey mengangkat puding buatan Satri dan berkata, "Bentuknya mirip gurita, ya."
"Itu memang gurita," potong Satri cepat. Nada suaranya terdengar bangga karena Trey berhasil mengindetifikasi makhluk apa itu.
Kue di tangan Trey berwarna merah gelap, hampir ungu yang dibentuk menggunakan cetakan hewan bertentakel delapan. Ada separuh stroberi dan sebuah blackberry di atas, sementara bagian bawah pudingnya disiram dengan jus buah berwarna senada.
Bukan hanya hidangan itu yang bernuansa lautan, hampir semua sajian yang dibawa Satri dan Jade dihias sedemikian rupa hingga menyerupai pantai, makhluk laut, dan lain-lain.
"Coba lihat ... yang satu ini benar-benar memiliki vibes musim panas. Warnanya juga cantik, biru laut. Apa itu kura-kura yang kulihat?" Cater mengambil piringnya yang berisi es krim.
"Ya, itu kura-kura. Dibuat dari beberapa potongan permen rasa buah, lalu bentuk pasirnya itu adalah kacang yang sudah dihaluskan-tapi, tidak benar-benar sama halus-sehingga teksturnya masih agak kasar." Satri menjelaskan.
Gadis berkepang satu itu dengan antusias mempresentasikan es krim pisangnya yang terlihat seperti sebuah pulau. Dengan hiasan payung, manusia kecil yang sedang berjemur, dan pasir kacang (lagi). Satri juga menjelaskan bahwa es krim itu sudah disihir, sehingga tidak akan meleleh dalam waktu lama.
Selain terasa lezat, menu-menu buatannya juga sengaja didesain appetizing agar para pembeli secara sukarela mau memajang foto cantik menu ini di laman sosial media mereka.
---
Beberapa hari kemudian, setelah sejumlah perbaikan terjadi. Akhirnya, kesepakatan manu yang akan dibawa sebagai menu spesial summer telah ditetapkan. Azul duduk di sofa berkulit hitam besar, berbentuk huruf L. Dua orang tamu undangannya yang tak lain adalah Trey dan Cater duduk di sisi sofa yang lebih panjang, menatap sang manajer Mostro Lounge antusias.
"Jadi, kita sudah memutuskan kedua kue ini sebagai menu utama dan segelas smoothies dengan tujuh buah berbeda sebagai pendampingnya. Ini sempurna. Kerja bagus semuanya."
Cater bertepuk tangan ringan. "Bukankah kue-kue itu sangat menggemaskan? Aku berani bertaruh, kalau menu ini akan menjadi viral di Magicam."
"Senang bisa membantu, apa rencana kalian selanjutnya?" tanya Trey.
Azul berdiri dari duduknya. "Tentu saja, kami akan memilih manajer untuk kafe cabang. Aku sudah menerima izin dari Kepala Sekolah untuk membuka cabang terbaru, sehingga yang tersisa sekarang adalah persiapan akhir menuju Grand Opening. Nah, sekarang siapa yang mau menjadi manajer kafe?"
Jade dan Floyd yang berdiri di sebelah Satri saling mengacungkan tangan. "Aku. Aku. Pilih aku!" Floyd melambaikan kedua tangannya, sementara saudara kembarnya hanya berujar kalem. "Serahkan padaku."
Trey menggeleng, dia tertawa pelan. "Semuanya akan berjalan lebih rumit setelah menjadi manajer kafe cabang, bukan?"
Mendengar komentar itu, Jade langsung berbalik. Mengirimkan sinyal yang berkata; sebenarnya aku hanya mau jauh-jauh dari Azul. Floyd juga menatap Trey dan Cater dengan pandangan yang sama. Tentu tatapan penuh aura negatif tersebut tak luput dari pengelihatan sang bos.
"Oh, coba-coba saja kalau kalian berani main-main." Azul tersenyum miring, menyeringai lebih tepatnya. "Akan kuurus kalian berdua bersamaan." Nada suaranya tenang, tetapi mengancam dan mengintimidasi di waktu yang sama.
Satri yang melihat hanya bisa menggeleng, dia membuang napas panjang. Sebelum Azul memutuskan untuk membuka kafe cabang, kedua bersaudara Leech telah lebih dulu berkata bahwa mereka aslinya ingin mengambil cuti untuk melakukan hobi atau hanya sekadar piknik dan tidur siang. Sayang, Housewarden mereka tak sependapat dan melihat musim panas sebagai salah satu sumber keuntungan.
"Begini saja." Azul berdeham. "Aku akan menjadi manajer kafe cabang bersama Floyd. Satri, kau akan menjadi manajer kafe utama selagi aku-"
"MAAF, APA?" Sungguh, Satri tidak bermaksud berteriak. Namun, gadis itu terlalu terkejut sampai tak bisa menahan suaranya. Dia menatap gugup kelima lelaki dalam kafe, lalu berdeham. "Maaf, Azul-san. Tapi, apa? Tidak ... aku tid-maksudku, bagaimana dengan Jade?"
"Jade akan menjadi asistenmu. Tentu saja. Kau bertanggung jawab untuk memastikannya tidak mencoba melarikan diri di tengah-tengah jam buka."
"Oya, mana mungkin aku melakukan hal seperti itu," bantah Jade dengan nada mencurigakan. Floyd yang berdiri di sebelah kanan Jade sudah memasang ekspresi masam mendengar keputusan bos mereka.
"Kurasa ... aku akan lebih cocok berada di luar. Maksudku, kafe cabang kita akan dibuka di halaman, bukan? Bisa bayangkan betapa panasnya itu? Aku berasal dari wilayah gurun, pasti bisa mengatasi hal tersebut dengan baik." Satri berusaha meyakinkan. Bukannya apa-apa, tetapi memegang kendali kafe utama terdengar lebih berat daripada menjadi manajer kafe cabang.
"Kau tidak perlu merisaukan hal itu." Azul menaikkan kacamatanya, dia menatap Satri serius. "Justru karena itu kafe cabang, aku merasa harus melihat langsung bagaimana semuanya berjalan. Di sisi lain, kau sudah terbiasa memasak di dapur dan mengendalikan rekan-rekan koki di sini. Kau juga sudah sering melihatku bekerja dan ada Jade yang akan membantu. Kau jelas lebih cocok menjadi manajer kafe utama. Ditambah lagi, aku mengandalkanmu untuk mengatur keramaian."
Satri tidak langsung menjawab. Suasana ruangan berubah kaku dan sedingin es batu. Otaknya sedang bekerja, membayangkan bagaimana nanti dia akan memimpin tempat yang dirintis Azul Ashengrotto sejak dulu. Gadis itu berkedip, menghapus semua pikiran pesimis dan negatif dalam benaknya.
Semua obrolan bersama Azul berkelindan dalam kepalanya. Segala nasihat, masukan, kritik, saran, motivasi, dan dorongan yang laki-laki itu berikan dalam tiap percakapan mereka berbunyi di dalam benak. Azul Ashengrotto, dia bukanlah seseorang yang memutuskan sesuatu tanpa pikir panjang. Lelaki itu bahkan mungkin punya ratusan rencana cadangan di balik setelan jasnya yang rapih. Dia penuh perhitungan dan kehati-hatian, terutama jika hal itu berhubungan dengan bisnis yang tengah dikembangkannya sekarang.
Pribadinya selalu percaya diri karena Azul bergerak dalam banyak kalkulasi. Setiap langkah, setiap gerakan, setiap ucapan. Semuanya telah dia pikirkan, bahkan mungkin tanggapan Satri pun telah diperkirakan. Gadis itu tidak bisa menebak, sudah sejauh mana Azul melihat dan menyusun rencana. Apa yang mungkin dia inginkan dari Satri sekarang? Sampai-sampai menyerahkan salah satu gelar kebanggannya pada orang lain.
Lantas juga, bagaimana mungkin Satri tidak percaya diri ketika seseorang yang dijadikannya sebagai contoh bahkan mempercayainya sehebat itu? Satrinava akui bahwa dia ragu, gugup, juga takut. Namun, segala hal selalu bermula dari pertama kalinya. Dia tidak mungkin merasa lemah saat orang ini yang memberinya kepercayaan.
Dalam satu tarikan napas dalam. Satri menjawab, "Baiklah, aku terima. Mohon bantuannya." Tatapan mata emasnya lebih tegas, seperti seekor predator yang siap menerkam mangsa.
Azul tersenyum tipis.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top