AGUSTUS 2018 - REVIEW 3
uname: yoomavoyez
Judul: Fractura Hepatica
Genre: Romance
Status: Completed
Blurb:
Review
1. Ide Cerita
Melihat dari blurb yang disajikan, tampaknya cerita ini cukup memberikan sesuatu yang baru dalam dunia perfiksian. Karena Mimin merasa akan banyak belajar nggak cuma soal perasaan si tokoh, tetapi juga perjuangan kuliah di fakultas kedokteran.
2. Opening
Mimin suka dengan opening yang memberitahu garis besar istilah-istilah yang banyak digunakan di bidang kedokteran. Jadi ada hal baru yang Mimin bisa dapatkan dari ini. Juga dikasih warning untuk usia 17+, bukan karena ada adegan hot sih kayaknya, tapi karena para tokoh memang usianya di atas itu. Mungkin juga kalau dibaca sama dedek gemes yang belum cukup umur, mereka langsung pusing karena banyak istilah yang samar-samar pernah dibaca di buku Biologi, atau bahkan sama sekali nggak pernah denger. Jadi, warning-nya untuk kebaikan pembaca.
Untuk bagian prolog, bahasa yang digunakan cukup santai, sekaligus bikin penasaran kenapa si tokoh utama ini memiliki perasaan yang 'salah' ke cowok yang dia suka.
3. EBI dan PUEBI
Sama seperti semua cerita yang pernah Mimin baca, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Awalan me-
Awalan me- memang bisa melebur jika menggandeng kata dasar yang berawalan konsonan k-p-s-t. Tapi, perhatikan aturan turunannya.
Kata yang pertama memiliki kata dasar 'sila' bukan 'persila' (tidak ada kata ini dalam KBBI). Kata 'sila' dalam kata ini mendapat awalan memper- dan akhiran -kan. Jadi, yang benar adalah 'mempersilakan'.
Kata yang kedua memang memiliki kata dasar berawalan 'p'. Tapi, peleburan terjadi apabila huruf keduanya adalah vokal. Jika konsonan, maka akan jadi 'mempraktekkan'.
Jika awalan me- diikuti dengan kata asing, maka penulisannya harus dipisahkan dengan tanda (-). Bahasa asingnya dimiringkan seperti yang di atas.
2. Penulisan bahasa asing
Ada beberapa kata dalam bahasa asing yang ketinggalan dimiringkan. Juga sebenarnya Mimin agak ragu dengan istilah-istilah lain yang nggak ada di KBBI tapi serupa serapan seperti kata 'probandus'. Ini juga tidak ada di KBBI, tapi mirip kata serapan. Tapi sepertinya Mimin lebih pengen berpegang pada KBBI sih, lebih suka kalau kata yang tidak ada di KBBI itu dimiringkan. Ini sih preferensi aja. Penerbit lain mungkin punya aturan yang berbeda. Sama halnya seperti istilah 'skills lab' mungkin juga lebih baik dimiringkan dan diawali dengan kapital (?) karena dia adalah semacam mata kuliah.
3. Penulisan dialog
Penulisan dialog seperti ini memang sudah sangat amat sering Mimin temukan di buku-buku yang sudah cetak, bahkan beberapa adalah terbitan penerbit mayor. Meski demikian, Mimin tetap berpegang pada apa yang seharusnya (semoga benar belum ada perubahan, jika sudah minta tolong dikasih referensinya. Hatur nuhun....).
Penulisan dialog di atas (tanpa diikuti oleh dialog tag), harusnya diakhiri dengan tanda (.) bukan (,). Kenapa? Karena kata yang mengikutinya bukanlah dialog tag, melainkan sebuah kalimat. Kata-kata yang termasuk dialog tag adalah ujar, kata, bisik, caci, teriak, maki, hujat, lirih, geram, dll.
Jika tidak diikuti oleh dialog tag, maka biasanya ditutup dengan tanda (.). Dalam hal di atas, bisa juga pakai tanda (!), tergantung mau diberikan intonasi seperti apa.
4. Penulisan elipsis (...)
Dalam aturan menulis, tidak ada tanda (..) yang ada hanya (...) atau yang biasa dikenal sebagai elipsis. Elipsis ini, kalau ditempatkan di tengah kalimat (ada sambungannya lagi, bukan kalimat berbeda), ditulis (...). Aturan bakunya adalah diberi spasi sebelum dan sesudah. Tapi, setiap penerbit punya selingkung soal ini. Mimin sendiri biasanya hanya pakai spasi sesudah elipsis saja.
Jika elipsis ditempatkan di akhir kalimat, maka ditambahkan tanda (.) di belakang elipsis (...). Jadi, titiknya ada 4 (empat) buah. Dan pastinya tetap pakai spasi setelah, dan kalimat berikutnya diawali dengan huruf kapital.
Jika dalam dialog seperti di atas dan diikuti oleh dialog tag, maka di akhir elipsis diberi tanda (,) sebelum tanda kutip.
5. Kata depan di-
Nah, untuk yang satu ini, sungguh amat sangat membingungkan, kenapa selalu saja ketemu di setiap naskah. Padahal waktu zaman Mimin sekolah, jelas sekali bedanya mana yang kata depan, mana yang awalan. 'Di' sebagai kata depan penulisannya dipisah. Sementara jika berfungsi sebagai awalan, maka penulisannya disambung.
Nggak bisa membedakannya? Coba deh kalau mau disambung, ubah dengan awalan me-. Jika masih memiliki makna yang relevan, maka benar awalan. Jika tidak, maka penulisannya dipisah karena itu merupakan kata depan.
6. Kata baku dalam KBBI
Yang baku adalah cokelat.
Yang benar adalah gidik. Arti kata dasar 'gedik' adalah batang atau pemukul yang terbuat dari bambu atau kayu, digunakan untuk merontokkan butir padi dari malainya (berdasarkan KBBI V).
Penulisan yang benar adalah ' terima kasih'.
6. Kata sapaan
Kata sapaan diawali dengan huruf kapital.
Bedakan kata sapaan dengan kata ganti, memang sangat mirip sekali. Kadang Mimin pun bingung membedakannya. Susah pula menjelaskannya. Kalau yang di atas itu termasuk kata ganti, menggantikan sosok lelaki yang dikira adalah papanya Wika. Sering juga ditemukan 'Papa Agus' ini berarti penulis atau si tokoh utama (misal dalam PoV 1) memanggil dengan sebutan itu. Papa Agus berarti si bapak ini namanya Agus, bukan papanya si Agus.
4. Alur
Alurnya pas banget. Setiap bagian dijelaskan secara baik dan tepat sasaran tanpa harus melebih-lebihkan informasi yang tidak perlu, tapi tetap mendukung cerita.
5. Latar Waktu dan Tempat
Dalam cerita ini terdapat penjelasan yang cukup mengenai tempat dan waktu. Kadang menggunakan nama tempat untuk menciptakan suasana secara keseluruhan. Bisa dinikmati.
6. Penokohan
Dalam cerita ini, meski baru di awal-awal, sudah ada banyak sekali tokoh yang berusaha menjejali kepala Mimin, sedang menakar-nakar, mana tokoh yang harus diberikan porsi perhatian yang lebih. Secara umum, ada dua tokoh utama, mungkin tiga, yaitu Zoya, Azam, dan Azelo. Jadi mungkin, Mimin akan bahas mengenai tiga tokoh itu.
Yang pertama, Zoya. Dia adalah tokoh utama. Senang sekali bisa masuk ke pemikirannya yang absurd dan cukup keras kepala dalam perasaannya ke Azam, meski terlarang. Walaupun Mimin sejauh ini belum menangkap sih kenapa perasaan Zoya itu terlarang, karena status mereka harusnya memungkinkan. Zoya ini punya sahabat, Nadia dan Kina. Hanya perasaan Mimin aja atau emang bener begitu, karakter Nadia dan Kina justru terbaca lebih jelas ketimbang Zoya.
Yang kedua, Azam. Azam ini adalah katingnya Zoya. Bahkan digosipkan dia pacaran sama Zoya, padahal enggak. Karakter Azam aku baca sangat cool, dan tipe-tipe kating yang jadi spotlight tapi nggak sombong dan malah cenderung serius. Sejauh yang Mimin baca, karakternya Azam belum terlalu tebal, hanya diintip dari sudut pandang Zoya saja. Belum terbuka alasan yang kuat kenapa Zoya bisa suka sama Azam. Tapi emang si Azam ini mungkin juga setipe sama cowok idaman Mimin.
Yang ketiga, Azelo. Dari awal dia muncul langsung dijadikan tokoh primer. Ganteng, bening, sempurna. Sayangnya, dia bawa ekor, alias si Vika, bocah perempuan yang bawel tapi cengeng. Si Azelo ini juga cool, tapi apa ya, dia lebih terkesan ada sisi 'bocah'-nya yang bikin gemes. Ibaratnya, kalau Azam itu tipe calon suami bertanggung jawab, Azelo itu tipe calon suami yang bisa diajak seru-seruan bareng.
Untuk ciri fisik, nggak usah susah-susah membayangkan, penulis menyediakan cast.
7. Diksi dan Gaya Bahasa
Berhubung ini adalah hidup mahasiswa kedokteran, jadi banyak banget istilah-istilah kedokteran yang digunakan di dalam cerita ini. Mimin yakin, kalau yang baca juga anak kedokteran pasti sangat menikmati tanpa halangan yang berarti. Akan jadi kurang ternikmati apabila dibaca oleh orang-orang yang beda generasi. Ada istilah-istilah yang mungkin tidak sama ketika dipakai saat masa kuliah. Ambil contoh 'kating'. Zaman Mimin kuliah dulu, nggak pake istilah kating, kami menyebutnya angkatannya, misalnya Stevie 2015, atau Reta 2014. Balik lagi sih, semua kan balik ke latar kebiasaan yang terjadi di setiap wilayah dan kampus. Saran Mimin untuk hal ini, ada baiknya dijelaskan secara ringkas, bisa di footnote atau dalam kurung. Atau karena penulis berbaik hati memberikan beberapa glossary di awal cerita, bisa juga ditambahkan di bagian ini.
8. Adegan
Seperti yang sudah dijelaskan di bagian alur, bahwa setiap adegan memiliki bobot yang baik. Mimin bisa merasakan suasana kelas, saat mereka makan-makan di mall, belanja, bahkan saat Azelo guling-gulingan di basecamp. Sejauh ini belum ada adegan yang tidak nyambung.
9. Saran
Udah basi kalau harus minta lebih rajin buka KBBI, baca PUEBI, atau pelajari kaidah menulis ya. Itu makanan wajib setiap penulis.
Selain saran yang nyelip di bagian diksi dan gaya bahasa, ada baiknya juga penulis belajar menciptakan gambaran tokoh yang lebih solid dalam bentuk tulisan. Bisa kok, kamu bisa membuat Mimin cukup merasakan dunia sekitar yang kamu tulis. Apalagi soal tokoh. Karena, jika dibuat dalam bentuk cetak, pasti kan, nggak bisa pake foto orang sembarangan. Nanti bisa kena kayak kasus Mas-mas iklan rokok itu.
10. Penutup
Demikian review dari Mimin, semoga berkenan. Perlu diingatkan sekali lagi, bahwa review ini bukan untuk menghakimi penulis ya. Kami hanya membantu menunjukkan poin-poin yang kami, sebagai pihak penerbit, anggap penting dalam menilai suatu naskah untuk diterbitkan.
Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top