💐 EXTRA PART 1
Selamat Membaca!!!
💭💭💭
'Cause I-I-I'm in the stars tonight
So watch me bring the fire and set the night alight
Shoes on, get up in the morn'
Cup of milk, let's rock and roll
King Kong, kick the drum, rolling on like a Rolling Stone
Sing song when I'm walking home
Jump up to the top, LeBron
Ding dong, call me on my phone
Ice tea and a—
“Fel,” Saat gadis itu asyik menatap gawai, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Alhasil, kegiatannya pun terinterupsi. Dengan terpaksa ia mem-pause video musik Dynamite di YouTube dan melepaskan earphone dari telinga. Padahal, tadi ia sangat menikmati suara merdu serta wajah tampan dari bias kesayangannya di BTS, Jeon Jungkook.
“Ada apa, Ma?” tanya Fel dengan heran.
“Itu ... kamu ditungguin sama temenmu di ruang tamu dari tadi. Cepetan ke sana. Kasihan kalau dia nungguin lama.”
Sontak saja kedua alis gadis itu bertaut. Teman? Rasanya kata tersebut telah musnah dalam kamusnya sejak ia kehilangan ketiga sahabatnya, serta mulai mendapatkan karma buruknya. Tak ada lagi yang mau berteman dengannya. Namun, mengapa sang mama justru menggunakan kata itu untuk mendefinisikan orang yang menunggunya saat ini?
Dia siapa memangnya?
“Eh, kok ngelamun, sih? Cepet ke ruang tamu sekarang! Ditungguin dari tadi, loh.” Fel tersentak mendengar teriakan mamanya.
“Iya, Ma. Aku keluar sekarang.” Langsung saja ia meletakkan gawai yang ada di genggamannya itu di atas nakas. Lalu, melangkah keluar kamar.
Fel masih saja terus bertanya-tanya dalam hati. Siapa yang ingin menemuinya? Ada urusan apa orang itu mendatanginya?
Dan semua terjawab saat ia sudah sampai di ruang tamu. Awalnya dia tak tau siapa orang itu, meskipun tampak tak asing dari belakang, apalagi orang itu tampak masih mengenakan seragam putih abu-abu. Namun, saat Fel mulai berjalan mendekat, gadis itu terkejut melihat orang yang tadi disebut sang mama sebagai ‘teman’-nya.
“Dika?”
💭💭💭
Dika sama sekali tidak bisa merasa tenang saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Hal itu terjadi sejak ia tak sengaja melihat Fel yang tampak mengenakan seragam seperti biasa, tetapi bukannya berjalan ke area dalam sekolah, gadis itu justru berjalan ke tempat parkir bersama papanya. Padahal saat itu masih jam istirahat, belum waktunya pulang.
Firasat Dika tak enak. Apakah gadis itu izin pulang sekolah lebih cepat? Misalkan memang iya, lalu mengapa Fel tampak tak membawa tas ransel yang biasa gadis itu bawa?
Dan semua terjawab saat tadi ia melewati lorong kelas XI IPA 2, kelas Fel.
“Kamu kok yakin banget Fel bakal pindah sekolah?” Dika tertegun saat mendengar percakapan itu, bahkan ia sampai berhenti berjalan. Menyadari hal itu, Nando tentu saja heran.
“Hei, kok berhenti jalan?” Namun, Dika hanya tersenyum tipis.
“Kamu duluan aja. Aku ada urusan bentar. Nanti aku ceritain, tenang aja. Udah, buruan sana pergi,” ujar Dika cepat. Tentu saja Nando heran, apalagi saat ia melihat Dika justru duduk di bangku dekat kelas Fel sembari mengeluarkan gawainya.
“Ck, ya sudahlah kalau nggak mau kasih tau.” Nando pun langsung meninggalkan Dika meski sedikit curiga dengan lelaki itu. Meski begitu, ia berusaha bodoh amat.
“.... Ya, kan? Tadi dia nggak keliatan di kelas. Aku pikir dia sengaja menghindar dengan nggak masuk hari ini gara-gara sering dirundung Alicia. Sumpah, dia adik kelas yang daebak banget, deh. Padahal kita yang seangkatan, bahkan kakak kelas aja nggak pernah merundung Fel. Nah, ini adik kelas langsung main bully aja. Apalagi, Fel kelihatannya diam gitu waktu dirundung Alicia. Jadi, nggak salah kalau banyak yang dukung dia.”
“Eh, masa kamu nggak tau, sih? Alicia tuh adiknya Ghina. Ya, wajar dong. Kan sempet denger kabar kalau Ghina itu pembunuh Nandini sama Fikay. Ghina ngelakuin itu gara-gara Fel. Ah, panjang deh ceritanya.”
“Oh, iya juga, ya. Hmm ... ya gitu, deh. Mungkin aja, nih, si Fel udah nggak tahan, akhirnya pilih untuk pindah sekolah. Ya, aku yakin banget dia tadi datang ke sini buat ngurus pindahan sekolahnya.”
Lagi-lagi Dika tertegun mendengar ucapan itu. Hingga dampaknya pun masih ia rasakan sampai saat ini. Rasanya, lelaki itu ingin jam sekolah segera usai saja.
Kring ....
Dalam gerakan cepat, Dika langsung memasukkan semua buku dan beberapa alat tulis ke dalam tas. Selepas itu, ia langsung beranjak dari kursi.
“Dik, buru-buru amat, sih. Mau ke mana?” Langkah Dika terhenti saat Nando memanggilnya.
“Ada urusan. Duluan, ya!” Dika kembali melangkah keluar, tetapi terhenti lagi saat Nando mengucapkan kalimat tanya yang membuat Dika mengernyit bingung.
“Kita, kan, janjian mau keluar bareng. Gimana, sih? Kamu lupa?” Dika berusaha mengingat-ingat apa Nando pernah mengajaknya janjian pergi keluar setelah pulang sekolah. Sepertinya tidak.
Namun, Dika dapat melihat raut memohon dari Nando. Awalnya lelaki itu bingung, tetapi itu semua terjawab saat melihat Satya menatap mereka berdua secara bergantian dengan tatapan tajam. Sepertinya Satya ingin mengajak Nando pergi keluar atau ke mana lah. Dika tak tau. Hal ini memang sering terjadi. Namun, yang pasti, Nando sebenarnya paling anti jika berada di dekat Satya.
Terlebih lagi setelah mendengar kisah lalu Fel dan Satya dulu. Kini, citra lelaki itu semakin buruk di mata Nando.
Akan tetapi, urusan Dika ini jauh lebih penting daripada harus menyelamatkan Nando dari Satya. Alhasil, dia dengan halus menolak.
“Sorry, tapi urusanku lebih penting, Ndo. Dan ini dadakan. Sorry banget. Duluan, ya!” Selepas itu, Dika langsung keluar kelas.
Namun, ia sempat mendengar sekilas ucapan Satya sebelum Dika benar-benar keluar dari kelas.
“Nah, udah, nggak usah kasih banyak alasan. Sekarang, bantu aku buat nembak Citra. Kamu tau, kan, aku suka sama dia udah lama.”
Dasar, ganteng doang, tapi nggak berani nyatain perasaan sendirian. Beraninya cuma mainin perasaan cewek aja, batin Dika sambil mencibir.
💭💭💭
“Kamu ngapain ke sini, Dik? Ada urusan apa?” Dika yang sedang asyik bermain dengan gawainya langsung menegakkan tubuh saat mendengar suara Fel. Lelaki itu pun tersenyum ramah pada gadis yang ada di hadapannya.
“Bisa ikut aku sebentar? Aku mau ngobrol bentar sama kamu, tapi nggak di sini.” Sontak Fel mengernyitkan dahinya. Tidak bisakah berbicara di sini?
“Please. Mau, ya? Bentar aja, kok.” Fel mengembuskan napasnya pelan. Jujur, jantungnya tadi langsung berdegup kencang saat menyadari bahwa Dika yang bertamu ke rumahnya, dan sekarang lelaki itu mengajaknya pergi keluar.
Entah mengapa perasaan Fel mendadak jadi tak enak.
“A—aku izin mamaku dulu.” Baru saja Fel berdiri, lengannya ditahan.
“Nggak usah, mamamu sudah ngizinin, kok. Aku yang izin ke mamamu tadi. Ehm, tapi nggak ada salahnya juga, sih. Kamu pamit dulu sama mamamu, gih, sebelum kita keluar.”
Dan perasaan Fel semakin tidak enak.
💭💭💭
Yayyy, jadi ini surprisenya!!! Tidak semudah itu membuat sad ending, Ferguso :") Jadi kuputusin buat extra part ini. Tapi, buat pecinta sad ending atau open ending, baca epilognya aja udah cukup, sih wkwk.
Extra part nya masih berlanjut, yak. So, stay tune mingdep, Guys!
Sejujurnya, waktu buat part ini, aku sama dengerin lagu Dynamite 😂 jadilah di awal part kukasih cuplikan lirik Dynamite bagian Jungkook, my future, uwuwuwu //halu mode on.
Edit: sesuai janjiku di Tabir Fakta, exchap ini kupublish lagi. Dan dalam waktu dekat mau kurevisi. Yuhu~
Have a nice day.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top