Bab X
Semalaman Rey tidak bisa tidur. Selalu memikirkan apa yang Qilla katakan. Ucapan cewek itu terus mengalun di otaknya, membuat ia susah untuk sekedar memejamkan mata.
"Apa mungkin orang tua lo masih ada? Terus ngirim ini semua lewat orang-orang terpercayanya. Terus nanti pas udah tua, lo diambil lagi, lo marah, kabur dan ... The end."
Kalimat itu selalu muncul saat Rey hendak memejamkan mata. Memaksanya berpikir keras apakah yang Qilla katakan memang benar adanya? Dilihat dari segi logika, sangat jarang ada orang yang mau memberinya barang mahal padahal mereka tak memiliki hubungan darah. Bertemu saja hanya beberapa kali. Sedangkan di sisi lain, Rey berpikir orang yang memberinya bingkisan itu mungkin saja memang berniat memberi, tak peduli berapa harganya.
Tapi opsi terakhir terdengar kurang begitu akrab di telinga Rey. Jaman sekarang ada orang sebaik itu, kemungkinan besar mempunyai maksud tertentu. Tapi sampai sekarang Rey belum menemukan apa yang dimaksud jika memang benar seperti itu.
Orang tua masih hidup? Pertanyaan itu juga membuat Rey berpikir keras. Jika orang tuanya masih hidup, mengapa ia sampai bisa berada di panti asuhan? Semenjijikkan apa dirinya sampai orang tuanya saja tidak mau menerima kehadirannya? Tapi jika memang orang tuanya berniat membuangnya, tentu hadiah itu tidak akan pernah ia terima.
Jadi bagaimana maksudnya? Rey masih bingung. Ingin percaya pada perkataan Qilla, namun logika membuatnya ragu. Masa iya bingkisan itu dari orang tuanya? Tapi mengapa bisa begitu?
Rey lelah sebenarnya memikirkan ini semua. Namun hatinya akan selalu merasa tidak tenang jika semua ini belum terjawab pasti.
Adzan subuh beberapa menit lagi berkumandang dan sampai saat ini mata Rey belum mau menutup. Maksud dari bingkisan mewah tersebut apa? Bisa jadi orang tuanya yang mengirimkan lewat donatur demi melihat dirinya seperti anak-anak seumurannya yang lain. Ya, bisa jadi.
Rey kini tersenyum lebar, menemukan suatu pemikiran yang bisa jadi adalah kebenaran. Ya, Rey yakin jika orang tuanya masih hidup. Orang tuanya masih menyayanginya karena mengirimkannya benda yang anak jaman sekarang pasti miliki. Ya, meski harus hidup di panti asuhan. Setidaknya Rey masih berharap jika pemikirannya adalah suatu kebenaran yang akan terungkap di kemudian hari.
Kini adzan subuh berkumandang. Tanpa ba-bi-bu Rey bangkit berdiri, hendak membangunkan adik panti sekamarnya sebelum menghadap Ilahi meminta petunjuk-Nya.
.
Rey harus menemui Qilla. Berkata padanya jika apa yang cewek itu katakan kemarin adalah keyakinannya saat ini. Dengan senyum lebar nan manis, juga langkah kaki yang cepat Rey mencari keberadaan Qilla.
Beruntung saat hendak menuju dapur, ia melihat Qilla dari arah bersebrangan. Rey segera menghampiri cewek itu, lalu menarik lengannya menuju taman. Qilla yang hendak protes beralih diam saja saat melihat wajah cerah Rey yang tak lagi seperti kemarin yang sedikit pucat dan lesu.
Rey melepas tangannya yang sedari tadi menarik lengan Qilla. Sedangkan raut cewek itu terlihat tidak bersahabat. Tangan bersikedap, tatapan mata menajam, dahi mengernyit menambah kesan galak pada dirinya. Namun Rey tak peduli. Ia harus menceritakan keyakinannya dan berusaha membujuk Qilla agar mau membantunya mencari kebenaran.
"Gue rasa yang lo katakan semalem adalah benar. Orang tua gue bisa jadi masih ada dan mereka yang ngirim gue bingkisan mewah itu lewat donatur. Bayangin aja kalau misal itu bukan dari ortu gue, mana ada orang yang baik hati memberi seseorang suatu barang yang bisa dikatakan sangat mewah oleh anak panti seperti kita." Qilla terkejut mendengarnya.
Bagaimana tidak terkejut, semalam ia hanya membual saja dan Rey memikirkannya secara serius? Yang benar saja. Ya, meski apa yang Rey bilang barusan terdengar masuk akal tapi tetap saja ia tidak akan percaya semudah itu.
"Kenapa?" tanya Rey saat melihat Qilla yang ekspresinya seperti terkejut dan tidak percaya.
Cewek itu diam. Menetralkan ekspresinya sebelum berubah kembali menjadi Qilla galak mode on.
"Gue masih enggak percaya."
"Tapi apa yang gue bilang barusan ada benarnya kan?"
"Iya emang tapi agak aneh aja, tiba-tiba lo bilang bahwa lo punya keluarga kandung yang akhirnya cerita itu jadi mirip ftv."
Rey menggeleng. "Gue rasa ini opsi yang paling benar, dari yang lain."
Qilla tetap bersidekap seraya menggerakkan kakinya pelan. "Terus kalau misalnya begitu, kenapa?"
"Gue mau lo bantu gue nyari siapa orang tua kandung gue." Rey tersenyum lebar. Tak mempedulikan Qilla yang kini menganga. Takjub akan kalimat yang Rey lontarkan barusan.
"Lo gila ya. Gue bukan pasukan densus 88. Buat apa gue bantu lo nyari keluarga lo atas dasar pemikiran yang belum tentu benar. Gue enggak mau!"
Rey menempelkan kedua telapak tangannya, memberi gestur memohon pada Qilla yang saat ini sedang membuang muka. Persis seperti tuan puteri yang sedang merajuk.
"Ayo lah. Bantu gue. Gue yakin di kemudian hari, kebenaran ini akan terungkap."
"Gue enggak mau, Rey. Lo tau enggak sih, pemikiran lo yang kek gini bikin lo terlihat jadi terlihat seperti orang tolol. Orang tua lo belum tentu masih ada, dan lo minta gue bantu nyari? Haha Gue enggak bisa."
Rey memelas. "Plisss, bantu gue. Gue janji deh setelah misi ini gagal, gue enggak akan ganggu lo lagi. Kalau emang beneran orang tua gue udah enggak ada."
"Gue enggak bisa, Rey," ujar Qilla sebelum berlalu meninggalkan Rey yang kini menatapnya datar.
Bersambung...
Blm apa-apa udh ngutang. Wkwkwk.
110818
Yang seharusnya update. (100818)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top