2. Rasa yang Beda

"Di dalam hubungan persahabatan nggak ada kata cemburu, dia hanya takut sahabatnya diambil orang lain dan itu ilmu pasti."

- Alleta Mikaela Tsano -

"Nyatanya, lo cemburu saat gue dekat dengan yang lain."

- Delion Arguby Abimana -

💕💕💕

Sudah empat kali Arguby mengganti lagu di dalam mobilnya. Membuat Alleta lagi-lagi memandangnya aneh.

"Kenapa sih? biasanya suka banget lagu ini?" tanya Alleta ketika Arguby mengganti lagu milik Shawn Mendes berjudul imagination.

"Bosen," jawabnya singkat.

Alleta menggelengkan kepalanya tak mengerti. Membiarkan sahabat satu-satunya mengganti lagu lain.

"Ke taman dulu, yuk!" ajak Alleta.

"Ngapain?"

"Ngapain kek, beli eskrim, kue, batagor ..." Alleta menghitung makanan yang disebutkannya dengan jari-jari kecil miliknya.

"Makanan mulu otak lo," sela Arguby lalu tersenyum tipis.

"Ish," gerutu Alleta kesal.

Arguby mengangguk, membuat rasa kesal Alleta berkurang. Tepat, di depan sebuah toserba cowok itu memarkirkan mobilnya. Toserba yang letaknya berada tepat di seberang taman kota. Setelah keluar dari mobil, Arguby langsung masuk ke dalam toko entah untuk apa yang akan dibelinya. Alleta menunggunya di depan, memainkan gawai yang selalu Ia periksa setiap lima menit sekali.

Arguby kembali dengan membawa satu kantong plastik berisi minuman, dan makanan ringan. Alleta terlihat tersenyum senang melihat cowok yang baru saja keluar dari pintu toserba membawa kantong yang sudah dibelinya di dalam.

"Buruan!" Alleta tak sabar.

Cewek itu langsung mengalungkan lengannya di lengan Arguby, berjalan bersama Arguby.

"Mau apa lagi?" tanya Arguby, matanya menatap gadis yang kini tengah senyum sumringah mencari tahu isi dari kantong yang dibawa laki-laki itu melalui sisi kantong yang terbuka.

"Kita cari tempat aja dulu, nanti kalo ada tukang makanan lewat baru beli." Alleta berpendapat.

Arguby hanya menggelengkan kepala. Keduanya berjalan memasuki area taman. Banyak orang berlalu lalang, hanya untuk sekedar lewat dan ada juga yang memang sengaja bersantai di sore hari menikmati jajanan yang sudah mangkal di sana.

"Tempat biasa aja," ucap Arguby terus melangkah.

Tempat biasa yang dimaksud adalah duduk di tepi danau kecil yang berada di ujung taman. Mereka harus berjalan lumayan jauh agar sampai di sana. Tetapi memang di sana tempat paling indah dan terbilang sepi dari semua tempat yang ada di taman.
Alleta mengangguk cepat.

_

__

Alleta tampak menikmati eskrim yang dibeli Arguby, berkali-kali menjilat ujung eskrim yang hampir meleleh.

"Lo tau Cantika, kan?" tanya Alleta tiba-tiba. Arguby yang sedang sibuk makan cemilan langsung menoleh ke arah Alleta.

"Cantika? kenapa tiba-tiba tanya itu?"

"Gue risih aja, dia selalu ngomongin lo ke cewek se-gengnya."

Arguby tersenyum. "Lo cemburu?"

"Heh." Alleta tampak kaget, lalu berkata, "Di dalam hubungan persahabatan itu nggak ada kata cemburu, dia hanya takut sahabatnya diambil orang lain dan itu ilmu pasti," jawab Alleta tegas.

Lagi-lagi Arguby tersenyum, sangat terlihat jelas bahwa kini cewek di sampingnya menahan kesal.

"Nyatanya lo cemburu, saat gue deket dengan yang lain."

"Kapan?" sergah Alleta.

Arguby mengangkat bahu sebagai jawaban.

"Gue nggak pernah cemburu!" Alleta tak mau kalah, "Ah, sama Risa?" Alleta tersenyum sinis, "Itu emang dasarnya gue nggak suka sama dia," ujarnya tegas.

Arguby mengangguk, mengacak rambut Alleta dan membuatnya berantakan.

"Nggak suka sama dia? atau emang nggak suka gue deket sama dia?" ledeknya, membuat gadis cantik itu mengerucutkan bibirnya.

Tiba-tiba saja hujan turun, dengan cepat Arguby menarik lengan Alleta mencari tempat berteduh. Mereka berteduh di bawah pos kecil yang letaknya sekitar seratus meter dari posisi keduanya. Posisi Alleta dan Arguby sangat dekat. Bahkan ketika cowok berbadan tinggi itu menunduk tepat di atas kepala Alleta.

Ada rasa aneh dari dalam diri Arguby, Ia gugup. Alleta mendongak dan mendapati Arguby tengah melihat ke arahnya. Mata keduanya bertemu. Entah sadar atau tidak, tangan Arguby masih memegang lengan Alleta.

"Apa?" tanya Alleta gugup.

"Heh." Arguby tersadar. Melepaskan tangan Alleta.

💦💦💦💦

Sudah hampir semua stasiun televisi diganti oleh Arguby, lagi dan lagi Ia kembali menggantinya, entah itu karena bukan acara favorit atau karena memang dia tengah malas untuk menontonnya. Saat sebuah suara pecahan kaca masuk ke telinganya, cowok itu hanya menutup mata, kedua tangannya mengepal sangat kuat.

Benar, orang tuanya tengah bertengkar di lantai satu. Arguby keluar dari kamarnya dengan gusar. Kesal karena Ia setiap hari menyaksikan pertengkaran orang tuanya. Menuruni anak tangga yang entah berapa jumlahnya. Cowok itu melihat ibunya sedang menangis di sofa panjang yang letaknya depan televisi, sedangkan ayahnya terlihat sedang menahan sisa-sisa emosi dengan berpegang pada lemari besar di ruang keluarga.

"Selalu seperti ini!" protes Arguby kesal. Ayahnya terlihat menutup mata kecewa, mendengar protes dari anak laki-lakinya.

Arguby keluar dari rumah, duduk di halaman samping. Tangannya merogoh saku celananya. Berhasil mengambil sekotak rokok dan sebuah korek gas. Ia mengambil satu batang rokok yang hanya tinggal beberapa batang lagi. Mengapit rokok itu diantara jari telunjuk dan jari tengah. Setelah ujung rokok itu terbakar, Ia mulai menghisapnya. Membuang asap dari mulut dan hidungnya. Seakan mengurangi stress yang ada di pikirannya.

"Arguby?" Suara Alleta membuat cowok itu terperanjat.

"Heh." Arguby kaget dengan apa yang dilihatnya.

Alleta berdiri tepat di samping kanannya.

"Ngapain lo di sini?" Arguby gugup.

"Sejak kapan lo ngerokok?" Pertanyaan Alleta berhasil membuat Arguby gelagapan.

"Heh."

💞💞💞💞

Bersambung ...

Di 835 kata

Salam Author kece,

Azizah Bee

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top