►3:10

♪Siapapun dirimu kutunggu setiap minggu
Siapapun dirimu kutunggu setiap minggu♪

[Terpesona]
Isyana Sarasvati ft. Gamaliel

3:10 ────────|─ 3:18

⏮⏪ ⏸ ⏩⏭

∞ ↺

▁ ▂ ▃ ▄ ▅ ▆ █ 100 %

•----- ♬ -----•

Menunggu.

Seperti biasa, Harumi tiba di halte lebih awal demi bisa berbincang dengan Lev di halte lebih lama. Entahlah, mengapa Harumi bisa-bisanya menuruti kebodohan untuk tiba di halte pada pukul tujuh pagi yang mengharuskannya menunggu dalam waktu sejam. Anehnya, Harumi tidak bisa menghentikan kebodohan dirinya ini ditambah ia bodoh hanya demi seorang pria tampan yang baru ia kenal selama seminggu.

Seriously?

Entahlah, tidak tahu. Harumi tidak tahu tentang perasaan yang mendorongnya untuk bertindak sejauh ini. Ia hanya menikmati presensi Lev yang menemaninya di setiap paginya di halte yang biasanya selalu sunyi. Ditambah Lev adalah seorang pria dengan visual tak bosan dipandang. Jadi, tak salah, kan, jika ia memanfaatkan kesempatan?

'Masa bodoh dengan patah hati, yang penting aku sudah ada pengalaman.'

Begitulah pikir sang wanita.

Terlalu lama merenungi setiap pertemuannya dengan Lev membuat Harumi tak sadar jika sebuah porsche hitam sedang melaju pelan menuju halte lalu berhenti tepat beberapa meter sebelum tempat Harumi berdiri. Harumi mulai tersentak kala mobil itu membunyikan klaksonnya dan seketika menganga.

Jelas menganga saat mendapati sebuah mobil mewah nan mahal berhenti di depan halte yang ia tunggui. Tambah menganga ketika melihat sosok pengemudi yang keluar dari mobil.

"Lev?"

Pria bersurai abu yang disisir ke belakang itu berjalan menghampiri Harumi. Tampilan modis sang pria, sweater turtle neck berwarna hitam yang dipadu blazer panjang berwarna cokelat muda dan celana denim membuat Harumi menelan ludah. Ah, model profesional memang mewah fashion sense-nya.

"Hai Ayazaka! Kemarin mobilku sudah selesai di servis, jadi ayo kuantar!"

"Hah? G-Gimana?"

Harumi tergagap akan ajakan Lev yang terlalu to the point. "Eh, serius? Ma-Maksudku kantorku, kan, lebih jauh dari tempat kerjamu, Lev. Apa tidak masalah?"

"Tidak masalah! Ini adalah balas budiku karena kamu sudah mau jadi teman mengobrolku selama menunggu di halte ini. Jadi, ayo kuantar!"

Lev menunjuk mobilnya dengan senyuman terpasang di wajahnya. Harumi terdiam berpikir. Dari pada menunggu lebih lama di halte, ya sudahlah, Harumi terima ajakan Lev.

"Ba-Baiklah ..."

Lev pun membukakan pintu kursi penumpang untuk Harumi. "Terima kasih, Lev."

Lev hanya mengangguk sebagai balasan sambil tersenyum. Ia pun segera masuk ke kursi kemudi.

Di dalam mobil, keheningan yang mendekap. Itu karena Harumi yang tak henti-hentinya mengucap kagum dalam hati karena interior mewah mobil porsche yang dinaikinya bersama Lev.

Lev sendiri sedikit khawatir akan keheningan Harumi sedari tadi selama menyetir. 'Apa dia mabuk darat? Tidak, tidak mungkin. Dia saja setiap hari naik bus, kok. Atau dia merasa segan karena aku mengantarnya menggunakan mobil mewah?'
Setelahnya, berbagai pikiran buruk pun terus menghampiri kepala Lev.

"Lev, mobil ini sangat mahal sekali, ya. Kau luar biasa sekali bisa membeli mobil mahal seperti ini."

Mendengar Harumi bersuara kembali membuat Lev diam-diam bernapas lega. Pikiran-pikiran buruknya bagai ditepis.

"Sebenarnya aku tidak tahu ini harganya berapa. Ini hadiah ulang tahun dari salah satu teman SMA-ku."

Harumi hanya mengangguk-angguk. "Aku bisa membayangkan circle pertemananmu di SMA. Sekarang pasti pada crazy rich Asian ya?"

Lev hanya tertawa menanggapi celetukan Harumi. "Mungkin bisa dibilang begitu?"

Kini percakapan pun terjalin kembali di antara keduanya. Harumi sudah lebih lepas dan Lev senang melihatnya.

Itu berarti Harumi nyaman bersamanya

"Lev, berhenti di sini saja. Bisa gawat mobil mewah seperti ini masuk lingkungan kantorku. Aku tidak ingin ditanyai macam-macam oleh rekan kerjaku."

"Sudah, tidak apa-apa. Tanggung, tinggal masuk parkiran sebentar, kok."

"Eh, Lev---astaga ..."

Kini Lev memberhentikan mobilnya di parkiran paling ujung. Ia pengertian jika Harumi tidak ingin begitu mencolok. Tapi, sedikit percuma karena tadi sudah ada beberapa pasang mata yang mengamati mereka.

"Terima kasih, ya, Lev atas tumpangannya. Duh, tadi ada yang nyadar keberadaanku di dalam mobil ini. Pasti mereka akan bertanya-tanya soal kamu siapanya aku, Lev," ucap Harumi sambil berusaha melepaskan sabuk pengamannya. Wanita itu sedikit kesusahan karena pengait sabuk pengaman mobil ini terlihat asing dibanding mobil-mobil lain. Wajar, mobil mahal, sih.

"Ya, bilang saja diantar teman. Ah, iya, sebelum turun boleh aku minta nomor ponsel dan alamatmu? Mulai besok aku sudah tidak lagi menggunakan bus, jadi kalau sewaktu-waktu aku ingin bertemu denganmu, aku bisa berkunjung atau sekedar bertukar pesan," pinta Lev sambil menyodorkan ponselnya agar Harumi bisa mengetikkan nomornya di sana.

Harumi yang masih sibuk dengan sabuk pengaman sontak saja menoleh. "Eh, nomor dan alamatku?"

"Iya. Kau ... tidak keberatan, kan?"

Harumi mengerjap saat melihat tampang memohon Lev. Kok lucu?!

"Ti-Tidak. Sama sekali tidak."

Dengan sedikit gugup, Harumi pun mengetikkan  nomor ponsel dan alamatnya di ponsel milik Lev. Setelah selesai, ia pun mengembalikan ponselnya kepada Lev. "Ini, sudah."

"Ah, terima kasih Ayazaka."

Lev menerima ponselnya sambil tersenyum senang. Ia akhirnya mendapatkan apa yang diincarnya.

"Anoo, Lev, boleh minta tolong lepaskan sabuk pengamanku? Aku ... tidak bisa," pinta Harumi sambil meringis. Lev yang melihat raut memohon Harumi hanya bisa tertawa. Imut sekali.

"Hahaha, aduh, maaf aku malah menertawakanmu. Sini-sini, aku bantu."

Lev pun mendekat ke arah Harumi guna membantunya untuk melepaskan sabuk pengamannya. Harumi hanya diam memerhatikan tangan Lev yang bekerja hingga akhirnya ia pun tak sengaja menoleh dan menyadari jika wajah mereka terlalu dekat. Harumi menahan napas sambil mengamati wajah Lev.

Hidung mancung, surai abu-abu, iris viridian, wangi parfum mahal yang menguar. Astaga, pria ini begitu memesona.

"Nah, sudah lepas."

Harumi tersentak saat Lev mundur dari posisinya. Wanita itu pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Ah, terima kasih, Lev," ujar Harumi dengan nada gugup.

Dengan segera, Harumi pun membuka kenop pintu mobil. "Sekali lagi terima kasih, Lev. Sampai jumpa di lain hari!"

"Ya, sampai jumpa. Semoga harimu menyenangkan, Ayazaka."

Mereka berpisah dengan senyuman masing-masing bertengger di wajah. Namun, perpisahan itu meninggalkan detak pertama yang akan mengikat keduanya. Pesona keduanya mulai saling menjerat. Tinggal menunggu waktu untuk mengikatnya.

Terpikat pesona yang berujung romansa. Kisah mereka menjadi salah satu dari sekian kisah yang diabadikan ...

♪FIN♪

♥20 Mei 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top