3. Rasa Untuk Alleta

"Iya, gue suka sama tuh cewek. Karena, cuma dia yang bikin gue nyaman."

-Delion Arguby Abimana-

💕💕💕💕

"Guby!!! Gue nggak suka, kalo lo kayak gini!!" ujar Alleta kesal.

Cowok itu hanya menghela napas lirih. Ia menunduk, seperti menyesali perbuatannya.

"Gue cuma ...."

"Apapun alasan lo, nggak gue terima. Apa hidup lo lebih baik? Kalo lo ngerokok!" omel Alleta. "Ada gue, seberat apa pun masalah lo, lo bisa hubungi gue!"

"Oke, oke. Gue minta maaf," ujar Arguby mengalah.

[[]]

Sekolah siang itu cukup ramai. Pasalnya, kandidat pemilihan ketua OSIS sudah dipajang di mading sekolah. Alleta melotot ketika matanya mendapati poto dirinya sebagai kandidat nomer dua.

"Siapa yang ngajuin gue?" Alleta bingung.

Belum mendapat jawaban atas pertanyaannya, seseorang memanggil namanya dengan kencang.

"Alleta!" seru orang itu. Tanpa perintah Alleta menoleh dan mengerutkan keningnya.

"Ghani," ujarnya lirih.

Cowok bernama lengakap Ghani Alviandra melambaikan tangan sembari menebar senyuman.

"Kenapa tuh cowok tiba-tiba manggil gue?" Lagi-lagi Alleta bingung. Tentu saja, siswa di sekitarnya langsung berkasak-kusuk membicarakannya.

Tepat, Ghani adalah ketua OSIS yang super super kece abis. Dia bisa jadi cowok paling sempurna diantara siswa lain. Walaupun dia bukan anak basket, tapi kemasyhurannya terbilang cukup manejadi rank kedua setelah kapten basket yang sedingin salju Antartika.

Alleta mendekat dengan langkah penuh keraguan. Otaknya masih berputar cepat untuk mendapat jawaban atas foto dirinya yang terpajang sebagai kandidat ketua OSIS.

"Bisa bicara sebentar?" tanya Ghani lalu tersenyum.

"Bisa," jawab Alleta.

"Gue tunggu di ruang fotografi," ujar Ghani menginterupsi.

"Iya." Alleta masih dalam kebingungan. Ia melihat Ghani sudah berbalik arah, semakin menjauh darinya. Belum sempat Alleta melangkah, seseorang telah menarik lengannya.

"Apa-apaan? Gimana bisa lo jadi kandidat ketua OSIS?" protes Arguby menatap Alleta bingung. "Lo mencalonkan diri? Gila aja," lanjutnya masih tak mengerti.

"Bukan gue, tapi Ghani," jawab Alleta.

"Ghani? Si ketua OSIS itu? Kenapa? Kalian dekat? Sampai dia rekomendasiin lo buat jadi ketua OSIS? Dan lo mau?"

"Nanyanya satu-satu, gue bingung jawabnya." Alleta menatap Arguby kesal. "Gue mau nemuin Ghani dulu, dia nunggu gue sekarang." Alleta ngeloyor pergi.

"Alleta!!" Seakan masih tak terima dengan jawaban Alleta, Arguby berteriak.

"Bentar," jawab Alleta tanpa menoleh. Cowok itu hanya menghela napas kasar.

[[]]

Alleta mendapati Ghani tengah membaca sebuah lembaran-lembaran kertas, yang akhirnya ia tinggalkan di meja setelah Alleta masuk.

"Kakak, mau ngomong apa?" tanya Alleta tanpa basa-basi.

"Duduk," perintah Ghani sembari menebar senyum.

Alleta duduk, dan Ghani duduk di depannya.

"Pasti kaget ya, tiba-tiba nama lo ada di mading, dan gue manggil lo ke sini?"

"Cukup kaget," jawab Alleta ragu. "Kakak, yang rekomenin gue buat jadi ketua OSIS?"

Ghani mengangguk pasti.

"Kenapa?" tanya Alleta bingung.

"Gue udah lama, tahu tentang lo, gue tau lo pasti bisa. Lo pinter, lo berani dan gue suka."

"Heh!" Alleta kaget.

Ghani tersenyum. "Lo beda dari cewek kebanyakan. Bahkan lo setia banget sama sahabat lo, Arguby."

Alleta tersenyum tipis. "Itu nggak ada hubungannya, sama pencalonan ketua OSIS ini," jawab Alleta.

"Benar, tapi nggak tau kenapa, gue pengen lo yang jadi ketua OSIS tahun ini."

"Apa masih bisa mengundurkan diri? Ini nggak adil, gue kan nggak setuju."

Ghani menggelengkan kepala. "Udah fix, udah di sepakatin juga sama Kepsek," jawab Ghani.

Alleta terlihat kecewa. Ia masih menerka apa tujuan Ghani memilih dirinya. Selama ini ia tak dekat bahkan jarang sekali bertegur sapa dengan Ghani.

___

Seolah belum mendapat jawaban yang pasti dari Ghani, Alleta terlihat murung, Arguby yang melihatnya kesal.

"Kalo lo nggak mau, mundur!"

"Nggak bisa, sama aja mempermalukan diri gue sendiri."

"Aish," gerutu Arguby kesal.

Dunia Alleta berubah. Ia hanya tau tentang satu sahabatnya Arguby. Tetapi, kini ia sudah dikenal dari kelas satu hingga kelas tiga. Dalam satu hari, semuanya membuat Alleta pusing tujuh keliling.

Pemilihan ketua OSIS hanya menghitung menit lagi. Semua sudah dipersiapkan di lapangan, mulai dari panitia yang sudah berjaga di tempatnya masing-masing, dan antusiasnya peserta yang akan memilih.

Arguby menyilangkan tangannya di depan dada. Melihat lapangan dari lantai dua. Matanya terus menatap Alleta yang sudah duduk di tempatnya sejajar dengan kandidat yang lain.

"Bodoh," ujar Arguby lalu tersenyum.

Pemilihan berlangsung dengan tertib, semua siswa sudah menggunakan hak pilihnya untuk memilih ketua OSIS yang akan memajukan sekolah. Giliran Arguby yang kini memasuki area pemilihan. Alleta menatapnya, tetapi cowok itu sama sekali tak melihat ke arahnya.

Tepat pukul 11.45 WIB. Voting berhasil di kumpulkan. Dan sudah ditentukan penghitungan suara pada pukul 14.00 WIB.

Alleta menghela napas, ketika dirinya sampai di taman belakang. Arguby tersenyum, menempelkan minuman kaleng yang masih dingin di kening Alleta.

"Ini buat ketua OSIS baru kita," ujar Arguby meledek.

"Sialan lo." Alleta meraih minuman itu.

Arguby tersenyum. Ia menatap Alleta tak percaya.

"Lo yakin? Bakal mimpin sekolah ini?"

Alleta menatap tajam Arguby. "Belum juga kepilih, ngapa lo nanya gitu? Lagi pula gue nggak berharap," jawabnya ketus.

"Gue juga mau ikut tim basket." Pernyataan Arguby membuat Alleta sempurna membulatkan matanya.

"Sejak kapan, lo berminat gabung sama basket?"

"Sejak hari ini," jawab Arguby tanpa memandang Alleta.

Alleta tertawa. "Gue nggak percaya, nggak mungkin lo mau ikutan."

"Gue cuma punya satu tujuan," ujar Arguby.

"Apa?" Kepo Alleta menggebu-gebu.

Arguby hanya mengangkat bahu.

____

Hari paling menegangkan untuk Alleta, dia cuma bisa memainkan jemarinya ketika panitia pemilihan ketua OSIS tengah membacakan hasil voting di lapangan.

Sudah enam puluh persen, dan nama Alleta unggul. Bagaimana bisa ia unggul dalam pemilihan, sedangkan dia bukanlah orang yang terkenal di sekolah. Apa yang membuat mereka memilihnya? Itu semua pertanyaan Alleta dalam hati.

Tepat pukul 15.20 WIB, panitia membacakan hasil voting dan Alleta memenangkannya. Terkejut, dengan membuka matanya lebar-lebar Alleta melihat hasil itu.

"Selamat." Semua orang mengucapakan selamat atas terpilihnya dia sebagai ketua OSIS. Alleta nampak ragu membalas ucapan dari mereka, namun ia berusaha tersenyum.

Alleta meninggalkan lapangan, setelah lapangan sepi oleh siswa-siswa yang sudah kembali ke rumah masing-masing. Alleta mencari sosok Arguby. Namun, tak menemukannya. Ia menelusuri koridor yang sudah tampak sepi.

Kupingnya mendengar samar-samar suara beberapa anak laki-laki tengah berbincang, sesekali tawa menengahi pembicaraan itu. Alleta penasaran, semoga dengan ia mendekat, Arguby berada di sana.

Alleta mendengar suara Arguby yang kini sedang berbicara. Membuat hati Alleta lega, setidaknya dia tidak ditinggal oleh orang paling menyebalkan di hidupnya.

Tinggal beberapa langkah lagi, Alleta malah menghentikan langkahnya.

"Benar, gue suka sama Alleta," ujar Arguby tegas. Membuat Alleta terkejut dan menatap tajam Arguby.

"Nggak ada yang namanya sahabat antara cewek dan cowok, karena itu yang gue alami. Gue suka sama dia," ujarnya lagi.

Alleta benar-benar terkejut.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top