📍 [³log27 + 2²] Pesan
❝OKE, INI SEMAKIN MEMBINGUNGKAN SAJA ... DAN SEMAKIN MEMBUATKU PARNO.❞
~•••~
Selamat Membaca!!!
💭💭💭
"Serius?" teriakku pada Fikay, Ghina, dan Nandini.
"Ih, santai aja, dong. Suaramu buat telingaku cenat-cenut tau," protes Fikay padaku. Uh, kayak suara cemprengnya enggak buat telinga cenat-cenut aja. Lagian, gimana aku enggak kaget kalau ternyata tiga sahabatku ini mendapatkan pesan misterius. Benar-benar aneh. Ada apa ini sebenarnya?
"Tapi, tiap orang isinya beda-beda. Coba liat punyaku." Ghina menyodorkan suratnya kepada kami.
Setiap perbuatan, pasti ada resiko. Jadi, jangan coba-coba untuk lari dari resiko itu.
Teruntuk, Ghina Apsari.
"Kalau surat buat kamu gimana, Kay?" tanya Nandini pada Fikay. Langsung saja Fikay menyodorkan ponselnya pada kami.
"Loh? Handphone?" tanyaku bingung. Namun, Fikay justru mengangguk-angguk.
"Iya, orang itu mengirimkan pesan ke aku lewat WhatsApp." Sontak saja kami tertarik untuk melihat room chat Fikay dengan orang misterius itu.
+62895xxxxxxxx
Hai, Afika Yarin.
Gadis yang senang sekali memotret pemandangan nan indah, bahkan adik kelas yang menjadi peserta MOS dan tidak sengaja melakukan kesalahan pun dipotret dan dipublikasikan tanpa merasa bersalah juga tidak peduli. Seolah, raut malu dan takut dari wajah mereka adalah sebuah pemandangan indah untukmu.
Perlu kau ingat, Afika. Setiap perbuatan pasti akan mendapatkan balasannya. Apa yang kau tanam, itulah yang kau tuai.
19.33
"Apa? Tidak sengaja melakukan kesalahan katanya? Kurang asem emang, nih, orang. Sudah jelas mereka itu melakukan kesalahan dengan bawa barang di luar ketentuan, ya tentu saja mereka dipotret biar kapok. Kan aku jadi curiga, apa jangan-jangan yang kirim pesan aneh ini adik kelas kita?" tanyaku dengan heran.
"Heh? Kok kamu bisa nyimpulin gitu, Fel?" tanya Ghina.
"Gimana nggak curiga. Tuh, coba liat pesan yang dikirim ke Fikay. Pakai bawa-bawa MOS segala. Nggak salah, kan, kalau aku vonis mereka yang melakukan ini?" tegasku. Jelas, tidak salah lagi. Ini pasti kerjaan salah satu peserta MOS yang dendam dengan kita.
"Jangan asal nyimpulin dulu, Fel. Pikir secara logis aja, dari mana coba adik kelas kita tau nomor WA-ku?" tanya Fikay.
"Ya-" Belum sempat aku berkata, Fikay menyela lagi.
"Sekali pun ini kerjaan adik kelas kita, terus mau ngapain? Mereka nggak bakal bisa bales perbuatan kira. Toh, mereka disuruh-suruh sama kita aja mingkem mulu, nggak ada perlawanan sama sekali. Ah, ya. Satu lagi, masa cuma gara-gara itu mereka jadi sok-sokan neror kita pakai pesan yang sok misterius ini?" Hmm ... benar juga perkataan Fikay. Ah, mungkin ini gara-gara aku terlalu parno dengan surat ancaman ini.
"Terus kamu balas apa nggak pesan itu?" tanya Ghina penasaran. Sontak, pandangan kami tertuju pada Fikay.
"Iya, pesannya kubalas. Tapi, coba kalian lihat, deh." Fikay pun mengulurkan ponselnya lagi pada kami.
Ini siapa, ya?
19.34 ✓
"Eh, centang satu?" tanya Nandini heran. Sedangkan Fikay pun mengangguk-angguk.
"Iya, cuma centang satu. Dan aku ingat, waktu dia kirim pesan itu, kebetulan aku sedang online. Jadi, kita online-nya barengan. Aku sempat lihat di WhatsApp-nya ada foto profil. Tapi, waktu mau aku balas, tau-tau foto profilnya kosong dan malah centang satu sampai sekarang. Aku curiga jangan-jangan orang ini blokir aku karena tau bakal kubales pesannya." Penjelasan panjang lebar dari Fikay seketika membuat kami merenung. Ada apa ini sebenarnya? Seketika rasa takut dan merinding mulai menyusup di dalam diriku. Apa jangan-jangan, akan terjadi sesuatu pada kami?
Oh, tolong. Kenapa aku menjadi parno seperti ini?
"Tapi, gengs. Aku malah merasa ada sesuatu yang aneh." Tiba-tiba saja, Nandini menginterupsi renunganku dan juga pikiranku yang penuh dengan keparnoan.
"Apa memangnya?" tanya Ghina penasaran. Aku dan Fikay pun langsung mengalihkan atensi kami ke Nandini.
"Kalian, kan, sudah dapat surat aneh itu. Tapi, kenapa hanya aku yang tidak mendapatkan suratnya? Maksudnya apa coba orang itu?" Ucapan Nandini spontan membuat kami terkejut.
"Jadi, kamu nggak dapat surat aneh macam gini?" tanyaku sambil melambai-lambaikan surat aneh yang kuterima kemarin.
"Iya, Fel. Di antara kita berempat, cuma aku yang nggak dapat. Aku jadi merasa aneh, apa sebenarnya jalan pikiran orang yang mengirim surat itu? Seandainya dia menuntut balas dendam karena kelakuan kita pada peserta MOS kemarin-kemarin, kenapa hanya aku tidak dapat? Bukannya aku berharap, tapi aku hanya merasa ada yang janggal di sini." Perkataan Nandini sontak membuat kami terbungkam. Ada apa ini sebenarnya? Apakah surat itu hanya gertakan saja? Atau justru ... peringatan supaya kita mempersiapkan diri sebelum menerima pembalasan dari orang itu? Arghh ... kenapa pikiranku menjadi seperti ini?
"Dan satu lagi, kenapa hanya kalian bertiga yang dapat surat itu, sedangkan nggak hanya kita saja, kan, yang menggertak-gertak peserta MOS kemarin?" lanjut Nandini lagi.
"Ya, kita kan nggak tahu mereka juga dapat surat macam gini apa nggak. Lagian, sepertinya cuma kita yang melakukan eksekusi dengan peserta MOS. Yang lainnya kan cuma menggertak saja waktu pemeriksaan barang yang dibawa," ujar Ghina.
"Tapi, nggak menutup kemungkinan hal aneh yang terjadi sama Nandini. Betul kata Dini, kenapa dia nggak dapat surat aneh itu, sedangkan kita bertiga dapat?" tanya Fikay.
Oke, ini semakin membingungkan saja ...
... dan semakin membuatku parno.
💭💭💭
Yuhuuu ... welcome back to my work, xixi. Nah, hayo loh, Fel. Dapet surat aneh. Salah sendiri sih nyebelin. Wkwk.
As always, janlup vote ya kalau suka. Krisarnya ugaa. 😊😊
Jangan lupa follow juga akun putriaac untuk dapatkan informasi update terkait cerita ini dan juga cerita-cerita menarik lainnya.
Have a nice day.
©Surabaya, 28 September 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top