📍 EPILOUGE: Life Goes On 📍

DUNIA TERASA BERHENTI, JIKA KITA YANG BERSUGESTI DUNIA AKAN BERHENTI.

~••~

Selamat Membaca!!!

💭💭💭

Seekor kupu-kupu yang sangat menawan, dulunya pernah mengalami masa yang sangat buruk. Menjadi seekor ulat yang sangat menggelikan. Memangnya kupu-kupu ingin menjadi ulat? Tidak, itu bukan keinginannya.

Namun, ulat terus menjalan kehidupannya, tak peduli jikalau banyak yang membencinya. Dia bahkan rela berdiam diri menjadi kepompong dalam tempo yang cukup lama. Sampai akhirnya, lahirlah kupu-kupu yang sangat cantik.

Kupu-kupu yang bahkan sangat diidamkan oleh banyak orang. Anak kecil berlarian untuk menggapai kupu-kupu demi melihat keindahan sayapnya. Bunga pun sangat menantikan kupu-kupu demi proses reproduksi yang ia lakukan. Tanpa kupu-kupu, bagaimana bunga bermahkota indah bisa melakukan penyerbukan?

Ya, aku terus meyakini diri bahwa hidup tak akan berhenti. Dunia terasa berhenti, jika kita yang bersugesti dunia akan berhenti.

Aku tau, perbuatanku sulit termaafkan. Sangat sulit. Bahkan, sampai saat ini Alicia masih membenciku. Fernan pun tampak mulai menjauh dan tak peduli denganku.

Aku tau, keputusanku saat ini terlihat pengecut. But, hey! Life goes on, right? Aku tidak ingin merasa dunia berhenti hanya karena selalu dirundung kesedihan.

Apa salahnya untuk membuka lembar kehidupan yang baru dan lebih baik? Hidup terus berjalan. Jika hanya dilalui dengan rasa sedih dan dongkol, bagaimana bisa menjalani hidup yang baik?

Aku dan papa datang ke SMA D pagi ini. Bukan, aku datang ke sekolah bukan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya. Kali ini, papa akan mengurus diriku yang akan pindah sekolah.

Ya, inilah keputusanku. Pindah sekolah.

Tentu saja aku yang meminta kepada kedua orangtuaku untuk pindah sekolah. Dan sudah pasti, mereka akan menanyakan alasan mengapa aku ingin pindah dari SMA D.

Namun, alasan yang keluar dari bibirku adalah, karena takut mengalami trauma dan terbayang-bayang dengan kematian Nandini dan Fikay, serta takut jika teringat saat aku nyaris dibunuh Ghina. Logis bukan? Sebab, mereka bertiga adalah sahabatku selama bersekolah di SMA D. Dengan tetap di sana, tentu saja tidak semudah itu melupakan semua kejadian yang tak terduga.

Meski, alasan terbesarnya bukan karena itu.

Kupandangi sekolah ini yang mungkin saja untuk terakhir kalinya. Hah ... ternyata jika akan keluar dari sekolah dengan kenangan yang buruk rasanya sangat tidak menyenangkan dan jujur ... sama sekali tidak melegakan.

Namun, mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi keputusan final jika aku ingin membuka lembaran hidup yang lebih baik.

Ya, aku tau bersekolah itu untuk mencari ilmu, untuk masalah pertemanan bisa disingkirkan. Akan tetapi, hal itu tak dapat berlaku bagiku. Bukti nyatanya adalah saat aku masih SMP. Nilaiku sangat hancur saat itu karena terlalu stres memikirkan perundungan yang pernah kuterima.

Apalagi, aku memendam semuanya dalam diam. Sekarang pun seperti itu. Aku memendamnya sendirian. Aku bingung, tak tau mengapa rasanya sulit sekali untuk mengadu pada kedua orangtuaku perihal ini.

Ya, bagaimanapun juga, keputusan ini tak dapat diganggu gugat. Sebab, aku telah memikirkan hal ini matang-matang.

Suasana sekolah masih sangat sepi. Pasti saat ini kegiatan belajar mengajar masih berlangsung. Sepertinya aku akan merindukan suasana sekolah ini. Saat aku sedang stres menghadapi pelajaran, saat aku dan ketiga sahabatku bercengkerama di kantin. Seolah, seluruh sudut sekolah memiliki memori tersendiri untukku.

Baru saja kupandangi jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan, papa langsung mengajakku pulang. Aku sendiri kurang paham bagaimana proses untuk keluar dari sekolah, jadi apapun perkataan papa, aku menurut saja.

"Kamu masih yakin mau keluar sekolah? Papa kasih kamu kesempatan lagi buat mikir, mumpung proses kamu keluar sekolah masih belum selesai." Aku pun menunduk kepala dalam. Jujur, sebenarnya ada perasaan tak rela untuk pindah sekolah, tetapi rasanya percuma juga bertahan di sini. Tak ada siapapun yang akan membelaku atau berbuat baik padaku.

Ya, itu adalah karma buruk yang kuterima. Aku sangat tau akan hal itu. Dan itu semua karena kebodohan serta keegoisanku. Benar kata Fernan, alasan di balik eksekusi yang pernah kulakukan dulu itu bukanlah hal yang baik.

Sehingga, dengan tegas aku mengangguk. Aku yakin keputusanku sudah baik meski sempat tergoyahkan saat menginjakkan kaki di sekolah ini tadi.

Jujur, aku tidak rela, tapi aku tak mau terus merasa stres karena perundungan yang kuterima. Hah ... sudahlah. Aku harus menghilangkan rasa tidak rela ini.

Saat akan berjalan ke tempat parkir, tanpa sengaja netraku menangkap dua orang lelaki yang memandangiku.

Fernan dan Dika.

Aku hanya tersenyum tipis sambil berkata dalam hati.

Terima kasih, Fernan, karena selalu menasehatiku untuk tak melakukan hal yang buruk, meski alasanmu menasehatiku bukan murni untuk kebaikanku. Namun, aku tetap berterima kasih.

Selamat tinggal, Fernan. Pernah mencintaimu adalah hal yang menyenangkan sekaligus menyakitkan, tetapi itu bukan salahmu. Ini salahku yang menempatkan perasaan pada hati yang salah.

Selamat tinggal dan terima kasih untuk segalanya.

...

♪ Like an echo in the forest
Seperti gema di hutan

Haruga doraogetji ♫
Harinya akan tiba

♪ Amu ildo eopdan deusi
Seolah tak ada yang terjadi

Yeah, life goes on ♫
Ya, hidup terus berjalan

♪ Like an arrow in the blue sky
Seperti anak panah di langit biru

Tto haru deo naragaji ♫
Kita terbang di lain hari

On my pillow, on my table
Di atas bantal dan mejaku

Yeah, life goes on ♫
Ya, hidup terus berjalan

Like this again
Seperti ini lagi

Life Goes On - BTS

...

~TAMAT~

💭💭💭

Sambil dengerin suara abang Jeykey (baca: suami Alma, valid no debat 😂) dan hyungnya melantunkan Life Goes On, dengan resmi cerita ini tamat di hari ke-163 setelah cerita ini pertama kali publish! Berarti sisa 137 hari yak 😂

Huahhhh akhirnyaa ... novel keduaku sudah tamat. Terharu :")

Gimana, nih, perasaan kalian ketika baca cerita ini? Gimana dengan endingnya? Gimana juga dengan beberapa plot twist yang ada di cerita ini juga? Apakah mudah tertebak atau gimana? Share dong di kolom komen!

Oh, ya. Buat kalian yang suka cerita happy ending, sila baca extra partnya, yaa. Kalau buat yang suka sad end, sampai di sini aja udah cukup.

Makasih banyak buat yang udah ngikutin kisah Felicia Ruth ini. Saranghae all. I purple you 💜💜💜

Nantikan juga series Mystery at School lainnya, ya. Sebenarnya aku udah ada gambaran buat cerita baru, cuma untuk terealisasinya nggak dalam waktu dekat ini.

Jangan lupa follow akun putriaac untuk dapatkan informasi terkait cerita-cerita menarik.

Salam dari Fel, Nando, dan Dika—tokoh yang muncul di epilog ini :)

Fel say goodbye ke SMA D, mungkin ke Nando lebih tepatnya :")

Have a nice day all.

©Surabaya, 10 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top