Chapter 7 ~ Exercices de chasse (Latihan Berburu)
"Oh, jadi ini yang kau maksud hadiah."
"Tepat."
Lemon terlihat cengar-cengir sendiri melihat ekspresi syok kedua orang di hadapannya.
ೋ๑୨୧๑ೋ
Kita mundur sedikit beberapa menit. Pagi itu sangat dingin dan sedikit berkabut. Maklum saja, tempat ini di pegunungan dengan hutan rimbun. Terlihat seorang gadis menggigil di kamarnya. Dia terus menggulung dirinya dengan selimut, matanya tak mau terbuka sedikit pun.
Hawa dingin itu membuatnya tak berdaya. Mungkin kerongkongannya sangat kering. Bahkan hewan berbulu yang melingkar di atasnya tak cukup membuatnya hangat. Dia merasa akan sakit dalam waktu dekat jika seperti terus.
Kamar seberang juga sama, seorang laki-laki yang masih tertidur pulas. Tapi dia tak mengenakan selimutnya dengan benar, tubuhnya bahkan tidak terganggu dengan hawa dingin.
Tanpa mereka ketahui, sebenarnya ada gadis usil yang mengendap-endap sambil membawa panci dan sendok sayur. Ia berdiri di tengah-tengah lorong yang diapit dua kamar.
Gadis itu menghirup napas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan teriakan.
"SAHUR, SAHUR. WOI, ADA MALING. KEBAKARAN. GEMPA BUMI, SELAMATKAN DIRI KALIAN."
Lemon iseng berteriak di pagi buta sambil mengetuk panci sekuat tenaga. Bunyi nyaring dari panci itu sanggup membuat dua orang setengah sadar keluar berhamburan karena panik.
Kucing yang dipungut Rean kemaren sampai nyangkut di atap kamar. Bulunya berdiri semua, tubuhnya gemeteran sampai terdengar suara erangan.
Dari dua orang yang keluar, Rean-lah yang paling ngenes. Dia sempat tersungkur di depan pintu gara-gara kakinya menginjak selimut yang dikenakannya.
"Pfft, AHAHAHA."
Rean sadar bahwa ini jebakan agar dia bangun pagi. Tanpa pikir panjang ia melempar selimutnya sampai membuat Lemon jatuh.
"Berisik, Mon."
Rean kembali masuk ke kamarnya. Ia mengunci pintunya agar tidak di ganggu Lemon lagi. Karena selimutnya dibawa Lemon, Rean mengambil selimut lain di lemari. Tubuhnya benar-benar tidak tahan dingin.
Selangkah dua langkah menuju ke kasurnya. Sesaat ia melirik kaca yang memantulkan bayangannya. Awalnya ia mengabaikannya. Namun, ia menyadari sesuatu yang berbeda.
Rean kembali mengaca, ia bahkan sampai mencubit bahkan menampar dirinya sendiri. Masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Tidak mungkin!"
Buru-buru Rean keluar kamar mencari Lemon. Dia terlihat sedang bersama Rezaril di ruang tamu.
"Lemon, apa maksudnya ini?!"
ೋ๑୨୧๑ೋ
Rean terlihat sangat syok. Ada yang berbeda darinya. Rambutnya berubah warna menjadi seputih salju, matanya juga merah menyala. Lemon yang melihatnya hanya memberikan senyuman seakan rautnya itu berucap 'surprise'.
"Bisa kau jelaskan ini!"
"Kalem, Mbak. Itu normal, tubuhnya sedang beradaptasi dengan kekuatan dan aura di Gaia. Intinya itu wujud aslimu di sini."
Lemon yang sangat santai menanggapinya membuat Rean semakin migren. Rean merebahkan diri di sofa untuk meredakan pusingnya.
"Ululu, Rean, lucu banget."
Rean melirik ke seberangnya, Rezaril yang cekikikan memandanginya. Dia langsung terkejut mendapati mata Rezaril bak kelereng emas.
"What?! Ada apa dengan matamu?"
"Sepertinya terjadi sama sepertimu."
Rean semakin heran dengan Rezaril yang menanggapinya tidak se-syok dirinya. Dia malah suka dengan penampilannya yang unik. Rean rebahan di sofa sambil menutup wajahnya dengan bantal.
Pundaknya naik turun dengan lambat. Rean sedang menenangkan dirinya. Rean jadi terpikirkan satu hal, kenapa dia selalu kaget dengan hal-hal yang tak masuk akal?
"Meow."
Seekor kucing datang menjilati tangan Rean yang menjuntai. Rean melirik kucing itu, sesaat dia terluka dengan wajah imutnya.
"Lucunya."
Di penglihatan Lemon, wajah Rean menjadi bersinar dengan filter Pink dan banyak bunga-bunga yang muncul. Dari situ Lemon mengerti satu hal yang bisa dimanfaatkan suatu hari nanti.
'Terlihat seperti gula kapas,' batin Lemon.
Kucing itu sangat suka dimanja oleh Rean. Dia sangat menikmati belaian Rean.
"Ngomong-ngomong, kucing itu belum punya nama 'kan?"
Rezaril benar, kucing itu berstatus tak bernama selama sehari. Rean yang mendengarnya jadi berpikir nama apa yang cocok untuk kucing itu.
"Meow."
Kucing itu mengeong dengan lambat, seakan paham situasi di hadapannya. Rean pun memangkunya, bulu lebutnya membuat Rean gemas.
"Bagaimana kalau Kitty?" usul Lemon, tetapi langsung ditolak Rean karena terlalu umum.
"Pussy?"
"Tidak."
"Kiiro?"
"No."
"Terus, apa maumu?"
"Gak tahu."
Lemon jadi emosi karena semua sarannya ditolak. Dia pun berpikir lebih serius lagi untuk mencari nama yang cocok.
"Kira-kira nama apa yang cocok?"
"Meow."
Rean melirik ke kucing yang dipangkunya. Kucing itu memandangi Rean, paras imutnya membuat mata Rean berkilau.
"Aku tahu!"
"Hee? Tahu apa?"
"Kita panggil kucing ini Mrs. Muezza!" seru Rean yang mengangkat kucing itu seakan memperkenalkannya pada dunia.
"Setuju!"
"Eh, kucing itu cewe?"
"Lha, kau baru tahu, Mon?" Lemon langsung mengalihkan pandangannya, tampak terlihat cemas.
Rean kembali duduk sambil mengelus kepala Mrs. Muezza. Kucing itu terus mengeong. Rean sepertinya paham kode dari kucing itu.
"Mon, punya makanan kucing? Wi*kes, kek."
"Tidak ada. Kau pikir ini dimana?"
"Benar juga. Bagaimana, dung?"
"Kita pakai itu."
Lemon menunjuk ke luar. Rean dan Rezaril mengikuti arah Lemon menunjuk. Di luar ada banyak serigala liar yang berjalan-jalan. Melihat gigi taring dan kukunya saja membuat Rean menelan saliva.
"Apa kau bercanda?"
"Tidak, kucing kan suka daging. Di sini ada serigala, kenapa tidak berburu saja?"
Lemon menatap Rean seakan menantangnya secara tidak langsung. Muka Rean sekarang merah, ia merasa diremehkan oleh Lemon. Rean tambah terkejut saat Lemon menyeringai.
"Bagaimana denganmu, Rezaril?"
Lemon sengaja melambatkan suaranya saat menyebut 'Rezaril'. Rean sepakat bahwa Lemon benar-benar ingin baku hantam.
"Boleh juga."
Rezaril tampak tak keberatan dengan itu. Di saat itu juga Lemon menyuruh mereka berdua keluar.
"Kalau begitu, keluarlah!"
"Eh!"
"Kaumengusir kami?!"
"Tentu saja, tidak! Aku hanya meminta kalian untuk berburu serigalanya."
"Kenapa harus kami? Apa kau mau menjadikan kami umpan?"
Lemon menjentikkan jarinya. "Ide bagus. Cepat ambil senjata kalian, aku tunggu di luar."
Lemon langsung berlari keluar. Mereka berdua terpaku dengan perkataan Lemon. Suara pintu tertutup itu menyadarkan mereka, mau tidak mau mereka harus melakukannya.
'Ucapan Lemon tidak bisa di bantah sedikitpun,' batin Rean yang tambah migren.
Mereka berdua bergegas mengambil peralatan dan menemui Lemon di luar. Dia tampak menata batu-batu membentuk persegi panjang berukuran sedang. Di kedua sisinya terdapat besi panjang berbentuk 'Y' yang menopang besi yang panjang yang lebih runcing.
"Oi, cepat kemari!"
"Itu buat apa?"
"Oh, ini untuk membakar serigalanya."
Rean tampak celingak celingak. "Kayunya tidak ada."
"Kalian carikankan. Bagi tugas, siapa yang berburu? Siapa yang mengumpulkan kayu?"
Rean tampak syok mendengarnya, berbanding terbalik dengan Rezaril yang tampak serius.
"Sebelum itu, apa kekuatan kalian?"
"Blue Fire."
"Light Pillar."
Lemon tertegun. "Aura kalian berbanding terbalik. Rean terlihat lebih panas, berbeda dengan Rezaril yang sejuk. Kenapa kekuatan kalian...."
Lemon tak menyelesaikan kalimatnya. Dia tampak serius berpikir, tapi selang sedetik kemudian dia kembali ceria. Rean yakin ada yang aneh pada Lemon.
"Apa kalian pernah bertarung?"
"Aku hanya pernah latihan Kendo."
"Akuー"
"Rezaril, kau sudah sering bertarung."
Ucapan Rezaril cepat sekali dipotong Lemon, seakan dia sudah tahu jawabannya. Raut Rezaril langsung berubah masam sampai mengatai Lemon dalam hati.
'Tidak sopan!'
"Penting, kalian jangan sampai lengah dan fokuskan mana ke senjata untuk menyerang. Aku akan jaga kalian dari sini kalau ada yang tidak beres."
Lemon mendorong mereka berdua untuk keluar dari lingkaran batu.
"Tapi, tapi, tapiー"
"Le-Lemon, tungguー"
"Semangat!"
Mereka pun menginjakkan kaki di luar lingkaran. Sesaat ada gelombang cahaya yang tampak membentuk setengah bola menutupi rumah. Aura mereka mulai menguar, itu cukup untuk mengundang serigala datang memangsa mereka.
ೋ๑୨୧๑ೋ
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top