Chapter 15
Rejav yang menuju dapur, langsung ditarik oleh Aksa dan Japra untuk memberitahu bahwa pria tersebut tertinggal satu langkah dibanding Geo.
"Lo harus kejar, Arventa! Buat dia jatuh cinta sama, lo," perintah Aksa dan Rejav menolak tegas.
"Gak, Arventa bukan tipe, gue!" balas Rejav.
"Terus, tipe lo kek gimana?" tanya Japra.
"Biasa, cabe," jawab Aksa.
Rejav melototkan matanya, tipe cabe lebih buruk daripada Arventa. Menurut Rejav, lebih baik ia berpacaran dengan Arventa daripada harus bersama para cabe.
"Pilih, Venta atau cabe-cabe jalanan?"
"Arventa," jawab Rejav.
"Nah, maka dari itu, kejer!" seru Aksa.
Rejav mendengus sebal, lagi-lagi ia kalah dengan dua orang aneh di depannya, dan terpaksa ia harus mengejar cewek tersebut.
"Jadwal ngocok hari ini, si Rejav. Woi, gak ngocok lu hari ini," peringat Japra.
"Siapa bilang? Gue udah ngocok 5 kali, lo aja yang gak liat," balas Rejav.
"Mana?" tanya Aksa.
Rejav tak membalas, sebenarnya pria tersebut belum mengerjakan jadwal yang telah ditentukan karena dirinya merasa malas.
"Oke, gue jujur gak ngocok hari ini, males," ujar Rejav.
Aksa dan Japra menjitak dahi, lagi-lagi jatah ngocok harus mereka kerjakan. Padahal, tangan mereka sudah pegal.
"Hadeh, coret dulu di jadwalnya, besok Rejav ngocok dua kali lipat," suruh Japra.
Aksa mengangguk lalu menyoret nama Rejav dan mengubahnya pada hari berikutnya.
"Ngocok telur, besok pagi jam enam," tulis Aksa.
Setelah itu, mereka bertiga sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai Rejav merasa bosan sendiri dan memilih untuk keluar rumah.
Di luar rumah, seperti biasa banyak anak remaja yang berkumpul di depan halaman rumah Rejav. Mulai dari anak cewek sampai yang dewasa bahkan lansia menatap Rejav terpesona.
Rejav yang ditatap merasa biasa saja, dirinya terus berjalan santai sambil berpikir, bagaimana cara meluluhkan hati Arventa? Sedangkan Arventa sendiri ketika melihatnya hanya tatapan tidak suka ataupun risih yang dilihatnya.
Rejav sadar, dirinya kembali mengingat ke jati diri yang buruk setelah putus dari Glady. Club malam dan banyak wanita yang telah ia mainkan, hanya Tuhan dan dirinya yang tahu.
Walau Rejav mempunyai sahabat, ia harus membatasi privasinya juga.
"Pokoknya, lo harus bisa! Jangan tetap disatu cowok mulu, Vent."
Rejav melihat Arventa, Cici dan Mona di depannya. Mereka bertiga tidak sadar akan kehadiran Rejav di belakang.
Rejav hanya berjalan dan mendengar apa yang mereka bicarakan, sehingga perkataan Arventa sontak membuatnya berhenti.
"Iyah, gue bakalan move on dan buktiin kepada Rega dan Glady bahwa gue udah bahagia."
"Glady? Rega dan Glady, apa Rega mantan Arventa? Sial, ternyata Arventa sama dengan gue," gumam Rejav kemudian tersenyum miring.
"Tunggu gue."
~~~
Arventa berbalik, perempuan tersebut seperti merasa ada yang berjalan di belakangnya, namun setelah berbalik tak ada seseorang.
"Lo kenapa?" tanya Cici.
"Gue rasa, tadi ada orang deh ngikutin kita," jawab Arventa.
"Ck, perasaan lo aja kali," balas Mona.
Arventa mengedikkan bahu kemudian melanjutkan langkahnya.
Sedangkan Rejav, cowok tersebut segera pulang sebelum Arventa berbalik karena Aksa menelepon, ada hal penting harus diketahuinya.
Sampainya di rumah, Rejav melihat Aksa dan Japra mengenakan jaket.
"Nih, pake jaket lu, Fadli nyuruh kita kumpul di tempat biasa," ucap Japra kemudian memberi jaket ke Rejav.
Dengan malas, Rejav mengenakan jaketnya. Menurut Rejav, jika ingin menyampaikan sesuatu cukup memberi info di wa, tidak perlu mengumpulkan semua anggota karena merepotkan saja.
Di sisi lain, Fadli dan Geo sudah berada di tempat yang telah ditentukan, tinggal menunggu kehadiran para anggota.
Selama 15 menit menunggunya, satu per satu anggota mulai berdatangan terutama, Rejav, Arventa dan para sahabatnya.
Mereka semua berkumpul dan menunggu hal apa yang ingin disampaikan ketua organisasi.
"Gue selaku ketua berterimakasih, soalnya gue sengaja kumpulin kalian di sini untuk menyampaikan sesuatu hal yang tidak terlalu penting. Gue tau, bahwa info ini bisa gue sebar di grup cuman gue mau tes kebersamaan para anggota, dan ternyata sesuai harapan gue," tutur Fadli panjang lebar.
"Terus, info tidak penting apa yang mau lo sampaiin?" tanya Rejav.
Sudah tidak heran lagi dengan sifat Rejav yang tidak sopan itu, semuanya hanya dapat mengelus dada dan bersabar.
"Peraturan baru yang dibuat minggu lalu gak kalian langgar kan?" tanya Fadli.
Semuanya mengangguk, kecuali Rejav dan Arventa, begitupula dengan Geo.
Fadli mengerutkan keningnya, "Kalian bertiga?" tanya Fadli.
"Tentu," jawab mereka bersamaan.
Namun dalam hati, sangat berbeda apa yang mereka lisankan. Karena kedua pria tersebut tengah berjuang kepada satu wanita yang sama.
Sedangkan, Arventa. Dirinya masih bingung dengan perasaannya, mengapa ia tidak mengangguk tadi? Yah, di sisi lain dia memikirkan perkataan Mona tentang menerima perasaan Geo, di sudut lain pula ia memikirkan Rejav.
"Pokoknya, lo harus rebut hati cowok-cowok kampus. Terutama di organisasi yang lo ikutin," saran Mona.
"Ish, gak mau," balas Arventa.
"Mau move on kan?" tanya Mona.
"Iyah."
"Makanya, terima!"
Pikiran tersebut masih terbayang, ia berharap jika Rejav yang menyukainya dan maka detik itu pula Arventa pasti menerimanya walau dirinya tidak mencintai pria tersebut dan hanya memendam perasaan kagum saja.
"Arventa pusing!" teriak Arventa tiba-tiba membuat semuanya terkejut.
Semua yang ada di tempat tersebut menatap Arventa heran, terutama kepada Fadli.
"Vent, lo kenapa?" tanya Fadli.
"Eh, gak papa, kok. Gue cuman banyak pikiran," jawab Arventa.
Fadli menghela napas, kemudian menyuruh gadis tersebut pulang.
"Pulang, gih. Siapa tau kepala lo tambah pusing nantinya, masalah dianterin tenang aja, ada Geo," ujar Fadli.
Geo, langsung tersenyum semangat, saking semangatnya, pria tersebut tidak sadar dengan tatapan semua anak organisasi.
"Ekhem!" sindir Fadli dan Geo tersadar.
"Eh, sini Vent, gue anter," ucap Geo dan Arventa mengangguk.
Bagaimana dengan Rejav? Tidak ada apa-apa, pria tersebut hanya diam dan menatap mereka berdua dengan biasa.
Tidak peduli sekalipun, karena di dalam benak Rejav, pria tersebut akan mendapatkan Arventa.
.
.
.
.
Jangan lupa vote dan komentar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top