📍 [7 × 8sin30°] Diskriminasi
❝KETERLALUAN! KENAPA JADI ADA PERBEDAAN STATUS DI SINI?❞
~•••~
Selamat Membaca!!!
💭💭💭
Juli 2018
Hari ini MOS telah usai, dan sekarang aku bisa merasakan jadi anak SMP yang sebenarnya. Sungguh, aku sangat bahagia karena akhirnya tidak memakai seragam merah putih yang sangat cupu. Selain itu, aku bahagia karena bisa masuk SMP Negeri favorit di Surabaya. Yah, walaupun dengan susah payah dan bermodalkan nilai yang sangat pas.
Semua itu terbantu berkat tes TPA. Andai murni menggunakan nilai UN-ku saja, sudah dipastikan bahwa aku akan tertendang. Sebab, yang mendapat nilai UN sepertiku itu sangat banyak. Tentu saja persaingan untuk masuk SMP Negeri sangat ketat, ditambah lagi ini adalah SMP Negeri favorit.
Sebenarnya papaku sempat menyarankan agar aku bersekolah di SMP yang berada di bawah naungan yayasan papa, tapi aku menolaknya. Aku hanya ingin mandiri saja, serta membuktikan kalau aku bisa masuk SMP Negeri. Ya, akhirnya mereka setuju saja.
Awal masa SMP kujalani cukup baik, meski aku belum terlalu akrab dengan teman sekelasku. Bahkan, waktu MOS saja, aku tidak akrab dengan teman gugusku. Namun, aku tak memedulikannya. Untuk apa terlalu sok akrab dengan teman gugus kalau ujung-ujungnya nanti nggak sekelas?
Walaupun, kenyataannya, sebagian besar teman gugusku ini adalah teman sekelasku.
Yeah, sepertinya aku akan mencoba untuk akrab. Akan lebih baik lagi kalau aku mencoba untuk mengobrol dengan teman sebangkuku ini.
“Hai, salam kenal, ya. Namaku Felicia. Namamu Jessica, ya?” Gadis di sampingku ini langsung menoleh saat aku memanggilnya. Tadi, ia terlihat asyik dengan gawainya.
Kupikir dia akan membalas jabatan tanganku, tapi ternyata tidak. Ia justru melengos.
Ada apa, sih? Sombong banget!
Dan aku dapat melihat, dia justru lebih memilih ngobrol dengan teman yang ada di seberangnya. Aku tau, sih, kami sebangku itu karena bukan keinginan kami. Itu gara-gara dia telat datang, terus hanya bangku di sebelahku yang kosong, jadi sepertinya dia terpaksa duduk di sini.
Sial, apa aku benar-benar tidak dianggap sampai tidak ada yang mau duduk atau minimal mengajak kenalan saja denganku?
💭💭💭
Jujur, melihat kertas yang ada di hadapanku ini, rasanya ingin menangis. Nilai 40? Bhaks, bahkan dalam mimpi sekalipun tak pernah terbayang akan mendapatkan hasil seburuk ini. Apalagi di ulangan yang pertama kali kujalani saat SMP!
Kulihat, Jessica mendapatkan nilai sempurna. Tentu saja salah satu rasa manusiawiku mulai muncul. Iri. Tak kusangka, Jessica tiba-tiba melirik kertas yang ada di genggamanku. Langsung saja kusembunyikan kertas tersebut.
“Cih, 40?” Jujur, aku geram dengan gadis ini. Dia cantik, pintar, tapi suka merendahkan orang. Memangnya kenapa, sih? Alhasil, aku berpura-pura tak peduli saja.
“Udah wajah nggak banget, susah akrab sama yang lain, otak kosong pula. Apa coba yang bisa dibanggain?” Rahangku mengeras saat mendengar ucapannya.
Oke, untuk masalah wajah mungkin dia ada benarnya. Eh, tapi maaf aja, nih, ya. Bukan berarti aku terima begitu saja hinaannya.
Terus susah akrab sama yang lain? Hello, sok tau banget, sih, dia. Aku emang keliatan nggak punya teman itu karena aku nggak akrab banget sama temen segugusku sendiri. Ya, mana aku tau kalau kebanyakan teman gugusku ini akan menjadi teman sekelas. Lagipula, waktu itu dia pernah kuajak kenalan aja malah melengos. Salahku di mana?
Otak kosong? Please, itu hinaan yang paling menyakitkan. Kalau otakku kosong, nggak mungkin aku bisa duduk di bangku SMP Negeri yang paling gengsi ini.
Sangat menyebalkan.
💭💭💭
“Hei! Apa-apaan, sih?” Kurang ajar. Lagi enak makan, tiba-tiba aja pundakku terkena tumpahan cairan. Berwarna cokelat pula. Sial.
Namun, bukannya minta maaf, si penumpah minuman berwarna cokelat itu justru cekikikan dengan dua teman di sampingnya.
Sialan. Jessica benar-benar keterlaluan.
“Ups, sorry. Nggak sengaja aku, tuh. Jangan galak-galak, dah.” Aku langsung mengembuskan napas kasar. Nggak bisa dibiarin. Tanpa basa-basi, langsung kutampar pipi gadis itu.
Ia tampak terkejut. Namun, aku tak memedulikannya. Tanpa diduga, tiba-tiba dia mendorongku hingga membuat pinggangku menghantam meja. Benar-benar sial.
“Kamu nggak usah macam-macam, ya, sama aku! Kalau berani kamu laporin, lihat aja. Kamu nggak bakal tenang. Nggak bakal ada yang belain kamu.” Namun, aku tersenyum meremehkan. Biasanya, orang yang mengancam justru yang merasa takut. Tentu saja, dia takut aku mengadukan perbuatannya.
Aku nggak mau diam saja. Perbuatannya ini sudah termasuk bullying. Berkali-kali dia menghina dan menyakiti fisikku. Alhasil, aku melaporkannya pada guru BK.
Namun, apa yang kudapat? Pihak sekolah justru membela Jessica. Alasan yang mereka berikan sangat tidak masuk akal bagiku. Bahkan, mereka justru menyuruhku untuk tidak mencari masalah pada Jessica. Katanya lebih baik berdamai saja dengan gadis itu.
Hei, mana bisa aku berdamai dengan orang yang seenaknya sendiri padaku?
Setelah kutelisik lebih jauh, ternyata orang tua Jessica adalah salah satu penyumbang dana terbesar di sekolah ini. Pantas saja mereka membela Jessica. Apalagi ini sekolah negeri, SPP gratis, tentu pihak sekolah berusaha untuk terus mencari dana tambahan. Sebab, dana dari pemerintah saja masih kurang di mata pihak sekolah. Bahkan, tarikan dana yang mereka lakukan—dan menurutku, tarikan dana itu tidak masuk akal, bahkan bisa disebut juga sebagai pungutan liar—masih saja kurang, seperti tarikan untuk membeli buku tambahan, LKS, event sekolah, kegiatan di luar sekolah, dan lain sebagainya. Lalu, apa gunanya SPP gratis jika siswa-siswinya terus diminta untuk membayar ini dan itu?
Bahkan, untuk remidi mata pelajaran saja ada beberapa guru yang meminta siswa untuk membayar ini dan itu. Apakah wajar? Apa itu tidak sama saja dengan menyogok supaya nilai mata pelajaran jadi lebih baik?
Namun, dari semua yang kukeluhkan tersebut, aku tetap paling geram dengan perlakuan istimewa mereka pada Jessica. Keterlaluan! Kenapa jadi ada perbedaan status di sini?
💭💭💭
As always, jangan lupa vote dan komen, ya, untuk membangun cerita ini.
Jangan lupa follow juga akun putriaac untuk dapatkan informasi update terkait cerita ini dan juga cerita-cerita menarik lainnya.
Have a nice day.
©Surabaya, 6 Februari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top