Chapter 7
"Tangkap dia!" teriak Pak Lukas memerintahkan mereka bertiga untuk menangkap sang pencuri dompet.
Sekali tarik, pencuri tersebut tertangkap dalam cekalan tangan Rejav, pria tersebut meronta-ronta ingin melepaskan diri namun Japra dan Aksa tak tinggal diam untuk membantu kawannya.
"Heh, balikin dompet dosen malah nyuri, kalau gak ada duit yah kerja!" tegur Japra.
"Ini udah kerja, bang," balas pencuri tersebut.
Tak lama kemudian, Pak Lukas menyusul dan menjitak dahi pencuri yang merupakan Beno, mahasiswa ekonomi.
"Beno, ikut dengan saya!" bentak Pak Lukas.
Sebelum Pak Lukas pergi, dosen tersebut mengambil buku catatan kecil yang selalu ia simpa di saku baju terus membukanya dan menulis mahasiswa yang menolongnya.
"Kalian dapat nilai A semester ini," ucap Pak Lukas kemudian menaikkan jempolnya untuk mereka bertiga lalu pergi dan disusul oleh Beno.
"Wuhwui, baik buruknya sudah pasti ada hikmahnya," sorak Aksa menyanyikan lagu dangdut liku-liku.
Rejav dan Japra membenarkan kalimat dari lagu tersebut. Selanjutnya, mereka menuju ruang organisasi untuk menghadiri rapat yang diselenggarakan oleh ketua organda, yaitu Kak Fadli.
Sampainya mereka di sana, Japra dan Aksa masuk terburu-buru dikarenakan makanan telah menunggu mulut mereka untuk dilahap, sang ketua organda memakluminya karena sudah terbiasa melihat perilaku dua kucrut itu.
"Terimakasih telah meluangkan waktu kalian untuk menghadiri rapat ini, walau tidak wajib sebenarnya. Hal yang ingin Kakak sampaikan adalah peraturan baru yang harus kalian patuhi, sebagian anak lainnya yang tidak dapat hadir, kalian dapat memberitahukannya bukan?" tanya Fadli dan semuanya mengangguk.
"Baiklah, peraturannya adalah, dalam organisasi ini, setiap anggota maupun ketua tidak boleh punya pacar," peraturan baru tersebut sontak membuat semuanya terkejut, terutama Rejav, Aksa dan Japra.
"Alasannya, karena organisasi ini kita memiliki sistem kekeluargaan, kita semua wajib saling menjaga layaknya kakak beradik, bukan karena status terutama pa,ca,ran!" lanjut Fadli.
Japra dan Aksa berbisik-bisik, "Ish, gagal dong rencananya buat pacaran sama anak organisasi," bisik Japra sedikit sebal.
"He'em, haduh padahal banyak doi gue di sini," balas Aksa sambil menghela napasnya.
"Japra, Aksa, kalian tidak setuju?" tanya Fadli tajam.
"Iya, lah!" namun mereka tidak berani mengutarakannya, cukup dalam hati.
"Kami setuju kok, kak," balas mereka berdua.
"Terus, kenapa bisik-bisik?" tanya Fadli lagi.
"Soal makanan doang, kak. Kami gak mau ganggu jadi suara dikecilin," jawab Aksa dengan kekehannya.
Setelah itu, Fadli menutup kegiatan rapat mereka kemudian membubarkan semua anggota untuk meninggalkan ruang organisasi. Tiga sahabat itu, keluar dengan perasaan yang malas karena peraturan yang dibuat oleh Fadli barusan membuat Rejav harus terhalang mempunyai pacar baru.
"Hadeh, gak asik tuh senior," sebal Japra.
Rejav dan Aksa mengangguk saja, malas membalas ucapan Japra karena percuma saja jika mereka terus membahasnya walau pada akhirnya hanya diam tanpa tindakan.
"Mona, balikin, ih!" teriak Arventa saat Mona merebut ponselnya.
Mona tertawa keras ketika melihat layar ponsel Arventa yang tertera merupakan instagram pribadi Rejav, ternyata sahabatnya memiliki hobi stalker.
"Hahaha, lo suka sama Rejav, Vent?" tanya Mona.
Pipi Arventa memerah karena malu, cewek tersebut langsung menutup mulut Mona yang kurang dikontrol, apalagi di depan mereka Arventa melihat Rejav berjalan bersama dua sahabatnya.
"Ish, Mona. Kalau ngomong pelan-pelan, liat situasi tau," cicit Arventa.
Mona mengangguk-ngangguk, kemudian menatap Arventa dengan jahil, Cici yang ada di samping Mona hanya bermasa bodoh dengan hal tersebut, menurutnya, mendoakan sahabat sudah cukup.
"Rejav!" teriak Mona, sontak ketiga pria itu berbalik.
Cici mendengus sebal, "Rejav yang dipanggil, malah duo kucrut ikut balik juga."
Rejav mengerutkan keningnya, dalam benak Rejav bertanya, siapa cewek yang memanggilnya? Padahal mereka tidak kenal.
"Woi, sini! Udah tau kalau dipanggil, malah diam kek patung," cerocos Cici.
Arventa semakin malu, dirinya langsung berlindung di balik punggung Mona dan Cici karena tidak berani menatap mata elang cowok tersebut, bisa-bisa dirinya jatuh pingsan.
Berkat tarikan tangan Aksa dan Japra, Rejav dengan pasrah menghampiri mereka bertiga. Tepat berada di depan Mona dan Cici, "Apa?" tanya Rejav.
"Minta no wa, lo" tanpa ragu sama sekali, Cici meminta nomor Rejav.
Japra dan Aksa menyubit lengan Rejav dan menatap cowok tersebut untuk memberikannya, namun respon Rejav membuat mereka kesal.
"Gak."
"Sini ponsel lo, gue kasih," celetuk Japra kemudian mengambil ponsel yang digenggam Mona.
"Nih," beri Japra selesai menyimpan nomor ponsel Rejav di ponsel Mona.
"Oke, thanks," balas Mona kemudian pergi, disusul oleh Arventa dan Cici.
Setelah mereka menjauh, Rejav menatap Japra tajam, dari tatapan tersebut Japra telah menangkap artinya bahawa ia dalam bahaya, namun bukan Japra namanya jika tidak dapat menenangkan singa yang baru bangun.
"Lo perlu nganu, Jav. Biar gak marah-marah mulu," saran Japra, detik itu pula dirinya mendapat tampolan dari kedua sahabatnya.
"Kalian jahat," ucap Japra mengikuti nada bicara Mimi Peri.
Arventa, terus memarahi Mona dan Cici yang begitu berani meminta nomor wa Rejav, dengan sipitan mata Arventa kembali memarahi mereka setelah diam beberapa detik.
"Ish, kenapa harus minta segala sih? Malu, tau."
Mona memutar bola matanya malas, "Lo harus bersyukur punya sahabat yang selalu membantu buat ngedeketin sahabat ke doi-nya," balas Mona.
"Emangnya aku bilang suka sama, dia?" tanya Arventa kesal.
"Enggak," jawab Mona.
"Haduh, punya temen ogeb memperbanyak dosa setiap harinya," ketus Arventa kemudian mendahului kedua sahabatnya masuk dalam kelas.
🍃🍃🍃
Vote dan komentar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top