Bab XII

Selasa malam adalah hari yang paling menyenangkan bagi anak panti. Sebenarnya semua malam sih, namun malam selasa adalah malam yang lebih istimewa dibanding malam lainnya. Meski mereka masih harus menjalankan kewajiban yakni belajar. Mereka juga diperbolehkan menonton TV di ruang keluarga. Biasanya mereka hanya diperbolehkan menonton TV di lantai atas yang chanel TVnya banyak hilang.

Rey juga anak panti lainnya kini tengah asyik menatap layar sedikit tebal di depan mereka. Meski tontonannya seputar kartun atau kalau tidak sinetron, atas permintaan Rey.

Kebanyakan cowok malas menonton TV, kecuali acara bola. Berbeda dengan Rey, cowok jangkung itu paling semangat jika akan menonton TV. Terlebih sinetron yang kini sedang naik daun. Rey lupa apa judulnya, yang jelas ia jatuh cinta pada sosok ibu di sinetron itu.

Tidak, Rey tidak melihat bagaimana rupanya. Ia hanya melihat bagaimana artis itu mendalami perannya sebagai seorang ibu. Penuh kasih sayang juga kelembutan. Henny Saraswati namanya. Artis papan atas yang kini telah berkepala tiga, menikah dengan managernya sendiri. Rey tahu fakta itu setelah browsing menggunakan hp barunya. Ya, meski hanya mengandalkan wifi panti.

Satu persatu anak panti mulai mengundurkan diri. Merasa matanya tak lagi bisa fokus dikarenakan menahan kantuk. Hanya tersisa beberapa anak saja, yakni Rey, Ucup, Ridwan, Emil, dan satu anak perempuan yang kini tengah duduk di pangkuan Rey dengan mata terpejam, Airin.

Entah sejak kapan Rey merasa Airin duduk di pangkuannya karena ingin tidur. Itu salah satu kebiasaan Airin, hidup lima tahun bersama Rey, membuatnya nyaman akan kehadiran cowok jangkung itu.

Dulu, ketika Airin tiba di panti dengan hanya berbalut selimut tebal dalam kardus, Rey masih berusia 12 tahun. Ia juga yang menemukan Airin selepas sholat subuh karena tangisannya yang kencang. Mungkin dari situ, Airin mulai merasa nyaman.

Kalau boleh jujur, Rey sangat menyayangi adik-adiknya di sini. Tumbuh bersama dan bermain bersama membuat jalinan kasih di antara mereka kian kokoh. Jika apa yang tengah ia harapkan suatu hari nanti adalah kebenarannya, Rey ingin tetap di sini. Meski suatu saat keinginannya akan berubah, setidaknya hanya itu yang ia inginkan sekarang.

Rey kembali fokus pada tontonannya, bukan menonton pemeran utama. Rey hanya fokus menonton bagaimana Henny Saraswati berakting. Bagaimana lembutnya wanita itu dalam perannya menjadi seorang ibu sang pemeran utama. Andai saja Henny Saraswati adalah ibunya ... Rey pasti akan sangat bahagia.

"Ah, cantiknya...," ujar Rey.

Ucup menoleh menatap Rey dengan kerutan di dahi. "Siapa Bang?"

"Henny Saraswati."

"Hah?! Siapa Bang?"

"Eh, bocah! Mending lu diem," katanya sewot.

"Ye ... Biasa aja dong Bang. Enggak usah ngegas. Ucup tahu kok yang mana yang cantik."

"Tau apa lu tentang cewek cantik."

Ucup membusungkan dadanya, lalu menepuknya dengan gestur bangga. "Gini-gini, Ucup paham ya Bang."

"Halah, anak umur 10 tahun kayak lu mana paham masalah begituan." Rey memutar bola matanya jengah sembari menahan kepala Airin dengan lengannya agar tidak terjatuh.

"Mbak Qilla itu cantik. Airin cantik, Emil juga. Kan cewek Bang."

"Ye ...," sorak Rey, Ridwan dan Emil. Sorakan mereka membuat Airin bergerak gelisah. Rey yang takut Airin terbangun, menepuk-nepuk pantatnya seperti saat ia bayi.

Kini Rey mengubah posisi tidur Airin seperti tengah menggendongnya. Disandarkannya kepala Airin pada dada kurusnya. Lengannya, ia buat sebagai penahan tubuh bagian belakang Airin.

"Ucup kalau ngomong pelan-pelan, nanti Airin bangun," Emil memperingatkan, yang dibalas dengan senyum bersalah oleh Ucup.

"Henny Saraswati itu wanita paling cantik di sinetron enggak jelas itu. Bunda mah kalah, hehehe. Gue juga kagum banget sama dia. Idola banget lah," kata Rey pelan.

"Mbak Qilla juga pernah bilang dia kagum sama Bu Sarah."

"Saras Cup, bukan Sarah."

"Tapi kan di situ namanya Sarah. Ya, Bu Sarah, dong," ucap Ucup tak mau kalah. Emil dan Ridwan menggeleng melihat kelakukan keduanya. Heran sekaligus takjub, mendapati dua anak Adam berbeda usia ini begitu mirip karakternya. Sama-sama keras kepala.

Bunda yang tak sengaja mendengar apa yang mereka ucapkan merasa terenyuh. Rey begitu merindukan sosok ibunya, tapi sayang ia tak bisa berbuat apa-apa demi anak yang diasuhnya sejak umur tujuh bulan itu. Andai saja Rey tahu kebenarannya...

.

Rey menghampiri Qilla yang tengah membersihkan taman. Pantas saja dari tadi tidak terlihat. Rupanya ia tengah membersihkan taman bermain panti seorang diri. Kasihan.

"Ngapain lo bersihin taman sendiri?" tanya Rey tiba-tiba membuat Qilla terlonjak kaget, bahkan sapunya terlepas dari tangannya. Rey terkekeh melihat adegan barusan.

"Ngagetin aja!"

"Lagian ngapain lo bersih-bersih taman kek gini. Tumben."

"Mbak art lagi cuti, jadi gue yang disuruh Bunda bersihin taman."

"Oh."

Rey menggosok telapak tangannya, angin malam membuatnya sedikit kedinginan. Rey melangkah mendekati ayunan yang tak jauh dari tempatnya berdiri tadi, lalu duduk di sana. Memperhatikan Qilla yang kini kembali fokus menyapu taman.

"Ngapain lo ke sini?"

"Nyari lo."

Qilla menegakkan tubuhnya, berbalik menghadap Rey. "Cie ... Kangen ya."

"Jijik." Rey berekspresi pura-pura muntah. "Gue ke sini mau nanyain tentang anu."

Qilla mengernyit. "Anu?" Rey mengangguk.

"Tentang itu, gimana caranya kita nyari tau kebenarannya?"

"Gampang. Gue udah mikirin gimana caranya. Nanti malem, lo ikut gue ke ruangan Bu Tika."

"Hah?! Ngapain?"

"Cari data," kata Qilla santai. Di mata Rey, Qilla terlihat seperti cewek manis jika sedang baik seperti ini. Aura galaknya seolah lenyap. Tergantikan wajah manis yang seketika membuat hati Rey menghangat. Tunggu ... Apa maksudnya? Rey menggelengkan kepalanya samar. Menjauhkan hal aneh yang bercokol di otaknya.

"Buat apa?"

"Ck. Banyak tanya lo ya. Pokoknya nanti tengah malem, gue tunggu lo. Kita ambil kuncinya di kamar Bunda. Tapi ada syaratnya." Qilla tersenyum samar.

Rey mengernyit. Apa pula ini?

"Gini doang pake ada syaratnya segala macem."

"Ya, harus, dong. Syaratnya lo bantuin gue bersihin taman. Bisa encok muda gue nyapu taman ini malem-malem, sendiri pula." Rey hanya menghela napas sebelum akhirnya menuruti apa yang Qilla mau.

Bersambung...

120818

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top