Part 4

Vampir?

Tawa [your name] tidak sengaja terlepas. "Lucu sekali. Apa Anda akan terbakar kalau terkena sinar matahari?" [your name] tidak kuasa menahan gelak tawa.

Air muka Alexander bergeming. "Kau pikir ini lelucon?"

[your name] mengerjap kala sebuah angin berhembus di dekatnya. Entah sejak kapan Alexander telah berdiri di sampingnya. Tangannya menjulur meraih milik [your name], mencengkramnya kuat, membiarkan telapak tangan gadis itu memerah—memperangkap sel-sel darah merah di sana. [your name] tidak bisa kabur.

Dengan matanya sendiri, [your name] melihat bagaimana taring-taring milik Alexander memanjang, dan bola mata keemasan pria itu berubah warna menjadi kemerahan. Layaknya sosok vampir yang sering ia baca di novel.

"Oh, Tuhan, ini nyata?" Tidak sengaja ia bergumam, dan Alexander tertawa.

"Tentu. Kau pikir kami hanya mahluk fiksi?" Balasnya mencemooh.

"Jadi, kau akan tinggal di sini, kan?"

"Biarkan aku pergi!" Pekik [your name] tiba-tiba.

Alexander pun berucap, "Akan kuberikan semua yang kau butuhkan. Tempat tinggal, makanan, perhiasan dan kekayaan, asal kau mau tinggal di sini."

"Tidak!" Tolak [your name] lagi. "Aku ingin pulang! Aku tidak sudi berada di tempat seperti ini!"

Alexander mendesah kasar. "Bahkan kekayaan tidak dapat membujukmu, ya? Baiklah jika itu yang kau putuskan. Pergilah."

Ketika pria itu melepaskan cengkramannya, pada saat itu pula [your name] berlari meninggalkan bangunan itu. Tidak peduli jika ia harus kembali bertarung dengan jutaan air hujan yang menghujam bumi, itu lebih baik daripada berdiam diri di tempat tersebut, bukan?

Namun, baru selangkah ia menapaki perkarangan, langkahnya terhenti. Pasalnya terdapat benda pipih nan tajam menembus tepat di lehernya. Cairan merah menetes dari ujung benda tersebut, tersapu sedikit demi sedikit oleh siraman air hujan. Seseorang mencabut benda itu dari belakang, membiarkan sensasi nyeri menjalar ke seluruh tubuh.

"Tidakkah kau mengerti? Jika kau ingin keluar dari tempat ini maka satu-satunya jalan ialah kematian," itu suara Alexander.

[your name] membalikan tubuh menghadap pria itu. Tidak sedikitpun terlihat rasa kasihan di ekspresi Alexander. Hanya sepasang mata merah menyala yang menatap dingin.

Tubuh [your name] perlahan lunglai, ambruk terkapar di tanah. Darah menyeruak keluar dari lubang di dada dan punggungnya, membentuk sebuah genangan merah di tanah. Kematian, hal itulah yang sedang terjadi padanya saat ini.

TAMAT

It's okay, kamu masih bisa coba ambil rute lain lagi. Semoga beruntung lain kali!

Love,

Alice

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top