dua

Nauta melepas handuknya, menjatuhkan ke lantai lalu naik ke atas kasur, merangkak mengurung perempuan asing ini dengan kedua lengan dan pahanya.
Tapak tangan Nauta menekan kedua payudara wanita yang kini sudah dipastikan akan dimangsa olehnya malam ini.

Darah Nauta berdesir saat perempuan tersebut menggerakan badannya, bereaksi atas sentuhannya.
Dia lebih menyukai sebuah respon, kalau tidak dia merasa sedang bersetubuh dengan boneka atau mayat.

Gyuzu merasa ada beban berat didadanya yang membuatnya merasa kepanasan dan sulit bernapas.
Dia mencoba menyingkirkan bongkahan batu tersebut tapi tangannya tidak menemukan apapun, dia hanya bisa mengibas tak jelas.
Sesekali dia merasa menyentuh sesuatu tapi otaknya yang tumpul tidak bisa menyimpulkan apa yang dia sentuh.
Tubuhnya dibolak-balik, lengannya dianggkat dan saat itu Gyuzu pikir Erta kembali dan membantunya untuk menanggalkan seragam mereka.

"Terimakasih! " gumam Gyuzu tidak jelas, berusaha membuka matanya tapi gagal.

Darah Nauta seperti dialiri petir, panas membakar hingga ke otaknya.
Suara perempuan ini terlalu kekanak-kanakan.
Tadi saat terjadi insiden di club dia tidak bersuara, hanya gemetar ketakutan hingga Nauta jadi kesal dan menyuruhnya pergi.
Sekarang Nauta jadi berpikir apakah dia sedang memangsa gadis dibawah umur meski tubuh telanjang perempuan ini terlihat bukan milik abege, terutama bagian diantara segitiganya.
Nauta menyusuri daerah tersebut dengan ujung jarinya, merasakan sapuan rambut halus yang membuat sekujur tubuhnya bergetar.

Sialan! Dia tak sanggup berpikir lagi.
Sebenarnya kalau mau jujur tadi saat di club dia sempat kecewa saat perempuan ini langsung lari dan menghilang saat dibentak dan diusir.
Sekarang entah apa dan bagaimana dia bisa ada disini tidak repot Nauta pikirkan.
Dia akan menikmati apa yang ada didepan matanya sampai dia lelah dan bosan, setelah itu barulah dia berpikir.

"Siapa.. ?" suara perempuan tersebut membuat jantung Nauta seperti mau meledak.
NAUTa langsung mengangkat kepalanya dan bertemu pandang dengan mata sayu nan memabukkan tersebut.

Perempuan tersebut tersenyum.
"Gazi... !?" katanya gembira meski masih terdengar berat.
Balas memeluk dan mengecup lengan Nauta.

Nauta benci jika dia dikira orang lain oleh seorang wanita apalagi jika sedang diatas tempat tidur.
"Bukan, aku bukan Gazi.
Aku Nauta! " katanya kesal meski bertanya-tanya permainan apa yang sedang dilakukan wanita bodoh ini.

Gyuzu mencoba duduk tapi kembali terbanting, kamar ini gelap dan penglihatannya benar-benar buram.
Siapa Nauta, dia tidak kenal.
Gazi pasti sedang bergurau, itu kan hobinya.

Gyuzu tertawa bodoh sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Gazi.
"Aku rindu padamu" katanya berbisik.

"Senang mendengarnya" jawab Nauta sinis, sebab dia tahu pasti kalau kata-kata itu bukan untuknya.
"Kalau begitu aku bisa menyentuhmu sepuasnya malam ini"

"Tentu saja. Aku adalah. Gyuzumu bukan?!" jawab Gyuzu tertawa, menyentuh rahang Gazi dengan ujung jarinya yang lemah.

Gyuzu.. Jadi namanya Gyuzu, batin Nauta.
"Bukan. Kau bukan Gyuzuku. Aku tidak mengenalmu"
Jawab Nauta sesuka hatinya dengan jemari meremas dada Wanita tersebut yang mengerang lirih, membuat Nauta panas.

Kening Gyuzu berkerut, bingung kenapa payudaranya di remas oleh Gazi.
"Kenapa?" bisiknya mengantuk.

"Karena aku suka" jawaban Gazi makin membuat Gyuzu bingung.
Gazi tidak akan memperlakukannya seperti ini.

"Siapa kau?" tanyanya mencoba fokus dan mengumpulkan tenganya.
Gyuzu bisa duduk tapi dia langsung kembali rebah. Dia kembali berdiri kali ini dia menjadikan bahu orang ini sebagai pegagang.
samar-samar dia bisa melihat kalau orang ini memang bukan Gazi.
"Kau bukan Gazi?!" katanya lemah masih tetap menysuri jemarinya ke rahang pria itu.

"Akhirnya misteri terpecahkan" jawab pria tersebut santai.
Melingkar lengannya ke punggung Gyuzu, menariknya hingga tubuh mereka menempel.
Saat itu Gyuzu sadar kalau dia dan pria ini sama-sama tidak berpakaian, aliah telanjang.

"Siapa kau, apa yang kau lakukan?" gumamnya menekan telunjuknya ke dada pria asing yang wajahnya belum bisa dilihat jelas oleh GYUZU.
LETIH, Gyuzu menekan keningnya ke bahu pria tersebut.

"Namaku Nauta" beritahu Nauta dengan datar, menyingkirkan rambut Gyuzu agar dia bisa melihat punggung Gyuzu yang mulus.
Nauta membentangkan jemarinya ke punggung Gyuzu.
"Aku ingin kita berhubungan seks! " tambahnya menyapukan bibir ke pundak Gyuzu.

Gyuzu mendorong mundur kepalanya, mengadah melihat Nauta.
"Kenapa?" tanyanya serius.

Nauta mengangkat bahu.
"Karena aku menginginkannya" jawabnya apa adanya.

Gyuzu mendengar jawaban pria itu. Harusnya dia pergi dan lari tapi alkohol membuatnya jadi bodoh dan lemah.
"Tapi aku sudah lama tidak melakukannya." jawab Gyuzu yang lidahnya dibuat sangat lentur oleh alkohol.

Nauta lega luar biasa saat mendengar apa yang Gyuzu katakan.
Itu artinya Gyuzu bukan gadis dibawah umur.
"Berapa umurmu?" tanya Nauta menyelipkan telapak tangannya diantara tubuh mereka, merayap ke bawah menyentuh kewanitaan Gyuzu.
Gyuzu mengerang, menggeliat, nyaris lepas dari pelukannya jemari Nauta menyelinap masuk, membelai pusat gairah perempuan yang sedang mabuk berat tersebut.

"Hentikan! " bisik Gyuzu tanpa melakukan usaha apapun untuk menolak sentuhan Nauta, dia justru terlihat pasrah dengan menekan keningnya ke dada pria tersebut.
"Aku tidak bilang aku mau. Aku tidak mau melakukan seks dengan siapapun lagi meski umurku sudah dua puluh dua" tambahnya supaya lebih meyakinkan tapi karena mabuk lidahnya berat dan kata-kata nya justru terdengar menggemaskan.

"Kau harus mencoba nya denganku. Kau akan memyukainya.
Lagipula, kalau tidak mau kenapa kau ada di kamarku" desis Nauta saat jarinya mulai masuk ke dalam diri Gyuzu yang tersentak, terengah dan memejamkan matanya menikmati apa yang Nauta lakukan.

Darah Gyuzu mengalir cepat, jantungnya pemompa. Tubuhnya panas dingin dan meremang.
Perutnya ngilu dan kewanitaan berdenyut. Gyuzu terangsang hebat bukan karena dia murahan tapi karena seluruh nalar dan pikirannya dikendalikan oleh alkohol terkutuk.
"Aku tidak mau. Aku tidak mengenalmu" sanggahnya kekanak-kanakan setengah merengek karena tubuhnya menginginkan lebih dari sekedar dua jari yang Nauta gunakan.
"Dan kau, berapa umurmu Nauta?"

Nauta tertawa.
"Kau mau. Kau sudah basah kuyup dibawah sana. Kau sudah terangsang hebat dan sebentar lagi mencapai puncak" katanya mencengkram batang leher Gyuzu.
"Umurku tiga puluh dua, sangat mapan dan punya banyak pengalaman yang pasti akan membuatmu menikmati malam ini" goda Nauta yang bingung sendiri kenapa dia melayani gadis bodoh yang tengah mabuk ini.
Seharusnya dia langsung saja menyetubuhinya lalu setelah merasa cukup, dia bisa melempar si bodoh ini keluar lalu membereskan semua masalah yang mungkin akan timbul setelah itu!

"Aku mau pergi! " gumam Gyuzu saat kepalanya memgadah dengan mata terpejam menyerap kenikmatan yang Nauta berikan.

Nauta mendengus.
"Maksudmu kau mau lebih bukan! " sinisnya penuh hasrat.
"Aku akan memberikan apa yang kau minta"

"Bukan.. " apapun yang ingin Gyuzu katakan teredam oleh ciuman dalam yang Nauta mulai.
Bibir Nauta melumap dan mengisap bibir Gyuzu yang tercenung, yang tak sedetikpun berpikir untuk mendorong Nauta menjauhinya.
Gyuzu justru mengerang dan membuka mulutnya saat Nauta mencium makin dalam.
Lidah Nauta masuk, menjelajah dengan cabul dan kasar dan Gyuzu dengan lemah menyodorkan lidahnya untuk Nauta hisap, tusuk, dorong dan belit berulang kali.
Nauta juga menelan pekik yang Gyuzu keluarkan saat jari Nauta dibawah sana memberinya Orgasme.

Syukurlah sebelum semuanya menjadi gelap akibat kehabisan udara, Nauta melepas tautan bibir mereka.
Wajah pria tersebut merah padam, tegang dan berkilat.
Napasnya berat dan dadanya bergemuruh.
Dia seperti remaja yang baru pertama kali melakukan ciuman dengan seorang gadis, dia lepas kendali.

Nauta menarik keluar jarinya dari dalam kewanitaan Gyuzu, disapukan jarinya yang basah dan berkilat tersebut ke dada Gyuzu sebelum dia mulai menekan punggung Gyuzu agar terangkat dan bibirnya bisa bermain disana, menikamati kemanisan yang Gyuzu berikan.

Gyuzu sendiri yang sudah bisa mengatur napasnya meremas lengan Nauta.
"Bukan aku yang masuk kesini tapi Erta dan temannya yang membawaku ke sini. Aku terlalu mabuk untuk bisa lanjut bekerja.
Jadi mereka menyuruhku istirahat di sini"

Nauta memasang telinganya, mendengarkan dengan baik apa yang Gyuzu katakan.
Alasan yang Terdengar dibuat-buat tapi untuk saat ini Nauta tidak peduli, baginya yang terpenting saat ini adalah menyetubuhi Gyuzu sampai dia merasa puas.

Dengan kasar Nauta menarik rambut Gyuzu ke bawah agar leher yang tadi menggodanya pertama kali bisa dinikmati.
Dengan cepat Nauta meninggalkan jejaknya disana.
Rintihan, isakan perih Gyuzu membuat Nauta nyaris klimaks.

Dengan kasar Nauta mendorong Gyuzu telentang ke kasur, mengambil posisi diantara paha Gyuzu yang dibuka olehnya.
Perempuan itu sendiri terlihat sudah begitu siap, tahu apa yang ingin Nauta lakukan.

Nauta menggantung kedua betis Gyuzu di lengannya, agar dia bisa memasuki Gyuzu lebih leluasa.
Nauta membimbing penisnya menemukan pintu masuk, lalu menghentak kuat hingga penisnya meluncur masuk sampai batasnya dalam sekali jalan.

Gyuzu melengkung bokongnya terangkat dari kasur saat dia terpekik, tanganya mencengkram sprei kuat.
Dadanya naik turun dengan cepat, mengoda Nauta untuk bergerak, memberi mereka berdua klimaks.

Nauta bergerak dengan cepat, kuat dan dalam.
Napasnya dan Gyuzu saling mengisi kesunyian, dikala yang terdengar hanya suara daging yang beradu seperti suara tepukan.
Gyuzu lebih dulu menjerit mendapatkan klimaksnya, setelahnya baru Nauta menyusul dengan lenguhan keras seperti suara sapi disembelih, menembakkan spermanya hingga tuntas di dalam milik Gyuzu yang langsung jatuh tak sadarkan diri setelah itu.

Gyuzu boleh saja tidak sadar atau bereaksi ala kadarnya saja tapi Nauta sadar sepenuhnya.
Dia kuat dan sehat jadi satu ronde takkan cukup baginya yang sudah lama tidak mendapatkan seks senikmat ini.
Dengan egois pria tersebut berulang kali menyetubuhi Gyuzu yang sesekali terbangun untuk dibuat tumbang oleh Nauta yang jatuh tertidur lewat dinihari setelah sprei dan tubuh Gyuzu belepotan oleh cairan yang dihasilkan oleh penyatuan alat reproduksi mereka.

*******************************
(03112020) PYK.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top