0.1

"Cara pertama mengatasi masalah dengan mudah yaitu, Uang."
-Tio

***

"Cepat cari dia!"

Setelah mendengar perintah atasan mereka, para pria kekar itu bergegas turun dari atap untuk mencari Reyghan yang beberapa detik lalu loncat dari sana.

"Tidak mungkin," ujar pria botak tanpa kumis tatkala melihat tidak ada siapa pun di bawah sana. Seingatnya, Reyghan sudah hampir pinsang semula, jika pria itu lomcat dari atas sudah pasti meninggal di tempat.

"Anak itu pasti belum jauh dari sini, semuanya berpencar!"

Mereka semua berpencar untuk memulai pencarian. Melihat ada satu motor yang terparkir di sana membuat Tio, tangan kanan ketua yakin jika laki-laki yang mereka cari belum meninggalkan tempat itu.

Di sisi lain, Reyghan sudah benar-benar tak berdaya dengan dirampah seorang gadis yang kini memegang sebuah toa kecil. Raut wajah gadis itu terlihat sangat bersalah, mungkin itu karenanya laki-laki itu jadi seperti ini.

Sebelumnya, Moana tengah berjalan menuju rumahnya dan melihat segerombolan anak berseragam SMA yang sama dengannya berhenti di rumah kosong samping kediaman Moana. Tidak ada yang tidak kenal geng Bharata si biang onar di sekolah. Terutama ketuanya, Reyghan.

Moana mengikuti Reyghan, dan melihat apa yang sedang diintai geng Bharata itu. Ia berinisiatif membantu mereka dengan membunyikan sirene polisi. Namun, sialnya ia ketahuan oleh para bandit, dan kejadiannya jadi seperti sekarang. Reyghan terluka sebab hendak menyelamatkan pacarnya.

Melihat pintu rumahnya, Moana bernapas lega. Akhirnya ia sampai di tempat yang aman.

Moana segera membawa Reyghan ke dalam rumahnya yang kebetulan hanya ada pembantu saja. Kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kota untuk mengobati adiknya yang sakit.

"Jangan tidur, demi apa pun jangan pejamkan mata lo, okey!" titah Moana. Meskipun ia tahu semenyakitkan apa yang dirasakan Reyghan, laki-laki itu tidak boleh tidur.

"Bawa gue ke rumah sakit, sekarang!" ucap Reyghan sembari menahan sakit. Kedua alisnya mengernyit, dan beberapa kali ia mengerang saat merasakan sakit yang luar biasa di punggungnya.

Moana merebahkan Reyghan di tempat tidurnya, lalu bergegas mengambil air hangat untuk membersihkan luka pria itu. Sepertinya hanya diobati di rumah tidak akan cukup, luka di tubuh laki-laki itu begitu banyak, bahkan ada bekas sayatan sepanjang pensil di punggung pria itu yang cukup dalam. Jika ia ke luar sekarang, akan sangat berbahaya karena ia pasti akan melewati orang-orang itu.

"Gue udah bilang, jangan tidur," ucap Moana seraya mendudukkan Reyghan.

Melihat ponsel Reyghan yang sedari tadi bergetar membuat jantung moana berdetak lebih cepat. Ia takut akan disalahkan oleh teman-teman Reyghan yang sempat melihat wajahnya beberapa waktu lalu.

"Angkat!"

Moana menggeleng, ia tidak mau Reyghan meminta teman-temannya datang ke sana.

"Biar gue aja yang cari solusi," ujar Moana.

Moana mengambil ponsel Reyghan, membukanya dengan sidik jari laki-laki itu. "Maaf," ucapnya untuk sekedar meminta izin.

Moana segera menelepon seseorang dengan kontak Daddy. Orang yang paling aman untuk dihubungi sekarang.

Moana diam beberapa saat setelah panggilan tersambung.

Pria paruh baya di balik telepon sedikit berdehem pelan. "Ada apa, Rey. Daddy lagi meeting. Kalo ada hal mendesak chat saja."

"Dad," lirih Reyghan tak berdaya, bahkan suaranya tidak sampai terdengar di telinganya. Matanya berkunang-kunang, rasanya begitu sakit sampai ia ingin memejamkan mata saat ini juga.

"Ssst, diam. Jangan tidur!" ucap Moana seraya bisik-bisik.

"Om, saya temannya Reyghan," ucap Moana terbata-bata. "Itu, Om. Reyghan habis dikeroyok beberapa preman, dan sekarang dia di rumahku. Bisa bawa Rey ke rumah sakit sekarang?"

"Apa maksudmu? Bagaimana keadaan anak saya sekarang?"

"Dia lumayan parah, Om. Saya tidak punya mobil buat pergi ke rumah sakit langsung, dan jarak rumah saya ke halte lumayan jauh."

Ayah Reyghan mendesis pelan. "Jangan bawa ke rumah sakit, biarkan saja dia di rumahmu, nanti saya ke sana dengan dokter saja."

"Tapi, Om ...."

"Kirim alamatmu lewat pesan sekarang!" pinta Ayah Reyghan dan seketika itu panggilan langsung berakhir.

"Huft, gue serahin semuanya ke bokap lo." Moana mengambil handuk kecil yang dibasahi, membuka pelan atasan yang dikenakan Reyghan, lalu membersihkan luka-luka di tubuh laki-laki itu.

Sesekali Moana ikut meringis dan meniup pelan luka di punggung Reyghan. Kali ini ia diam saat perlahan mata Reyghan tertutup, ia tidak bisa terus membiarkan laki-laki itu menahan sakitnya. Lagi pula, sebentarlagi ayah pria itu datang. Mungkin tidak apa-apa jika ia membiarkannya menutup mata.

"Lo boleh pingsan, asal nggak mati, janji!" tukas Moana seraya meniup pelan luka Reyghan.

***

Setelah hampir setengah jam menunggu, ayah Reyghan datang ke rumahnya bersama seorang dokter dengan berbagai alat medis. Sebelumnya, Moana sudah memberitahu seluruh kondisi Reyghan saat ini. Jadi, ayah laki-laki itu sudah dulu mempersiapkan apa saja yang perlu di beritahu ke dokter.

Moana melihat ayah Reyghan yang terus mondar-mandir dengan raut resah. Ia tidak tahu apa yang pria paruh baya itu khawatirkan. Jika itu Reyghan, sudah pasti pria itu membawa anaknya langsung ke rumah sakit untuk pengobatan yang intensif dibanding membawa dokter sendiri. Mungkin pria itu mengkhawatirkan hal lain.

Satu jam berlalu, Reyghan sudah diobati oleh dokter yang dibawa ayahnya. Luka di punggungnya juga sudah dijahit dengan total dua belas jahitan.

Moana ke luar kamarnya bersama sang dokter untuk memberikan sedikit privasi ke dua orang ayah dan anak itu.

"Sial, Daddy sudah bilang dari kemarin, jangan cari masalah dulu sampai ulang tahun ke 18 kamu!" gumam Tio seraya merutuki Reyghan yang kini terpasang infus di tangannya.

Tio meremas sprei di samping Reyghan. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Sedangkan ulang tahun anaknya itu tinggal beberapa minggu lagi.

Reyghan adalah cucu kesayangan ayah Tio, yang berarti kakek Reyghan. Sebelum terkena penyakit parah, kakek Reyghan sudah dulu menulis surat wasiat yang berisi tentang hak Reyghan di perusahaan Zee. Jika laki-laki itu ulang tahun ke 18, dan memiliki tubuh sehat yang bisa mewarisi perusahaan, maka kakeknya akan mewarisi 50% saham yang ada di perusahaan.

Namun, keadaannya sangat genting sekarang. Reyghan mengalami sakit parah dan akan pulih seperti semula dalam tiga bulan mendatang, sedangkan ulang tahun anak itu lima minggu lagi. Jika demikian, usaha Tio merawat anak itu selama ini akan sia-sia. Ia tidak akan mendapat apa-apa karena warisan itu pasti akan langsung di rebut oleh cucu kedua ayahnya, yaitu anak dari adiknya yang berumur lebih tua dari Reyghan.

Hanya ada satu cara untuk mendapatkan warisan itu. Rahasia di masa lalu yang tidak diketahui semua orang.

"Saya akan titipkan Reyghan di sini selama tiga bulan, berapa pun yang kamu mau tulislah di cek ini," ucap Tio seraya menyodorkan lembaran cek ke hadapan Moana.

Moana yang tidak menyangka hal ini akan terjadi langsung membeo. "Berapa pun? Maksimal berapa?" tanya Moana.

Moana tidak munafik, ia sangat butuh uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan untuk membayar uang sekolah yang masih menunggak sebab orang tuanya selalu fokus dengan pengobatan adiknya.

"20 juta perbulan."

"Woah, itu banyak sekali. Tapi kenapa Reyghan harus di sini?" tanya Moana.

"Jangan banyak mencari tahu suatu hal yang seharusnya tidak kamu ketahui. Tutup mulutmu tentang kejadian ini, itu syaratnya."

Moana terdiam, lagi pula rumahnya selalu kosong selama ini. Jika ditempati orang sakit tidak akan menyusahkannya dan juga ia akan dibayar, itu tidak masalah. "Baiklah."

"Tutup mulutmu mulai sekarang, jangan sampai ada yang tahu jika Reyghan di sini!" ujar Tio.

"Iya, iya, siap!" sahut Moana sembari membuat gerakan seakan tengah mengunci rapat mulutnya dengan dua jari.

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top