1. Aku di Sampingmu

"Gue mau maju satu langkah, supaya bisa lebih dekat sama lo."

- Delion Arguby Abimana -

💕💕💕

Dering telepon genggam berwarna hitam terus saja berbunyi. Si empunya masih sibuk dengan remot TV di tangannya. Sekejap bunyi ponselnya berhenti, tapi tak lama kembali berbunyi.

"Aishh," gerutunya kesal.

Nama Virus muncul di layar ponsel miliknya. Menyeret tombol hijau untuk menjawab panggilan itu.

"Kenapa?" tanya cowok berdagu tirus dan bermata coklat itu dengan sedikit kesal.

"Lama banget!" Suara kencang si penelepon berhasil membuat cowok bernama lengkap Delion Arguby Abimana menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Nggak denger!" gumamnya.

"Nggak denger gimana? Orang bunyi gawai lo aja kayak toa mesjid!!"

"Kenapa?"

"Kok kenapa? Gue udah di depan rumah lo."

Guby melihat jendela kamarnya. Cowok itu segera menuju balkon kamar yang memang berada di lantai dua. Keluar melalui pintu yang dibiarkannya sedikit terbuka. Benar, ada seorang cewek yang tengah berdiri dibalik gerbang rumah besarnya. Guby menghela napas berat. Dia adalah Alleta sahabat satu-satunya dari kecil yang selalu mengganggu hari tenangnya pada saat libur sekolah.

"Buruan!" Suara Alleta sedikit berteriak. Guby dengan jelas mendengarnya.

Bagaimana bisa lupa, kalau hari ini dia mempunyai janji dengan gadis berambut panjang itu.

"Tunggu!" perintah Guby dengan hanya menggerakkan mulut dan tangannya.

Tak sampai lima menit, Arguby membuka gerbang bercat hitam itu.

"Ih," gerutu Alleta kesal.

"Ayo!" Guby lebih dulu berjalan. Tak peduli dengan sikap kesal Alleta.

Alleta meminta Arguby untuk menemaninya ke supermarket yang letaknya di depan komplek perumahan mereka. Alleta juga ingin makan di restoran siap saji dengan ditemani Arguby.

"Ngapain sih, gue telponin juga." Lagi-lagi Alleta menggerutu.

"Lupa!" jawab Arguby singkat.

Dua remaja ini memang sering menghabiskan waktu bersama di hari liburnya. Terkadang Arguby menghuni kamar Alleta dari pagi sampai siang. Terkadang juga Alleta yang mengacak-acak barang milik Arguby yang berjajar rapi di kamarnya.

Arguby mempercepat langkahnya, membuat Alleta mengejarnya dengan sedikit berlari. Sore itu awan berwarna jingga sangat indah, angin yang tak terlalu berasa membuat keduanya bebas bergerak tanpa takut rasa dingin. Sesampainya di sebuah swalayan, Alleta membeli semua barang yang dia butuhkan. Guby dengan sabarnya membawa keranjang di tangan.

"Habis ini traktir gue makan," ujar Arguby sedikit kesal.

"Iya jelek, bawel," jawab Alleta lalu tersenyum.

"Dasar virus." Arguby membalasnya.

Setelah menghabiskan waktu berbelanja dan makan di restoran siap saji. Keduanya pun pulang melewati jalanan yang sama. Guby membawa dua buah kantong plastik berisikan barang belanjaan Alleta. Satu tangannya masih sibuk dengan eskrim stik yang sudah hampir habis.

Langit sudah berganti menjadi gelap. Jalanan perumahan juga sangat sepi di malam hari. Tetapi lampu-lampu jalanan yang berwarna-warni membuatnya begitu indah.

"Oh ya, gue mau pinjem semua komik series yang kemarin," ucap Alleta lalu menjilat eskrim berwarna coklat di tangannya.

"Ambil aja sendiri, gue ogah naik turun tangga buat ngelayanin lo doang," jawab Arguby lalu menjulurkan lidahnya, isyarat bahwa Ia ingin merasakan eskrim milik Alleta. Tanpa penolakan Alleta mendekatkan eskrim yang dimakannya ke mulut Arguby, sehingga cowok itu dengan mudah mencicipinya.

Sampai di depan gerbang rumah Arguby, Alleta mengikuti langkah cowok di depannya.

"Bokap sama nyokap lo udah pulang," ujar Alleta saat matanya menangkap dua buah mobil yang sudah terparkir manis di pelataran rumah Arguby.

Arguby tak meresponnya.

Tepat saat Arguby akan membuka pintu utama rumahnya, terdengar pecahan kaca dari dalam rumah.
Cowok itu menghentikan langkahnya, membuat Alleta bingung, kaget serta ada kekhawatiran di mimik wajahnya.

"Apaan yang pecah?" tanya Alleta penasaran. Arguby menahan langkah Alleta agar tak memasuki rumah bernuansa putih itu.

"Kenapa?" tanya Alleta lagi.

"Kamu tuh nggak pernah berubah! Kamu yang membunuh Andara!" Suara seorang wanita berteriak sangat kencang dari dalam rumah Arguby.

Kini Alleta mengerti. Ia menoleh ke arah Arguby, tampak wajah cowok itu aneh. Tanpa sebuah respon akan suara yang didengarnya. Cowok itu meninggalkan Alleta, kembali keluar dari gerbang rumahnya, Alleta mengikuti.

Keduanya duduk di taman yang tak jauh dari rumah mereka. Arguby sama sekali tak mengucapkan sesuatu.

"Jelek," panggil Alleta ragu.

"Hmm," gumam Arguby, kini matanya menatap langit malam yang terlihat sangat indah karena kelap-kelip sinar bintang malam itu.

"Lo nggak apa-apa, kan?" tanya Alleta ragu.

Mata Arguby beralih pada sahabatnya. Menatap Alleta lalu tersenyum.

"Emang gue kenapa?" tanyanya datar.

"Tadi___"

"Udah biasa, mereka selalu kayak gitu kalo di rumah," jawab Arguby lalu kembali menatap langit.

"Malu-maluin banget, bikin ribut malem-malem," ujar Arguby datar.

"Kenapa? Apa karena Bokap lo jarang pulang?"

Arguby menggelengkan kepala pelan. "Justru Bokap sengaja jarang di rumah, atau dia pulang kalo Nyokap lagi di luar kota," jelas Arguby. "Gue malu, akhirnya lo denger sendiri kalo orang tua gue bertengkar hebat. Lo beruntung punya orang tua yang sayang sama lo."

"Mereka juga sayang sama lo," jawab Alleta pelan.

Arguby menggeleng. "Entahlah," ujarnya singkat.

💦💦💦💦

Matahari siang itu sangat terik. Tepat berada di atas kepala cowok yang kini berdiri di tengah lapangan basket. Berkali-kali Ia memasukkan bola ke dalam ring dengan sempurna. Tak menghiraukan peluh yang keluar dari berbagai pori-pori kulit putih miliknya.

"Guby!! Arguby!!" seru Alleta dari pinggir lapangan.

Siswa laki-laki itu sama sekali tak merespon.

"Arguby! Lo gila? Panas! Buruan ke sini!" teriaknya sedikit lebih kencang.

Posisi Alleta memang sedang berdiri di bawah pohon yang menutupi tubuhnya dari sinar matahari.

"Aish," gerutunya kesal saat cowok bernama Arguby tak menggubris.

Alleta berlari menuju lapangan dan menarik lengan Arguby dengan cepat.

"Gila lo, panas kayak gini main basket!" gerutunya.

Arguby sangat yakin, Alleta khawatir padanya. Alleta tak pernah melarang cowok itu bermain basket walaupun di tengah rintik hujan sekalipun. Tapi, kini Arguby sudah sangat keterlaluan. Dari awal jam istirahat Ia bermain basket tanpa sadar bel masuk berbunyi.

Arguby selalu melampiaskan kekecewaannya dengan cara bermain basket. Tiba-tiba cowok itu melepaskan tangan Alleta. Membuat Alleta menoleh secepat kilat.

"Kenapa?"

"Gue mau ke UKS," jawab Arguby lalu berbalik arah. Berjalan semakin jauh dari Alleta.

Alleta hanya menghela napas.

___

Setelah pelajaran terakhir Alleta mengemasi buku yang berada di mejanya. Saat sang guru mengakhiri pelajaran tepat bersamaan dengan bel pulang, Alleta lantas mengambil tas Arguby yang berada di bangku belakang.

Gadis itu berjalan menuju UKS. Tetapi, saat setengah perjalananya dia harus mengurungkan niat. Saat matanya menangkap sosok Arguby yang berjalan menuju halaman parkir belakang sekolah. Dengan kecepatan ekstra, Alleta berlari dengan membawa tas Arguby.

"Mau ninggalin gue?" Suara Alleta berhasil membuat Arguby menghentikan langkahnya. Kini Alleta tepat berdiri di belakang Arguby.

"Enggak, cuma mau nunggu di mobil," jawab Arguby datar. Kembali melanjutkan langkahnya dengan cepat.

Tepat sebelum Arguby membuka pintu kemudi, Alleta menarik lengannya dan memeluknya.

"Jangan kayak gitu lagi, gue takut lo kenapa-napa," ucap Alleta dalam pelukan Arguby.

Wajah Arguby tak biasa, bola matanya membulat. Detak jantungnya sangat cepat.

"Jangan buat gue semakin penasaran akan perasaan gue sendiri," batin Arguby. "Gue mau maju satu langkah, supaya bisa lebih deket sama lo."

... Bersambung ...

Di 1128 kata 💞💞💞

Semangat buat Kak SAYHALO Puding05
Kita ramaikan project ini!!!

Happy Reading ya Gengsss!!!!

Banner by, Dee14007
Cover by, saturasisenja

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top