📍 [11 × log10²] Spekulasi Negatif

spe·ku·la·si /spékulasi/ n pendapat atau dugaan yang tidak berdasarkan kenyataan; tindakan yang bersifat untung-untungan

---

AKU TAU KAMU LAGI TERPURUK, TAPI JANGAN BUAT SPEKULASI NEGATIF KAYAK GITU!

~••~

Selamat Membaca!!!

💭💭💭

Pertama Nandini, lalu Fikay. Setelah itu siapa lagi? Jika seperti ini, lama-lama kami semua akan habis di tangan orang tak punya hati itu. Sebenarnya apa yang dia inginkan? Mengapa orang itu dengan teganya membunuh Nandini dan Fikay?

Pikiranku rasanya semakin kacau. Akhir-akhir ini aku pun mulai merasa emosional. Bagaimana tidak? Serangkaian kejadian yang kualami saat ini nyaris membuatku tak bisa menyangkal, bahwa surat teror dan kematian dua sahabatku ini berkaitan.

Apa karena hal itu, si peneror tega membunuh Nandini dan Fikay? Setega itu? Hanya karena perundungan? Tidak bisa kah dibicarakan baik-baik saja? Haruskah dengan cara seperti ini?

Banyak sekali pertanyaan yang muncul begitu saja. Seolah bertubi-tubi menghantam seluruh pikiranku tanpa henti.

Saat ini, suasana di rumah Fikay yang besar ini, rasanya lengang sekali untukku. Diselimuti atmosfer penuh duka, membuat pikiranku semakin larut akan kesedihan. Aku tak tau bagaimana lagi cara mengungkap perasaanku saat ini. Benar-benar campur aduk dan sulit didefinisikan.

Aku ingin marah, tapi pada siapa? Aku ingin sedih, tapi adakah yang ingin mendengarkan suara kesedihanku ini?

Dapat kulihat, kedua orang tua Fikay menangis dan menyesali kepergian Fikay. Ya, bisa dibilang mereka menyesal karena jarang sekali menyempatkan waktu untuk bersama Fikay. Dan sekarang, mereka benar-benar terlihat terpuruk saat anak semata wayang mereka telah meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

Melihat hal itu, aku merasa bersyukur karena papa dan mama meski terlihat sibuk, mereka masih menyempatkan waktu untuk bersamaku. Melimpahkan seluruh kasih sayang mereka padaku. Walaupun, terkadang aku merasa kesal karena sering diomelin, tapi itu adalah bentuk kasih sayang mereka.

Aku harus merasa bersyukur akan hal itu dengan melihat bagaimana sahabatku merasa kesepian karena kurangnya kasih sayang orangtuanya. Ghina sendiri pun nyaris sama nasibnya seperti Fikay. Mungkin, bisa dibilang lebih parah.

Orang tua Ghina bercerai saat gadis itu masih SD. Dan dia memilih ikut dengan papanya. Ya, Ghina memiliki hak untuk memilih akan ikut tinggal dengan siapa, sebab Ghina bercerita saat itu ia sudah berusia 12 tahun. Aku sendiri tak tau kenapa Ghina lebih memilih papanya, karena gadis itu tak menceritakan hal tersebut. Jadi, aku hanya membiarkan saja, sebab itu privasi Ghina sendiri.

Namun, ternyata papa Ghina memilih untuk menikah lagi. Sebenarnya Ghina tak masalah jika hal itu untuk kebahagiaan papanya sendiri. Akan tetapi, kasih sayang papanya tampaknya mulai berkurang. Itulah yang sering Ghina ceritakan pada aku dan kedua sahabatku. Aku pun tak masalah jika ia curhat pada kami, sebab kami sahabatnya, kan?

"Habis ini kita pulang, ya?" Suara Ghina yang ada di samping kanan langsung membuyarkan lamunanku sejak tadi. Aku pun hanya mengangguk-angguk saja. Kami cukup lama berada di rumah Fikay. Saat ini sekolah diliburkan sementara. Katanya untuk olah TKP pembunuhan Fikay yang ada di gudang belakang. Eum, sebenarnya bukan diliburkan, sih. Lebih tepatnya kami belajar di rumah. Jadi KBM masih berjalan, hanya saja secara online sampai waktu yang ditentukan pihak sekolah.

Memang sulit, tapi bagaimanapun juga aku tetap harus merelakan kepergian sahabatku. Semoga Fikay tenang di sana.

💭💭💭

"Nanti kita ke sana lagi, ya, Al. Performance band Minggu lalu itu keren banget. Yang sempat jadi best perform itu, loh. Suka, deh. Apalagi vocalist-nya itu loh ... namanya Ardit bukan, sih? Duh, susah dijelasin, deh. Sudah ganteng, suaranya buat telinga adem lagi." Aku yang sejak tadi melamun, langsung terhenti saat melihat ada dua orang gadis yang melewati samping kelasku. Aku bisa melihatnya dari jendela terbuka yang berada di samping kanan.

Entahlah, tiba-tiba rasanya aku ingin menghampiri dua gadis itu. Dua gadis yang selalu menjadi incaranku.

"Haha. Iya, iya. Nanti malam kita ke sana. Band GoeSevent itu emang ke—aww ...."

Dapat kulihat, wajah gadis yang kini kudorong dan kutahan pundaknya ke dinding tampak terkejut, terlebih lagi saat dia sadar bahwa aku yang melakukannya.

"A—ada apa, K—Kak?" Belum sempat aku berbicara untuk membalas ucapan Alicia, tiba-tiba pundakku ditahan.

"Fel, kamu mau ngapain?" tanya Ghina dengan cemas. Namun, aku tak memedulikannya. Kemarahanku rasanya telah mencapai ubun-ubun. Entahlah, melihat gadis ini rasanya membuatku terus menerus marah dan selalu memikirkan hal buruk tentangnya.

"Ngaku sekarang juga. Kamu yang bunuh Nandini sama Fikay, kan? NGAKU KAMU!" Alicia langsung membelalakkan matanya saat aku berucap seperti itu. Aku yakin, seyakin-yakinnya kalau Alicia pasti dalang di balik semua ini.

Jika bertanya alasan mengapa aku sangat yakin Alicia pelakunya, karena dia adalah target utama yang selama ini kami eksekusi. Selain itu, setiap kali aku melakukan eksekusi padanya dan biasanya selalu berakhir dilerai oleh Fernando—lelaki itu benar-benar menyebalkan—dia selalu memberikan tatapan yang aneh. Dan tatapan itu mengarah kepada kami, mungkin lebih tepatnya ke arahku. Aku yakin, pasti ia dendam pada kami. Namun, haruskah dengan cara membunuh, huh?

"Ap—apa maksudnya, Kak? Kenapa kakak bilang seperti itu?" tanya Alicia lagi dengan raut yang pias. Aku bisa melihat temannya, Rina, hanya bisa diam saja. Saat mendengar pertanyaannya, aku pun membalasnya dengan tertawa.

"Kenapa? Kamu masih tanya kenapa? NGGAK USAH SOK POLOS, DEH, KAMU!" bentakku padanya. Alicia spontan memejamkan mata saat aku berteriak tadi.

"Kamu keterlaluan banget, hah? Balas dendam dengan cara mem—" Ucapanku terhenti saat seseorang menarik paksa lenganku. Tentu saja aku memberontak. Terlebih lagi saat aku melihat siapa yang melakukannya.

"Lepasin! Kamu itu kenapa ada di mana-mana, sih, pas aku mau eksekusi! Jangan-jangan kamu suka nguntit aku, ya? Hah?!" Lelaki itu hanya menatapku dengan datar.

"Kamu udah gila, ya? Bisa-bisanya nuduh orang lain sembarangan." Mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Fernan itu, sontak membuatku semakin marah.

"Sembarangan katamu? Aku ada alasan yang kuat kenapa nuduh Alicia! Atau jangan-jangan kamu yang melakukannya? Atau kamu bersekongkol dengan Alicia?" Fernan tampak tertegun mendengar pertanyaanku barusan.

"Apa maksudmu, hah, menuduh orang sembarangan kayak gini? Aku tau kamu lagi terpuruk, tapi jangan buat spekulasi negatif kayak gitu! Lagipula polisi juga bakal ngusut kasus dua sahabatmu itu. Jangan asal nuduh kalau nggak ada bukti yang kuat!"

Selepas itu, dia menghempaskan lenganku dengan kasar dan pergi begitu saja. Alicia dan temannya itu pun tak tampak batang hidungnya. Yang bisa kulakukan saat ini adalah menyenderkan punggung pada dinding dan mendudukkan diri di atas lantai dingin ini. Wajahku terbenam di antara lipatan kedua lengan. Tak lama, pipiku mulai basah.

Ya, aku menangis! Menangis serta meratapi kepergian kedua sahabatku. Benar kata Fernan, aku benar-benar terpuruk dan selalu membuat spekulasi negatif. Akan tetapi, aku sangat yakin pasti pelaku pembunuhan Fikay dan Nandini adalah orang yang membenci kami.

"Fel, sudah. Jangan begini terus. Jangan lampiasin kesedihanmu dengan menuduh orang lain. Apa kamu lupa, kalau kedua sahabat kita meninggal karena dendam seseorang pada kita?" Aku mengangkat kepala dan menoleh saat mendengar ucapan Ghina yang lembut kepadaku.

Lalu, aku melihat ke arah depan. Aku tak peduli. Benar-benar tak peduli apa yang akan dilakukan oleh pembunuh Nandini dan Fikay nantinya saat aku dengan nekat mengulangi perbuatanku.

Karena aku ingin bertemu dengan orang itu dan membuat perhitungan dengannya.

💭💭💭

Wawww nama Ardit dan bandnya—GoeSevent—dibawa-bawa, dong, di sini. Buat yang penasaran siapa Ardit itu dan kisah lengkap tentang si vokalis ganteng satu ini, kuy baca work terbaruku, Fixation!

Cerita ini terinspirasi dari Sasaeng fan yang ganas banget sama idol :')

Update setiap Senin dan Jumat. Ini project, Gaes. Jadi aku bakal usahain terus rajin update.

As always, jangan lupa vote dan komen, ya, untuk membangun cerita ini.

Jangan lupa follow juga akun putriaac untuk dapatkan informasi update terkait cerita ini dan juga cerita-cerita menarik lainnya.

Have a nice day.

©Surabaya, 28 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top