Black Outside The Window
Judul: Black Outside the Window
Penulis: AleenaLin
Jumlah bab yang dibaca: 5 bab
Reviewer: ShaaraMikura
-----
Blurb:
Uwow, khas fantasi sekali. Susunan katanya dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi indah sekaligus ... agak berbahaya (semoga paham maksud saya). Saya sangat menyukainya.
Meski begitu, ada baiknya blurb dipangkas menjadi lebih pendek saja. Meski saya akui diksinya bagus dan menarik, tetapi kalau terlalu panjang, pembaca seperti dipaksa menghafalkan satu bab buku pelajaran dalam semalam atau diseret ke suatu RT dan disuruh hafalkan denahnya beserta masyarakatnya dalam waktu singkat.
Kejadian yang dialami Esme ini di South Raven bisa dipangkas lebih pendek tetapi tetap dibuat menarik. Dengan genre-nya yang fantasi, pembaca harus dibawa pelan-pelan menuju dunia buatan penulis sendiri. Cukup dibuat semacam pembuka dan konflik, lalu kalimat penutup yang membuat pembaca kepo dengan kelanjutannya.
Cover:
Tipe typography yang mengagumkan. Sesuai judul, warnanya hanya monokrom--hitam, putih, abu. Saya jadi penasaran, apa gambaf gagak dan ranting di sekitar (?) ini dibuat sendiri? Cantik, lho. Dan ukuran font-nya sudah pas dan terbaca bahkan dalam ukuran thumbnail sekalipun. Good job.
Tapi saya punya pertanyaan. Apa cuma perasaan saya, atau memang bagian pojok kanan memang berwarna agak biru pucat? Kalau iya, apa ada hint tersembunyi dari warnanya itu sendiri?
Judul:
Secara harfiah dapat diterjemahkan jadi "Hitam di Luar Jendela" (correct me if I was wrong haha). Hm, saya penasaran hitam di sini maksudnya apa. Karena saya cuma baca sampai bab 5, semoga judul ceritanya memiliki keterkaitan dengan isi ceritanya.
Kesan pertama:
Saya speechless. Serius. Adegan main catur aja bisa dibuat semenarik itu? Insecure seketika kambuh, dong. Jari-jari saya tanpa sadar terus menggulir ke bawah karenanya. (Ini membuat saya senewen pengin belajar main catur, aduh) Saya menyukai cara Kak Lin menyampaikan ceritanya, memukau dan detail meski tidak pakai diksi yang super ribet. Intinya, saya fall in love seketika, ahaha.
Meskipun ... saya berharap ada adegan yang menaikkan tensi cerita karena sejauh ini (bab 5) masih agak datar.
Alur:
Sejauh ini masih alur maju yang konsisten lajunya. Sebenarnya bagus, tapi kecepatan alurnyalah yang agak bermasalah.
Bahkan sampai bab 5 pun, jangankan tentang Raven Knight, soal bayangan yang muncul di jendela pun (sesuai kalimat di blurb) belum dimunculkan adegannya. Meski saya tahu ke mana Esme akan membawa kita (pembaca) dari blurb, tapi mengingat sudah masuk 5 bab dan ternyata baru masuk ke konflik awal ... itu pace-nya lambat. Apalagi saya berasumsi per bab-nya ada sekitar 2000 kata (atau malah lebih).
Saran saya, coba buat alurnya agak cepat supaya pembaca (terutama saya yang emang suka alur cepat) tidak lari di bab pertama. Menjabarkan show dan tell agak banyak boleh, tetapi harus dibatasi. BOTW ini masalahnya baik tell maupun show-nya dalam porsi yang kelebihan sampai-sampai satu paragraf jadi begitu panjang, padahal beberapa informasi bisa diberitahukan belakangan dan beberapa adegan tak perlu dijabarkan sampai serinci itu.
Tokoh dan penokohan:
Saya bersyukur karakternya tidak dikenalkan langsung se-RW, hal yang cukup rawan dilakukan penulis fantasi. Dari penjelasan narator serbatahu, kita perlahan-lahan mengupas kepribadian Esme yang membenci dunia aristokratnya dan stereotip "perempuan cuma bakal jadi istri baik dan patuh di masa depan". Karena Esme banyak dibicarakan narator, saya pikir tak ada masalah dengan penokohannya.
Untuk tokoh-tokoh lain di South Raven, karena masih awal belum terlalu digali lebih lanjut (apalagi kebanyakan dijabarkan lewat POV-nya Esme), tetapi sudah mulai tampak penokohannya dan saya berharap tetap konsisten dengannya.
Yang sedikit mengganggu saya: uhm, nama yang berawalan E banyak juga ya. Esme, Elyza, Edna, Elios .... Saya tak tahu apa ini kebetulan atau bagaimana, tapi ini berhasil membikin saya nyengir kuda sesaat :')
Latar tempat, waktu, suasana:
Sudah jelas latarnya buatan penulis sendiri--saya sudah menebaknya sejak membaca blurb. Untunglah di bab 3, penulis memberikan peta untuk mempermudah pembaca. Dan untuk narasi maupun deskripsi soal latar tempat, saya rasa sudah sangat bagus--meskipun di beberapa adegan, latarnya dijabarkan terlalu rinci sampai-sampai saya nyaris lupa si tokoh mau ngapain di sana.
Untuk latar waktu, saya juga tidak banyak protes karena sudah dijabarkan dengan baik (kebanyakan tersirat tapi maknanya mudah dipahami kok)
Dan untuk latar suasana, bisa dikatakan sudah dibangun, tetapi tidak banyak perubahannya--maksud saya masih terkesan agak datar. Barangkali membuat kalimat yang lebih menegangkan bisa membantu.
Konflik:
Sampai bab 5, masih disuguhkan konflik awal. Belum ada tanda-tanda mulai mendekati konflik inti lewat konflik kecil-kecilan. Dan ini agak berpotensi membuat pembaca kabur karena tak kunjung mencapai tempat tujuan (?)
Saran saya, dari bab 2 atau 3, kenalkan sekilas konflik utama dalam cerita. Lalu jangan lupa giring pembaca ke konflik inti, dengan konflik kecil-kecilan yang memiliki pengaruh pada plot dan konflik puncak.
Sudut pandang:
Menggunakan POV orang ketiga serbatahu. Meski kadang telling ataupun showing-nya agak berlebih seperti yang saya jelaskan sebelumnya, untuk sudut pandang saya rasa tidak ada yang perlu dikomentari. Semoga konsistensinya bisa dipertahankan sampai akhir, ya.
Tata bahasa:
Sepertinya ada sedikit gaya novel terjemahan dalam cerita ini. Namun demikian, tak lantas membuat BOTW menjadi kaku--sebaliknya, tetap mengalir dengan baik dan tanpa sadar membuat kita hanyut dalam cerita (walau diksinya tidak ribet-ribet amat, tetapi cara penulis merangkai sebuah kalimat itulah yang menjadi pesona tersendiri)
Untuk tata penulisannya sendiri, lumayan aman, walau ada beberapa typo dan kesalahan seperti:
*Esmee, yang benar harusnya Esme kan?
*Tn. bisa ditulis Tuan
*Kata "saya" yang dikapital padahal tidak terletak di awal kalimat
*Indera seharusnya ditulis indra (tanpa e)
Walau demikian, kesalahan seperti ini tidak begitu fatal dan pembaca tetap bisa menikmatinya.
Dan sedikit saran, satu paragraf bisa dipecah menjadi beberapa paragraf lagi karena tiap paragraf memuat kalimat panjang yang kemungkinan pembaca akan pusing membacanya.
Kesimpulan:
Mencari cerita fantasi ala medieval yang bagus tapi masih underrated? BOTW bisa menjadi salah satu pilihan bagus. Dengan kalimat-kalimat mengagumkan hasil rangkaian Kak Lin, dijamin siapa pun segera jatuh cinta dengan cerita ini. Walaupun pace-nya lambat, tak berarti cerita ini akan membosankan. Saya merekomendasikannya kepada para pencinta fantasi dengan model abad pertengahan.
Sekian review dari saya, mohon maaf bila ada kesalahan kata ataupun terkesan menggurui. Jika ada sanggahan atau mau diskusi, boleh banget, kok. Saya juga masih belajar, haha.
Semangat terus nulisnya ya Kak!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top