📍 [(²log4 + 1)³] Thanks and Sorry

TERIMA KASIH SUDAH MEMBANTUKU. DAN MAAF, BUAT KELAKUANKU SELAMA INI.

~••~

Selamat Membaca!!!

💭💭💭

"Say goodbye to the world."

Aku hanya bisa memejamkan mata dengan pasrah. Aku benar-benar lelah. Sangat lelah dan rasanya sudah tak mampu untuk berontak. Entah sudah berapa tetes air mata yang jatuh dan membasahi pipi.

Genggaman Ghina yang ada di pundakku kini makin mengerat, membuatku semakin meringis. Sebab, ia meremasnya tepat di bagian luka yang gadis itu buat tadi.

Namun, genggaman tersebut hanya sesaat, karena setelah itu pegangannya langsung lepas saat beberapa orang berseragam polisi menerobos masuk ke ruangan ini. Mereka langsung menangkap dan menahan Ghina. Aku mengerjapkan mata tak percaya. Tubuhku saat ini sangat lemah, sehingga untuk mencerna kejadian secepat ini pun sangat lambat.

Sampai akhirnya, seorang lelaki yang sangat kukenali mulai mendekat dengan raut cemas.

"Kamu nggak apa, Fel?" Aku masih saja bingung menatap Fernan dengan wajah yang kelihatannya pias. Apa ini mimpi?

Fernando menyelamatkanku! Apa benar ini mimpi? Lelaki menyebalkan yang selama ini kubenci karena selalu menentang semua hal yang kulakukan. Lelaki yang selalu sok suci. Dia justru datang di saat aku nyaris meregang nyawa, bersama polisi.

Tunggu, bagaimana bisa?

Terlalu banyak pertanyaan yang melintas di pikiranku. Sampai aku tak sadar, Fernan saat ini sedang melepaskan tali yang mengikat kakiku. Saat lelaki itu akan melepaskan tali yang berada di pergelangan tanganku, ia tampak terkejut.

"Pergelangan tanganmu terluka. Ini karena Ghina?" Aku masih saja terdiam. Entahlah, rasanya masih sulit mencerna apa yang baru saja terjadi ini. Semua berlalu begitu cepat.

Tak lama setelah itu, Fernan berusaha membantuku untuk berdiri. Dengan lembut, ia memegang pundakku. Lalu, perlakuan Fernan selanjutnya membuatku meneguk saliva dalam.

Ia melepas jaket dan memakaikannya padaku sambil menekan-nekan luka di sekitar pundak. Aku tertegun sesaat. Ditambah lagi saat ia tersenyum.

"Tenang saja. Semua akan baik-baik saja. Sekarang, luka-lukamu ini perlu diobati. Ayo keluar."

Entah apa yang merasuki pikiranku. Bukannya mengikuti lelaki ini keluar, aku justru menarik seragamnya pelan. Spontan saja dia menoleh padaku.

"Ada apa?" Air mata rasanya sudah tak terbendung lagi. Sepertinya Fernan terkejut melihatku menangis.

"Hei, kenapa? Kenapa nangis? Semuanya baik-baik saja, kok." Aku menggelengkan kepala dengan lemah. Bukan, bukan karena itu aku menangis. Namun, ....

Tanpa basa-basi, aku langsung menarik tubuhnya dan memeluk lelaki itu. Aku tak tau bagaimana reaksinya setelah pelukan yang tiba-tiba ini. Aku hanya butuh tempat bersandar. Rasanya sulit sekali mengungkapkan apa yang kupikirkan saat ini.

Dapat kurasakan, rambutku dielus dengan lembut. Membuat air mata semakin deras mengalir. Pasti seragam Fernan basah. Akhirnya, aku menarik diri dan menundukkan kepala. Merasa malu dengan perbuatanku yang spontan tadi.

"Sudah, Fel. Jangan pikir yang berat-berat dulu. Aku paham kamu pasti syok banget saat ini. Kita mending keluar dulu, ya?" Aku pun mengangguk lemah dan mulai berjalan keluar dengan tubuh yang dipapah Fernan.

Sebab, jujur saja, mataku semakin lama, rasanya semakin berkunang-kunang. Mungkin karena luka di pergelangan tangan dan juga pundakku ini, sehingga banyak darah yang keluar. Badanku sangat lemas. Jika Fernan tak memapahku, aku tak tau apakah bisa berjalan biasa atau tidak.

"Fer," panggilku dengan lirih. Si pemilik nama pun menoleh lagi padaku, dengan kaki yang terus melangkah. Aku pun menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan.

"Terima kasih sudah membantuku. Dan maaf, buat kelakuanku selama ini."

💭💭💭

Kali ini aku tidak meragukan perkataan banyak orang, kalau warna hijau di pepohonan tidak hanya menyejukkan mata, tapi juga menyejukkan perasaan.

Angin sejuk nan sepoi-sepoi mulai menerbangkan beberapa helai rambutku. Suasana di sini benar-benar menenangkan. Rasanya, aku ingin terus berada di sini.

“Bagaimana? Sudah merasa tenang?” Mendengar suara bariton di samping, aku langsung menoleh dan tersenyum.

Dia adalah Fernando. Selepas luka-lukaku diobati tadi, dia berinisiatif mengajakku ke sini. Hutan mangrove. Bagiku, hutan mangrove adalah tempat terbaik yang pernah kujelajahi di Surabaya. Kebetulan sekali Fernan mengajakku ke sini.

“Luka-lukanya gimana? Masih sakit?” Aku pun menggeleng sambil terus berjalan dan menatap pohon mangrove di sekitar.

Tapi luka batinku yang masih sakit dan sepertinya akan sulit disembuhkan.

Pemandangan di sekitar sangat menarik. Tempat ini sangat instagramable untuk berfoto-foto ria. Ingin rasanya berfoto, tapi entah kenapa aku malas melakukannya. Sampai akhirnya, aku memutuskan untuk berhenti berjalan sambil bersender di pagar kayu pembatas.

“Capek?” Lagi-lagi Fernan bertanya. Entah mengapa, aku merasa degup jantungku jadi tak karuan saat ini, melihat Fernan yang tampak perhatian.

Jangan gede rasa, Fel.

Sebenarnya aku penasaran, bagaimana Fernan bisa berada di rumah itu tadi, bahkan sampai polisi datang ke rumah tersebut. Atau jangan-jangan, motor yang waktu itu aku lihat saat akan pergi ke rumah kosong tersebut dengan Ghina, memang benar motor Fernan? Apa dia mengikutiku? Untuk apa?

“Nggak capek, sih. Cuma mau senderan aja.” Fernan pun mengangguk-angguk saja. Setelah itu, raut wajahnya terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu padaku. Namun, tertahan.

“Kamu mau bilang sesuatu, Fer?” Fernan langsung terkejut saat aku bertanya seperti itu. Akan tetapi, wajahnya langsung kembali normal.

“Eum ... maaf kalau ini nyinggung kamu. Tapi, aku penasaran. Kenapa kamu selalu melakukan perundungan? Aku yakin, pasti ada alasan lain kamu melakukan itu.”

Aku terdiam sejenak. Jujur, tak pernah ada yang tau alasan mengapa aku selalu melakukan eksekusi. Termasuk Nandini, Fikay, dan Ghina. Haruskah aku speak up pada Fernando sekarang?

💭💭💭

Hmmm ... Fel mau speak up tentang apa, ya? 🤔 Tunggu up selanjutnya! Eh, tapi btw, sumpahh kok aku malah baver sama Fernan, yak 😭

As always, jangan lupa vote dan komen, ya, untuk membangun cerita ini.

Jangan lupa follow juga akun putriaac untuk dapatkan informasi update terkait cerita ini dan juga cerita-cerita menarik lainnya.

Have a nice day.

©Surabaya, 5 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top