1. Novel - Muara Rasa

Hello World!

Aku membawa sebuah novel yang akan ku-review. Cekidot, Gaes!

Judul: Muara Rasa⁣⁣
Penulis: Devannia Anesya⁣⁣
Penerbit: Ice Cube Publisher⁣⁣
Tebal: 186 hal.⁣⁣
.
.⁣⁣⁣⁣
.⁣⁣⁣⁣
Blurb:⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣
"Karen mau datang, dia ingin kenalan sama kalian."⁣⁣
⁣⁣
"Karen? Siapa lagi?" Ravi mengerutkan kening.⁣⁣
⁣⁣
"Pacarnya Val," jawab Flo sembari tersenyum.⁣⁣
⁣⁣
Tapi Ravi dapat membaca pedih di balik senyuman itu.⁣⁣
⁣⁣
Ketika liburan semester dimulai, Flo dan Ravi yang kuliah di luar kota pulang ke rumah mereka di Surabaya untuk berkumpul lagi dengan sahabat mereka, Val. Tapi "pulang" tidaklah selalu menyenangkan. Terutama jika ada banyak rasa yang belum terungkap. Ravi diam-diam mencintai Flo, sementara Flo menyimpan rasa terhadap Val yang hanya menganggapnya sebagai adik kecil. Selama ini mereka selalu mengutamakan persahabatan di atas segala-galanya. Supaya mereka bisa selalu bersama. Supaya mereka tidak lagi mengalami kehilangan. Supaya mereka merasa berada di rumah. Namun setiap rasa pada akhirnya membutuhkan muara. Akhir dari perjalanan panjang. Akhir dari segala rasa sakit.⁣⁣

⁣⁣⁣⁣"... kematian adalah muara dari seluruh kehidupan di dunia ini. Pada akhirnya, sekeras apa pun manusia berjuang untuk hidup dan meraih pencapaian, mereka akan berada di satu titik. Untuk itulah Tuhan menciptakan kematian. Untuk mengakhiri segala rasa sakit." -hal. 136

Muara Rasa bercerita tentang persahabatan antara Flo, Val, dan Ravi. Mereka terlibat cinta segitiga juga masalah keluarga yang super rumit dan penuh luka hingga ketiganya saling menguatkan, menjaga dan menjadi rumah untuk pulang. Yah, seberharga itu arti mereka satu sama lain.

Aku pikir, novel setipis ini pasti isinya ringan, apalagi yang dibahas seputar persahabatan yang di dalamnya muncul cinta segitiga, ah sudah pasti klise. But, I was so wrong. Aku tertipu oleh blurb-nya. Bukan hanya sekadar Flo suka sama Val yang hanya menganggapnya adik kecil, dan Ravi yang suka sama Flo tetapi memilih diam. Isinya lebih dari itu hingga mampu mengaduk-ngaduk perasaan, Gaes.

POV yang digunakan adalah orang ketiga. Penulis menceritakan dari satu kepala ke kepala lain dengan adil dan cukup rapi sesuai porsi.

Alurnya maju mundur, dan berlatar di Surabaya. Bagi yang enggak suka alur mundur, mungkin akan sedikit bingung membedakan beberapa peristiwa. Namun jangan khawatir, penulis memberikan tanggal kejadian di tiap bab ketika alur bergerak mudur. So, pembaca bisa lebih mudah memahaminya.

Cerita ini dikemas secara transparan, tetapi tajam. Aku suka banget sama persahabatan mereka bertiga. Rasanya pengin jadi Flo yang dilindungi dua sahabat cowok (Read: ngarep). Pokoknya, mereka itu tak terpisahkan kalau sudah berkumpul. Bagaikan tiga beruang.

Suatu hari, saat liburan kuliah. Mereka kembali bertemu. Flo dan Ravi memang memutuskan untuk kuliah di luar Kota Surabaya karena punya alasan masing-masing. Flo dan Ravi lebih suka ngerusuh di rumah Val karena hubungan dengan ayah keduanya memang enggak baik.

Val diceritakan sosok yang dewasa, baik hati, penyayang, dan lembut, sementara Ravi lebih ke cuek dan blak-blakan saat bicara. Aku selalu menantikan adegan di mana Ravi mulai ngeledekin dan ngegombalin Flo, itu asli bikin senyum-senyum sekaligus ilfil. Padahal, aslinya Ravi sedang mencari perhatian Flo saja. (Biasa kan, ya, cowok memang suka begitu. Peace buat kaum cowok).

Kehadiran Karen, pacar Val, juga menambah pelik cerita ini. Flo tentu saja cemburu melihat kemesraan Val dan Karen. Coba tolong diresapi wahai para wanita, saat kamu suka sama cowok terus si cowok justru sukanya sama cewek lain, gimana perasaanmu? Panas, enggak?
Oke, abaikan karena out of the topic.

Adegan yang bikin aku deg-degan itu waktu acara Truth or Truth. Di mana Val, Flo, Ravi, dan Karen saling bercerita. Dan di sanalah semuanya terungkap. Bom pun akhirnya meledak setelah waktunya tiba. Perasaan Ravi, perasaan Flo, dan luka pahit yang mereka simpan selama ini harus kembali dibahas. Kenyataan yang mereka hindari selama ini tentu harus dihadapi pada akhirnya. Bahkan luka yang belum kering harus kembali dikorek, perih banget.

Sampai akhirnya, hubungan ketiganya renggang untuk beberapa waktu. Sebenarnya, aku berharap penulis bisa lebih banyak lagi menambahkan beberapa adegan yang menjembatani saat membuka pikiran para tokoh. Seperti kurang gereget rasanya, but, it's okay. Itu saja sudah cukup banyak membuatku menghabiskan tisu.

Day by day, hubungan persahabatan mereka kembali membaik setelah kejadian na'as yang menimpa Ravi hingga membuatnya harus dirawat di rumah sakit. Aku pikir, tokoh Karen di sini bakalan antagonis sampai akhir. Nyatanya, aku salah sangka. Dia cukup dewasa memahami kondisi Flo dan Ravi yang selama ini dianggapnya hanya memberikan pengaruh buruk bagi Val.

Ending-nya, menyesak. Terutama Flo dan Ravi. Aku kesal. Aku sedih. Aku marah sama akhir dari cerita ini. Serius. Namun, pada akhirnya aku berusaha menerima. Apalagi setelah membaca beberapa kata di bawah ini.

"Pada akhirnya manusia akan bermuara di tempat yang sama.
Jiwa-jiwa yang dituakan kehidupan.
Kedewasaan,
atau proses menurunkan dinding ego.
Jiwa-jiwa yang sebelumnya mengelak dari kenyataan.
Jiwa-jiwa yang menguat seiring luka yang lalu.
Pada akhirnya manusia akan bermuara di tempat yang sama.
Berdiri di tanah yang sama.
Pada akhirnya manusia akan bermuara di tempat yang sama.
Sejauh apa pun ia lari."

Pesan yang dapat kuambil dari novel ini adalah kedewasaan. Untuk menjadi dewasa itu nyatanya enggak mudah. Bahkan orang yang sudah melabeli dirinya dewasa belum tentu mau menerima pendapat orang lain. Ya, dewasa itu pilihan setiap manusia.

Muara Rasa cocok untuk kamu penyuka kisah sendu. Jangan lupa sedia tisu sebelum membaca. Meski begitu, novel ini mengajarkan banyak hal tentang cinta, kasih sayang, keluarga, persahabatan, dan arti hidup.

Tertarik untuk membaca Muara Rasa? Atau sudah ada yang membacanya? Drop your comment!
.⁣⁣⁣⁣
.⁣
.

#bacabukubarengsulizlovable⁣⁣⁣⁣⁣
#rawsreviewtothebone

Sumber foto: galeri pribadi

01 Juni 2021
Follow IG: Sulizlovable

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top