Bab XXV
Hari ini adalah hari di mana Qilla resmi menjadi keluarga adopsi orang lain. Setelah kemarin sempat ditunda dikarenakan prosedur yang lumayan susah.
Semua anak panti, para pengurus panti, ibu Tika, Bunda, bahkan Leo dan Say berkumpul di halaman samping panti. Melepas Qilla yang sedari tadi tak berhenti menangis. Di sampingnya ada Say yang juga tengah menangis. Ini yang membuat Qilla berat melepas mereka. Meski kini keputusannya sudah bulat, Qilla tetap merasa berat.
"Bunda...." Qilla menghampiri bunda sembari memeluknya erat. Benar-benar erat hingga bunda merasa sedikit sesak.
Pelukan bunda lepaskan pelan. Wanita paruh baya itu menghapus air mata yang turun di pipi Qilla, sampai air mata itu kering di wajahnya. Walau tak berhasil karena Qilla yang terus saja menangis.
"Bunda tau, ini berat buat Qilla. Tapi keputusan Qilla udah bulat kan. Sekarang tanggung jawab kamu untuk melepas semua. Melepas bukan berarti melupakan, bukan. Kamu masih boleh mampir bahkan menginap di panti ini. Panti ini terbuka lebar buat kamu, Nak."
Qilla kembali memeluk bunda. Menangis lagi di pundak wanita yang telah merawatnya sekian tahun itu.
"Bunda ... Terima kasih banyak. Sekaya apapun Qilla, Qilla enggak bakal bisa balas saja Bunda selama ini."
"Enggak perlu, Nak. Dengan kamu masih mengingat Bunda juga panti ini, sudah cukup buat Bunda."
Ini drama sebenarnya. Menurut Rey jika masih dalam keadaan normal. Kini, ia terlihat uring-uringan. Antara memikirkan apa yang Leo ucapkan kemarin juga merasa berat melepaskan Qilla. Cowok itu hanya terdiam sembari melihat sekecil apapun gerakan yang Qilla lakukan. Berusaha mengingat sedetail mungkin, agar saat rindu datang menyapa ia tak kesusahan menerimanya. Eh, rindu?
Rey bahkan masih tak mengerti bagaimana perasaanya sebenarnya. Benarkah ia jatuh cinta pada gadis galak itu? Atau justru perasaan lain? Ah, Rey benar-benar bingung.
Hingga tiba pada saat Qilla berada di depannya. Rey malah terdiam dengan pandangan kosong. Qilla sampai mencoleknya agar kesadarannya kembali. Saat menyadari jika Qilla berada di depannya, Rey terlihat salah tingkah. Gugup seketika melandanya.
"Boleh ikut gue sebentar?" Rey mengangguk saat Qilla meminta ijin padanya. Mereka berdua melangkah menjauhi para penghuni panti. Disambut sorakan 'cie' yang cukup nyaring saat keduanya perlahan menjauhi mereka.
Taman. Lagi-lagi mereka berdua menuju tempat itu. Tempat bersejarah karena seringkali mereka pakai saat sedang merencanakan misi atau bahkan hanya berbicara berdua.
"Makasih banyak Rey," kata Qilla, memulai pembicaraan.
"Untuk?"
Qilla tersenyum manis, membuat Rey semakin merasa gugup. "Untuk semua."
"Seharusnya gue yang berterima kasih."
"Waktu itu sudah."
"Kali ini, gue minta maaf. Maaf untuk semua hal yang gue lakukan, yang menyakiti lo atau menyinggung lo. Maaf, untuk semua kejahilan yang pernah gue lakukan ke lo."
Qilla menggeleng. "Justru itu yang bakal gue kangenin nantinya. Gue udah enggak punya lagi seseorang yang bikin gue kesel plus tensi darah gue naik mulu. Terima kasih Rey. Tanpa lo, gue enggak akan merasa hari gue berharga di sini.
Blush.
Baik Qilla maupun Rey kini tertunduk. Wajah mereka memerah.
"Tanpa lo, gue enggak punya seseorang buat gue jailin lagi," ujar Rey.
"Hahaha. Tanpa sadar, kita berdua saling berkaitan juga membutuhkan ya." Tanpa sadar, Rey mengangguk.
"Boleh gue meluk lo?" Cowok itu tersenyum malu saat meminta ijin memeluk Qilla.
"Tentu." Qilla memeluk Rey terlebih dahulu. "Gue bakal kangen banget sama lo, Rey." Rey mengangguk, mengiyakan dalam hati.
"Jangan lupa kabarin gue ya, kalau lo udah punya hp baru," ucap Rey sembari menyerahkan secarik kertas berisikan nomor wa-nya. Qilla mengangguk.
Mereka berdua melangkah, kembali ke halaman samping panti. Di sana orang tua angkat Qilla telah menunggu.
.
Sehari tanpa Qilla memang terasa berat. Tak hanya Rey, anak panti lainnya pun demikian. Mereka lebih banyak diam. Tak seramai biasanya. Mereka semua hanya duduk menonton TV, hal yang jarang mereka lakukan saat Qilla masih ada. Biasanya mereka memilih bermain baik di luar maupun di dalam saat hari libur begini.
Terlebih Rey. Biasanya pagi-pagi begini ia masih bisa cek-cok sedikit dengan Qilla, atau menjahilinya. Membuatnya kesal, yang berakhir ia diomeli dengan pelotolan mata coklat terangnya.
Ah, Rey rindu Qilla.
Cowok itu kini hanya diam, melamun, menonton tv. Diam, melamun, menonton tv. Itu saja terus-menerus. Ponsel barunya pun jarang ia gunakan. Kecuali jika ada tugas yang mengharuskannya membuka ponsel.
Rey bahkan lupa jika hari ini tanggal 26. Tanggal biasa sebenarnya. Namun di tanggal ini, pak Aran alias paman biologis dari Rey, datang ke panti menjenguk anak asuh panti. Ia juga lupa kenyataan yang beberapa waktu lalu terungkap. Ini semua gara-gara kepergian Qilla. Cewek itu telah menyita seluruh perhatiannya saat ia pergi.
Bunda datang menghampiri. Rey bahkan sampai tidak menyadari saking asyiknya melamun.
"Rey, Bunda mau bicara." Rey langsung terlonjak kaget sampai berdiri saat tiba-tiba mendengar suara bunda masuk ke gendang telinga Rey.
"Bunda ngagetin. Ada apa Bunda?"
Bunda tersenyum sembari meminta maaf karena telah mengagetkan Rey. Lalu berkata apa yang ingin ia sampaikan. Rey melotot, baru ingat jika Pak Aran hari ini datang ke panti dan rupanya sudah sampai.
Saat yang tepat ia mengungkapkan semua. Semua yang diketahuinya. Meski masih ada rasa kesal dan marah di hati, mau tak mau Rey harus melakukan hal ini.
Cowok itu bergegas pergi meninggalkan bunda menuju ruang kepala yayasan. Di sana sudah ada pak Aran serta bu Tika. Bunda memanggilnya bukan untuk urusan pribadi Rey, melainkan Aran memang memanggilnya.
Rey memasuki ruangan dengan perlahan. Sama sekali tak menunjukkan jika ia telah tahu siapa sebenarnya dirinya. Hingga tiba saat ia ada di hadapan Aran, cowok itu langsung memeluknya erat. Sangat erat hingga tetesan air mata meluruh membasahi kemeja yang Aran kenakan. Rasa marah serta kecewa itu meluap, bersama keharuan akan hadirnya sosok keluarga yang sebenarnya masih ia miliki.
Bersambung...
Maaf, belum sempet edit, bahkan baca ulang.
Mohon koreksinya.
5 bab lagi.
250818
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top