📍 [30 + 2sin30°] Lara

BELUM USAI RASA BERSALAHKU HILANG, KINI LARA MULAI MENGHAMPIRI.

~••~

Selamat Membaca!!!

💭💭💭

"Aku masih heran, loh, Ndo. Kamu kenapa, sih, diam aja waktu Fel dirundung Alicia kemarin? Ya, aku tau dulu Fel memang pernah merundung Alicia, tapi kalau Alicia membalas perbuatan buruk Fel dengan hal yang buruk juga, itu nggak baik. Apalagi kamu sempat cerita, kan, kalau kamu sendiri yang menemukan Fel nyaris dibunuh Ghina, harusnya kamu punya empati sama dia. Jangan diem aja, kamu harus kasih tau alasannya." Langkahku terhenti saat mendengar seseorang menyebut namaku.

Sebenarnya jam istirahat ini aku ingin menyendiri di taman belakang sekolah. Namun, aku justru melihat dua orang yang tampak berbincang-bincang. Awalnya berusaha untuk tak peduli, tetapi karena salah satu dari mereka menyebut namaku, tentu saja aku diam dan bersembunyi di dekat situ sambil mendengar kelanjutan percakapan mereka.

Rupanya mereka adalah Dika dan Fernan. Dan yang baru saja menyebut namaku tadi sepertinya Dika. Saat ini, posisiku berada di belakang mereka, jadi dua lelaki itu mungkin tak akan menyadari keberadaanku.


"Satu lagi. Kamu kok bisa tau keberadaan Fel dan Ghina waktu itu? Kamu ngikutin mereka?" Pertanyaan yang baru saja terlontar ini sangat menarik. Sebab, pertanyaan Dika mewakili rasa penasaranku beberapa hari ini.

"Oke, aku bakal cerita dari awal. Dengerin baik-baik, karena aku nggak bakal ngulang lagi." Tampak Dika langsung mengangguk-angguk. Aku pun siap pasang telinga.

"Sebenarnya ... aku suka sama Ghina." Sontak aku membelalakkan mata saat mendengar pernyataan Fernan. Dadaku rasanya sesak saat mendengar hal itu.

Memang berharap lebih pada manusia sangat tidak baik. Sejak Fernan menyelamatkanku waktu itu, aku sangat berharap Fernan memiliki secercah perasaan padaku. Sebab, aku mengakui kalau aku memiliki perasaan padanya. Dari dulu sampai saat ini. Namun, semua itu tertutupi karena Fernan yang selalu menjadi musuh besarku dulu.

Akan tetapi, sayangnya, kenyataan berkata lain.

"Dari dulu aku selalu menegur Fel, itu karena aku takut Ghina jadi ikut-ikutan memiliki sikap buruk seperti Fel. Ghina adalah gadis baik, aku tak mau citranya jadi buruk. Saat teman-teman Fel satu persatu mulai meninggal dengan mengenaskan, saat itu pula aku khawatir. Akhirnya, aku selalu mengikuti Ghina. Sepertinya dia nggak menyadari itu. Dari dia berangkat sekolah sampai pulang sekolah. Aku membuntuti dia.

"Sampai akhirnya, pada waktu itu, saat pulang sekolah, mereka mampir ke rumah Fel. Awalnya kukira mereka ingin menaruh tas di rumah Fel atau gimana lalu pergi jalan-jalan, karena aku lihat taksi online yang mereka tumpangi masih berhenti di rumah Fel. Tapi, ternyata mereka masih memanggul tas dan naik taksi online. Akhirnya, aku mengikuti mereka.

"Aku sempat kehilangan jejak mereka waktu itu, tapi untunglah sempat terkejar. Begitu mobil berhenti, aku kaget saat mereka ingin masuk ke sebuah rumah kosong. Demi keamanan Ghina, aku diam-diam mengikuti mereka. Sama sekali nggak kuduga, tiba-tiba Ghina menyekap Fel. Aku bingung saat itu. Akhirnya, aku coba cari tempat sembunyi.

"Kau tau, pikiranku benar-benar buntu. Keadaan Fel sangat genting, tapi yang membuat keadaan Fel berbahaya justru Ghina sendiri. Tentu saja aku bingung apa yang harus kulakukan. Aku sempat melihat Ghina mengunci pintu rumah itu, lalu entahlah dia pergi ke mana. Lumayan lama. Untunglah waktu itu aku sempat mengendap-endap masuk ke rumah itu. Kalau tidak, pasti aku tak akan bisa masuk.

"Sampai akhirnya, aku lihat Ghina mulai masuk ke ruangan tempat Fel disekap. Dengan membawa pisau! Walaupun suasana rumah itu remang-remang, tapi aku bisa melihat jelas pisau mengkilat yang ada di genggamannya. Keadaan Fel benar-benar bahaya waktu itu. Untunglah pikiranku mulai jernih dan langsung menghubungi polisi. Itu pun susah payah dengan berbisik-bisik agar Ghina tak menyadarinya. Setelah menghubungi polisi, aku mencoba untuk menguping pembicaraan mereka berdua. Ternyata alasan Ghina membunuh Nandini dan Fikay adalah karena Alicia sebenarnya adalah adik kandung Ghina. Tentu saja aku kaget.”

“Bentar-bentar. Aku potong bentar. Jadi, kalau Alicia adik Ghina, berarti Ghina sampai tega membunuh sahabatnya sendiri karena nggak suka lihat adiknya dirundung? Benar? Berarti itu juga alasan kenapa Alicia merundung Fel tadi?” sela Dika. Fernan pun mengangguk.

“Tapi, kenapa? Maksudku, Alicia dan Ghina kan adik-kakak, tapi kenapa mereka nggak terlihat akrab? Aku sendiri baru tau mereka adik-kakak. Semua siswa di sini pun juga pasti baru tau tentang hal ini. Memangnya mereka sedang dalam masalah atau pertengkaran apa sampai tidak ada pengakuan salah satu dari mereka kalau mereka itu bersaudara? Kalau dalam masalah, kenapa Ghina justru peduli sekali dengan adiknya?” Fernan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Lama-lama pertanyaanmu jadi bercabang. Sudah, itu masalah nanti. Mau dengar kelanjutannya nggak?” tanya Fernan. Dika akhirnya menurut.

“Untuk permasalahan Ghina dan adiknya itu lumayan panjang. Entahlah, aku lupa-lupa ingat. Cuma, poin pentingnya itu tadi. Ghina nekat melakukan hal itu tadi demi adiknya sendiri.

“Sebenarnya aku mau menghentikan Ghina agar tak membunuh Fel saat itu. Cuma, nggak tau kenapa rasanya susah. Karena, menerima kenyataan bahwa Ghina pembunuh saja rasanya sulit. Kamu paham kan maksudku? Dia adalah orang yang kusuka. Bayangkan jika orang yang kausuka dan kauidamkan ternyata seorang penjahat. Tentu sulit untuk menerima kenyataannya, kan?

“Sampai akhirnya waktu polisi datang, aku langsung membuka pintu rumah itu. Untungnya Ghina menggantungkan kunci di pintu, jadi aku bisa membukanya. Ya, setelahnya kamu bisa kira sendiri. Ghina ditangkap polisi. Dan kau tau, dia langsung memberikanku tatapan penuh benci saat dia diringkus polisi. Aku ... kau tau. Perasaanku benar-benar campur aduk.

“Ditambah lagi saat aku tau alasan mengapa Felicia selama ini melakukan perundungan. Cuma untuk melampiaskan dendamnya sejak SMP! Aku sangat tak habis pikir. Dia sendiri bercerita kalau perundungan yang ia terima saat SMP itu nggak bener, tapi kenapa saat SMA ini dia justru melakukan itu? Tentu aku kesal, coba kalau dia nggak menyimpan dendam yang terlalu dalam, pasti Ghina tak akan melakukan hal sekeji itu.” Lututku mendadak lemas saat itu juga. Tulangku serasa dilolosi satu persatu ketika mendengar ucapan Fernan. Kini, bibirku mulai bergetar. Tak kusangka, Fernan membenciku hanya karena kelakuanku membuat gadis yang ia sukai mendekam di penjara.

“Oh, wow. Bentar, tunggu dulu. Jadi, Felicia dulu ini korban bully waktu SMP? Beneran, aku nggak nyangka.” Setelah itu, aku tak mendengar lagi kelanjutan percakapan mereka, sebab aku langsung melangkah pergi menuju kamar mandi.

Sudah tak tertahankan lagi, aku ingin menangis. Belum usai rasa bersalahku hilang, kini lara mulai menghampiri.

Kehilangan sahabat, lelaki yang kusukai ternyata tak memiliki perasaan padaku, bahkan membenciku.

Apakah semesta sangat bahagia melihat lara yang menghampiriku saat ini?

💭💭💭

Ibarat peribahasa, Fel ini sudah jatuh, tertimpa tangga pula 😢 Bisakah kalian menebak, bagaimana ending cerita ini? Happy or sad? Wkwkwk

As always, jangan lupa vote dan komen, ya, untuk membangun cerita ini.

Jangan lupa follow juga akun putriaac untuk dapatkan informasi update terkait cerita ini dan juga cerita-cerita menarik lainnya.

Have a nice day.

©Surabaya, 9 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top