📍 [sin²x + cos²x] Fungsi Hati ✓
❝AH, YA. TADI KAU BILANG, 'KAN, KALAU FUNGSI HATI ITU UNTUK MENETRALISIR RACUN? KAU BENAR SEKALI, SAAT INI KAU DAN TIGA TEMANMU ITU MEMANG TIDAK MEMILIKI HATI. BUKTINYA? YA, KELIHATAN BANGET DARI KELAKUAN KALIAN TADI. BANYAK RACUNNYA.❞
~•••~
Selamat Membaca!!!
💭💭💭
Februari 2022
"Eh, ngapain kalian di sana? Lagi ngomongin aku, ya? Ngaku!" Dua gadis yang sedang berbincang di pojok tangga itu mendadak terkejut saat mendengar teriakanku barusan. Tak peduli dengan tatapan para siswa yang ada di sekitar, langsung saja kuhampiri mereka.
"Eng—enggak, Fel. Kita enggak ngomongin kamu, kok. Beneran!" Bisa kulihat gadis yang menggunakan nametag 'Ariana F' itu tangannya mulai bergetar saat membalas ucapanku. Bahkan mata gadis tersebut pun bergerak liar dan tak terkendali. Kelihatan sekali kalau gadis ini berbohong padaku.
"BOHONG!" bentakku tepat pada mereka. "Ayo ngaku. Cepat!"
"K—kita enggak bohong, kok, Fel. Serius!" Spontan aku menghadapkan kepala pada gadis yang ada di sebelah Riana. Gadis itu tampak berusaha membela diri—lebih tepatnya membela mereka berdua.
Namun, pada kenyataannya, semua ucapan mereka penuh dengan dusta. Mau bilang 'serius' atau 'beneran' berkali-kali, tidak menutup kemungkinan kalau mereka sudah berbohong padaku. Lihat, deh. Mata mereka lirik ke sana ke sini. Tangannya saja sampai bergetar dan ... oh, mereka menjawab pertanyaanku tadi pun terbata-bata. Kentara banget kalau mereka tidak tenang saat diinterogasi. Memangnya mereka pikir aku bodoh jadi bisa semudah itu mereka tipu? Hello, aku nggak sebego itu juga kali.
Well, setidaknya body language yang sedikit-sedikit kupelajari bisa berguna juga untuk situasi saat ini.
"Terus, kenapa tadi kalian lihat-lihat aku, hah? Juga, kenapa tadi kalian terbata-bata jawab pertanyaanku?" tanyaku lagi yang membuat mereka semakin terpojok.
"Sudahlah, Fel. Kelamaan kalau diinterogasi. Yang ada, mereka enggak akan mau ngaku. Mending langsung aja, cuss ... dieksekusi." Mendengar pernyataan Fikay—salah satu teman dekatku—Riana dan temannya itu langsung membelalakkan mata.
Tentu saja mereka kaget. Jangan salah, ya. Aku Felicia Ruth, memiliki pengaruh besar di sekolah ini. Siapa, sih, yang enggak kenal sama aku? Seorang anak dari kepala yayasan yang menaungi SMA D, tempatku bersekolah saat ini dan merupakan salah satu SMA yang cukup elit seantero Surabaya. Semuanya enggak ada yang berani melawanku, termasuk dua gadis cupu ini yang dengan tidak tahu dirinya membicarakan diriku, padahal jelas-jelas aku lewat di depan mereka tadi.
Jika kalian penasaran dengan kata eksekusi yang disebutkan Fikay tadi, itu maksudnya pem-bully-an yang akan aku—ehm, maksudku kami—lakukan. Yap, selama ini tidak ada guru yang tahu dengan aksi pem-bully-an yang kami lakukan, jadi kami merasa sangat aman kalau mau mem-bully seseorang. Hebat, bukan?
Eksekusi kami memang cukup terkenal di SMA D ini. Biasanya, kami akan menjambak rambut si korban. Atau mungkin kami akan mendorong si korban secara paralel. Misalkan, aku mendorong si korban ke arah Nandini, lalu Nandini mendorongnya ke Ghina, setelah itu Ghina mendorongnya ke Fikay dan Fikay mendorongnya ke aku. Begitu terus sampai kami lelah. Iya, hal itu akan berhenti jika kami yang lelah, bukan si korban. Kami tak peduli si korban lelah atau tidak, karena si korban pun pastinya tidak peduli, kan, jika membicarakan atau parahnya lagi, menjelek-jelekkan kami?
Atau mungkin eksekusi yang lebih mudah, kami akan menjadikan si korban sebagai babu kami. Tugasnya? Tentu saja membawakan tas kami jika pulang sekolah, mentraktir kami di kantin, membawakan makanan untuk kami dan tentu saja jika si korban adalah orang yang pintar, pasti akan disuruh untuk mengerjakan tugas sekolah kami berempat. Bahkan, jika tidak memiliki kesalahan apa-apa, orang yang pintar tetap akan menjadi sasaran untuk kami minta mengerjakan tugas-tugas dari guru. Sedangkan aku dan sahabat-sahabatku? Bersantai di kantin sambil makan hasil traktiran korban kami.
Jika ditanya apakah hanya itu saja aksi pem-bully-an kami? Tentu saja tidak. Masih banyak sekali aksi menakjubkan dari kami berempat, tapi sepertinya tidak akan kujelaskan semua karena aksi kami benar-benar banyak.
Jadi, jangan ada yang pernah coba-coba untuk bermain api dengan kami. Kalau tidak, pasti akan bernasib malang seperti gadis yang kudorong sekarang ini. Dari raut wajahnya, ia tampak pasrah dengan eksekusi yang kami lakukan. Sedangkan Riana, dia asyik ditarik seragamnya oleh Ghina. Kami juga sepakat akan memaksa mereka berdua untuk mentraktir kami setelah ini.
"Tidak punya hati, ya, kalian? Atau merasa kurang kerjaan?" Tiba-tiba seorang pemuda jangkung menginterupsi aksi kami. Saat mengetahui siapa yang baru saja berbicara, sontak perasaan marah mulai bergejolak. Aku benci sekali dengan lelaki ini. Dia benar-benar sok suci. Sepertinya aku akan meralat ucapanku kalau semua murid di sini tunduk padaku, karena hanya lelaki ini saja yang selalu menentang perbuatan kami. Aku sangat tidak suka dengan dia.
"Hei, kalau kami tidak punya hati, pasti kami tidak hidup sampai sekarang. Kau ini, apa tidak tahu bahwa fungsi hati adalah menetralisir racun dalam tubuh?" balasku yang tidak mau kalah. Ya, setidaknya aku bisa menunjukkan sedikit kepintaranku serta membuktikan bahwa aku tidaklah bodoh.
Namun, reaksi yang kudapatkan dari lelaki itu justru sebuah senyuman sinis. "Tugas sekolah masih dikerjakan orang lain saja berlagak jadi anak yang pintar biologi!"
Lelaki itu benar-benar! Belum sempat membalas ucapannya, dia kembali menginterupsiku lagi.
"Ah, ya. Tadi kau bilang, 'kan, kalau fungsi hati itu untuk menetralisir racun? Kau benar sekali, karena kalian memang tidak memiliki hati. Buktinya? Ya, kelihatan banget dari kelakuan kalian tadi. Banyak racunnya." Tanpa merasa bersalah dengan ucapan yang ia lontarkan, lelaki itu langsung melenggang pergi meninggalkan diriku yang mulai meradang karena ucapannya. Apalagi ia mengucapkannya di depan para siswa yang sejak tadi menonton aksi kami.
Kurang ajar! Lelaki itu benar-benar merusak reputasiku.
💭💭💭
Holaa... Eh, ya, mau tanya, nih. Kalian kesel, nggak, sama kelakuannya Felicia dkk itu? Sama, aku juga (eh, wkwk). Jangan ditiru ya kelakuannya Felicia. Jadi, buat temen² yang bertanya kenapa kok si "aku" karakter nya jahat, jawabannya aku mau buat yang anti mainstream. Kan jarang cerita yang protagonisnya itu jahat. Tapi tetep kok cerita ini ada amanat yang bisa dipetik. Semoga kalian suka, ya?
Dan aku mau menegaskan lagi, karakter, latar tempat dan waktu pada cerita ini MURNI FIKSI, bukan dari cerita nyata, ya.
As always, jangan lupa vote dan komen, ya. Untuk membangun cerita ini.
Jangan lupa follow juga akun putriaac untuk dapatkan informasi update terkait cerita ini dan juga cerita-cerita menarik lainnya.
Have a nice day.
©Surabaya, 15 Agustus 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top