pangeran mimpi di atas kapal

Prompt 1: Aku dilempar dari atas kapal
Word count: 486 words

- oOo -

AKU takkan cerita banyak tentang kronologiku bertemu dengan Pangeran Mimpi.

Itu pengalaman buruk. Terlebih ketika dia membuat para Moirai nyaris memotong benang kehidupanku.

Pertama kali melihatnya adalah kemarin, saat kapal pesiar mulai berangkat dari pelabuhan. Dia mencolok di mataku. Rambutnya putih keperakan. Biru terlukis bak batu safir di matanya. Dia punya bentuk wajah yang sulit dilupakan olehku, entah ada semacam magis apa yang terpancar di sana. Dan memang itu intinya.

Kemudian, aku tahu namanya. Reve.

Aku punya banyak sumber pengetahuan semasa kecil. Sumber utama ialah perpustakaan tempatku besar, di mana Madam Ariane menumpuk dua ratus eksemplar buku sejarah―atau mitologi. Aku memang butuh waktu untuk mengingat beberapa hal, tapi ada satu dua buku yang membahas tentang sebuah entitas. Sosok yang nyaris serupa dengan Reve. Deskripsi sihir yang dimiliki entitas itu mirip: tenang, menghanyutkan, dan membuat orang bisa-bisa jatuh ke dunia lain.

"Morpheus?"

Aku tidak berpikir panjang saat mengucapkan nama itu. Pas sekali, dia baru saja beberapa langkah melewatiku.

Dia berhenti, berbalik, dan kami saling bertatapan. Mata birunya bercahaya di bawah sinar bulan, entah kenapa menyiratkan suatu ketidaksukaan. "Kau tahu aku?"

"Morpheus, benar?" ulangku. "Deskripsi buku denganmu sama. Tapi auramu tidak terasa setua itu."

Reve memiringkan kepala. Satu tangannya kini berada di atas pagar pinggiran kapal. "Yah, entitas mengikuti zaman."

Kurasa tidak begitu. Ada sesuatu yang lain.

"Kalau begitu, kau mau melakukan apa?" tanyanya. Dia seakan tidak peduli tentang jawabanku. Toh, aku mortal, yang kebetulan mendapat pengetahuan tentang para entitas. Mortal sepertiku mampu apa? Pasti begitu pikirnya.

"Kalau aku tidak salah, katanya kau termasuk buruan departemen sihir. Kasusmu soal anak-anak yang tidak bangun selama ratusan hari, lansia yang dikira mati padahal masih bermimpi, dan beberapa misteri mortal masih membututi namamu," kataku. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kuinginkan. Aku belum pernah berbicara dengan makhluk-makhluk ini, dan sepertinya aku sudah membuat hal buruk dengan menantang salah satunya.

Reve tersenyum. "Kalau kau sedang berpikir bahwa kau mengambil langkah yang salah, kau benar sekali. Ingat, ya, jangan sekali-kali suka ikut campur dengan entitas. Yang diam sepertiku ayahku tidak selalu tenang kalau diusik."

Hal terakhir yang kulihat dengan jelas adalah wajahnya yang tersenyum, dan kata-kata terakhirnya terngiang di kepalaku.

Ayah. Ayahku.

Ayah Morpheus? Siapa lagi itu? Aku, kan, menyinggungnya, bukan ayahnya. Atau dia mau mengadu? Atau ....

Ah, sebentar. Pantas saja auranya terasa sangat muda dan lembut. Biasanya beberapa entitas memiliki anak dengan manusia, dan beberapa di antaranya mewarisi satu dua kemampuan sihir. Aku lengah dan asal main sebut saja. Dia pasti si Pangeran Mimpi, putra satu-satunya Morpheus.

Tapi aku bahkan tidak sempat memikirkannya lagi. Ketika berkedip, punggungku membentur air. Oksigen hilang dan air membendung hidungku. Saat meronta-ronta, bisa kupastikan wajah Reve adalah satu-satunya yang masih nampak jelas dari permukaan.

Wah, sial. Aku seharusnya tidak bicara dengannya. Konon, katanya Pangeran Mimpi bisa melenyapkan kesadaran seseorang, dan selama dia melakukan itu padaku, pasti dia melemparku dari kapal.

Hebat sekali. Aku beruntung para awak kapal menemukanku.

- oOo -

@Blackpandora_Club monthly writing prompt.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top