Part 5
Vampir?
Tawa [your name] tidak sengaja terlepas. "Lucu sekali. Apa Anda akan terbakar kalau terkena sinar matahari?"
Air muka Alexander bergeming. "Kau pikir ini lelucon?"
[your name] mengerjap kala sebuah angin berhembus di dekatnya. Entah sejak kapan Alexander telah berdiri di sampingnya. Tangannya menjulur meraih milik [your name], mencengkramnya kuat, membiarkan telapak tangan gadis itu memerah, terperangkap sel-sel darah merah di sana. [your name] tidak bisa kabur.
Dengan matanya sendiri, [your name] melihat bagaimana taring-taring milik Alexander memanjang, dan bola mata keemasan pria itu berubah warna menjadi kemerahan. Layaknya sosok vampir yang sering ia baca di novel.
"Oh, Tuhan, ini nyata?" Tidak sengaja ia bergumam, dan Alexander tertawa.
"Tentu. Jadi, kau akan tinggal di sini, kan?"
[your name] mengedik, "Jadi ... aku pikir Anda tidak akan menerima kata tidak."
Alexander mengulas senyum. Kedua warna matanya kembali ke normal, dan taring-taringnya kembali ke ukuran normal. "Baiklah. Mulai sekarang kau menjadi anak angkatku, putri mahkota. Tetapi tolong pastikan bahwa tidak seorangpun yang mengetahui kenyataan iniー"
***
Baiklah, itu semua merupakan kilasan 3 tahun yang lalu. Dan di sinilah aku sekarang, menjalani kehidupan baruku sebagai seorang putri mahkota, [your name] Nighhtford.
Jika kau bertanya, tidakkah aku merindukan kehidupan lamaku sebagai manusia? Jawabannya, tentu saja, iya. Meski begitu, aku tidak bisa pulang ke duniaku. Tidak sebelum misiku selesai.
Alex, rupanya memiliki maksud tersendiri mengangkat seorang manusia menjadi anaknya. Yaitu menyukseskan rencana yang telah ia buat sekian lama. Tipu muslihat untuk menjatuhkan kerajaan warewolf bernama Escalus. Dan karena itu juga, aku dipersiapkan selama 3 tahun terakhir ini. Seperti apa detailnya, kau akan tahu nanti.
Ternyata vampir hidup sangat berdekatan dengan manusia! Bayangkan, dari fisik mereka sama sekali tidak memiliki perbedaan dengan manusia, ini menjadi kelebihan bagi mereka. Vampir juga dapat bergerak di bawah matahari dengan bebas, tidak seperti vampir-vampir dalam buku novel.
Alex pernah menjelaskan bahwa dulu mereka memang tidak bisa beraktivitas di siang hari, tetapi zaman telah merevolusi mereka. Dengan penemuan-penemuan yang dilakukan selama berabad-abad, solusi terpecahkan. Kini vampir dapat beraktivitas seperti manusia, tanpa takut terbakar sinar matahari.
Baiklah, aku selaku manusia satu-satunya di wilayah vampir, sama sekali tidak merasa khawatir darahku akan habis dihisap oleh bangsanya. Sederhana saja, aku putri mahkota dan vampir tidak lagi mengkonsumsi darah manusia. Kini mereka mengkonsumsi darah hewan ditambah minuman rempah-rempah berwarna merahーaku tidak tahu apa ituーmereka menyebutnya dengan sebutan wine.
Sel darah manusia mampu menghentikan sel pertumbuhan pada vampir dalam waktu 10 tahun, sangat bertentangan dengan sistem kepemimpinan Alexander VII. Jika melarang tentu ada hukumannya.
Meminum darah manusia tidak sepenuhnya dilarang. Namun, vampir yang sel pertumbuhannya telah berhenti maka akan dikurung di dalam kerajaan selamanya demi menghindari kecurigaan manusia. Sama saja dengan mati, bagi para vampir.
Oh iya, sekedar informasi, pertumbuhan Alex telah terhenti seabad yang lalu. Kini usianya telah mencapai 426 tahun, meski penampilannya masih terlihat seperti kepala dua atau tiga. Tetua-tetua di kerajaan ini pun pertumbuhannya telah terhenti, maka banyak yang berusia ratusan tahun, tetapi memiliki fisik yang awet muda.
Raven Calton, adalah salah satu vampir yang lahir tepat pada masa revolusi. Kini usianya telah mencapai 145 tahun, tetapi fisiknya masih berusia 23 tahun. Dan sekarang, pria yang nampak berusia tidak terpaut jauh denganku tersebut, menjadi ksatria pribadiku.
"Cie ... yang tengah siang bolong bengong. Memikirkan siapa?" Panjang umur. Baru saja orangnya melintas di pikiran, kini dia sudah ada di hadapanku. Tentu saja Raven Calton.
"Mikirin aku, ya?" Tanyanya sembari menyeringai lebar di depan wajahku. Sepasang mata keemasan di balik rumbai rambut pucat dan kotornya itu menatap lurus ke dalam mataku.
"Ih, pede-mu, Kakek," balasku acuh. Kakek adalah satu kata yang paling tidak ingin dia dengar. Makanya sering kugunakan untuk mengoloknya.
Kemudian, tahu-tahu saja telapak tangannya menghantam belakang kepalaku. Tentu saja itu membuatku meringis kesakitan. Raven tidak pernah kira-kira jika memukulku!
"Gini-gini aku masih 23 tahun, tahu!" protesnya.
"Heh, sadar umur! Usiamu sudah lebih dari seabad," sangkalku sembari mengelus belakang kepala.
"Umur itu hanya angka."
"Oh, ya?"
"Percayalah, Nak. Orang tua itu lebih berpengalaman dari yang kau kira," kata Raven dengan berdialek ala-ala kakek tua. Kami berdua tertawa untuk beberapa saat.
"Oke, Yang Mulia. Sudah waktunya kita pulang sebelum Yang Mulia Raja dramatis mengintrogasi setiap prajurit, sebab putri kesayangannnya belum kembali dari garis depan."
Oh, aku hampir lupa. Aku sedang berada di luar kerajaan, tepatnya di hutan luar perbatasan. Beberapa saat yang lalu sekumpulan mahluk buas berbondong-bondong hendak menyerbu wilayah manusia. Aku dan pasukan segera menghadang mereka, atas perintah Jendral Satomi, atasanku.
Aku mengerti mengapa kita, manusia, menganggap vampir dan mahluk aneh lain sebagai 'mahluk fiksi' atau 'mitos'. Semuanya sebab bangsa vampir selalu menyembunyikan diri, dan berusaha agar para mahluk mitos berdarah dingin tidak mengusik manusia.
Setahuku, vampir hanya ingin melepas diri dari manusia, dan tidak ingin ribut dengan keturunan Adam. Makanya mereka menempatkan diri di perbatasan dan menjaga kedamaian antara manusia dan mahluk mitos.
Tetapi, "Memangnya Ayah begitu?"
Seketika seringai Raven mengembang, "Ya, mana mungkin, lah!"
Kali ini giliranku yang menamparnya. Sayangnya tidak kena. Raven bergerak cepat menghindariku dengan kecepatan tidak manusiawi.
Harap dimaklumi, aku dan Raven terkadang sering melupakan status sosial kami. Jika sedang berdua, terkadang kami bicara tidak formal, saling mengejek, serta mengerjai satu sama lainーlebih tepatnya, aku korban ejekan nyaーtetapi itu semua karena kami adalah sahabat.
Aku kembali ke pos militer divisi perbatasan, dengan pakaian kumel bak habis berguling di lumpur. Bercak darah membekas di sebagian pakaianku, bahkan aku tidak sengaja merobek stoking dan bekalang rokku. Jendral Satomi sampai geleng-geleng kepala ketika aku memasuki ruang kerjanya untuk melapor.
"Apa Raven tidak menjagamu, Yang Mulia?" tanya sang jenderal dengan penekanan.
"Apa ini layak dikatakan sebagai penampilan seorang putri?"
Bibirku sedikit mengerucut. "Apaan sih, jangan kejam begitu! Aku kan, baru pulang. Wajar penampilanku kotor begini."
Satomi kembali menggeleng, menghela napas. Yah, wajar sih. Sejak awal Satomi memang tidak pernah suka padaku. Selalu ada saja kesalahan yang ia cari-cari.
"Setidaknya rapihkan sedikit penampilanmu, [your name]. jika begini, bagaimana kau bisa memperoleh hati rakyat?" tegur Satomi, ada benarnya juga.
Ngomong-ngomong, ia hanya satu dari sekian banyak orang yang membenciku. Masih banyak vampir yang tidak mau menerima keberadaanku sebagai putri mahkota. Padahal Alex bersikeras berbohong bahwa aku adalah anak kandungnya, dari hubungan rahasia dengan seorang manusia wanita.
Satomi melepas mantel yang ia kenakan, kemudian berjalan mendekat. Ia ikatkan pakaian tersebut di pinggangku hingga bagian rok yang robek tertutupi.
Pria bermahkotakan rambut hitam legam gondrong ini berdehum sekali, "Baiklah, kau siap menemui Raja."
Aku menyernyit. "Menemui Ayah? Tapi aku belum melaporkan apa pun padamu."
"Pertemuan dengan Raja itu lebih penting. Ingat, hari ini rombongan Raja Escalus datang. Dia ingin menemuimu juga."
"Aih, mendadak sekali. Bukankah sebaiknya aku mandi dulu, kalau begitu?"
Namun, sebuah seringai nampak di wajah pucat Satomi. Sepasang iris keemasannya menatapku yakin. "Jangan khawatir. Menurutku, dengan memperlihatkan sosok putri dalam balutan pakaian perang, itu dapat menggertak para bangsawan angkuh tersebut, agar tidak macam-macam dengan Nighford."
Aku menyernyit, tetapi sebelum sepatah kataku terucap, Satomi sudah menyela, "Sekarang sudah waktunya kau menuntaskan tugasmu."
***
Lanjut baca ke Part 6
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top