trisula wengi

Nusanesia, Pulau Ratu Vitamin ditunjuk sebagai markas Organisasi Kesehatan Jantung (OKJ). Kawasan tropis yang menyuguhkan keanekaragaman komoditas buah, sayur, dan ikan laut, sudah dinobatkan dengan menjunjung tinggi asas Jantung Sehat di Era Modern XX.

Dalam konferensi potong pita, menghadirkan dewan elite perwakilan masing-masing kawasan megapolitan untuk peresmian pembukaan layanan terpadu OKJ. Digadang-gadang akan ada seorang primadona di peristiwa itu yang pastinya dicatat dalam sejarah.

Iring-iringan kendaraan berbodi kapsul pemerintah membayang di jalur tol persawahan laguna. Sekelompok petani pesisir pun sontak menegakkan badan begitu deru mesin menguar mengotori udara lingkungan asri itu yang masih perawan.

Salah seorang petani muda meludah hingga mengenai knalpot laknat. Dadanya turut sesak menghirup emisi gas buangan. Sengaja ia lakukan ketimbang menghindar agar menjadi pupuk kebencian yang semakin kuat.

"Hei, Ind. Jangan terang-terangan begitu. Rencana kita akan terendus." Mehul menyibak serban sembari menepuk bahu temannya—si pemuda yang berkacak pinggang sambil memelototi iring-iringan tamu antarkota.

"Meski berkalung salib ataupun bergelang tasbih, mereka tetaplah Babi. Satu pun dari mereka tak pantas dikubur di tanah Nusanesia warisan leluhur ningrat kita." Indra menepis tangan Megul. Segera ia menyelinap ke gubuk di balik barisan jagung setinggi nyaris dua meter.

Mehul mendengkus sabar. Ia ikuti jalan setapak persawahan.

"Katakan kepada Trisula Wengi, kita akan rapat sore ini. Aku tak ingin menyia-nyiakan waktu, mumpung mereka tengah berkumpul, terlebih Hulu Menteri keluar dari singgasananya," lanjut Indra begitu mereka sampai pada perkemahan orang-orang pinggiran, tetapi telah berjasa untuk kemerdekaan Nusanesia dari Kompeni Latin.

"Mereka malah sedang menunggumu. Kau tinggal memberi arahan. Siapa sih yang tidak tahu kabar bahwa Ketua para Babi itu akan datang? Makhluk narsistik tingkat dewa seperti dia mana mungkin tidak memublikasi agenda bergensinya."

"Kita gunakan air mata Dewi Beras untuk memberi teror pada mereka," sahut Indra begitu disambut oleh tujuh anggota Trisula Wengi.

"Tak disangka pengagung Padi akan memanfaatkan anugerah pertiwi, eh?" timpal Huyana setengah menyindir sang Ketua Trisula Wengi.

Mehul menggeram. "Jaga bicaramu. Baru bergabung sebulan, bukan berarti kami tidak bisa mencabut keanggotaanmu dengan mudah."

"Mehul," panggil Indra. Intonasinya merendah sekaligus mengintimidasi.

Mehul pun mengatupkan bibir dan mengendurkan kedua tangan.

"Aku suka caramu memprovokasi. Tapi gunakanlah di situasi yang tepat," tutur Indra dengan pandangan menusuk ke Huyana yang menyengir bak bocah ketahuan maling timun. Lalu menyapu pandang pada keenam Trisula Wengi lainnya. "Nah, begini rencananya ...."

Di penghujung pancaroba pasukan nimbostratus sudah mulai menghalau sinar matahari, serta meniupkan pasokan angin ke arah timur. Tentunya para Trisula Wengi mencium adanya peralihan cuaca beberapa minggu belakangan.

Sejak fajar menyingsing rona kemerahan sudah hadir membawa udara kering. Perlahan bergerak menghapus embun yang biasanya muncul pada dedaunan serta rumput. Tekanan udara menjadi rendah seiring membawa uap lembap. Para nelayan pun berbondong-bondong ke daratan usai menjala hasil buah laut.

Trisula Wengi, sekelompok Nusanesia bawah tanah. Oposisi pemerintah yang berada di garis batas ilegal dan legal. Namun, konon komplotan itu telah dibubarkan demi meredam gejolak masyarakat atas ketersediaan pelayanan kesehatan terpadu tanpa pandang bulu.

Kini generasi ke-20 tak lagi mengandalkan adu mulut atau agresi fisik baik militan ataupun gerilya. Keterbatasan manusia yang nekad mempertaruhkan masa depan membuat mereka bertindak lebih dramatis.

Setelah mempersiapkan setahun, inilah momen. Di mana arakan nimbostratus makin tebal.

Malam kian pekat, curah bulir-bulir air makin menggenangi tanah. Sementara, denting gelas anggur beradu congkak diselingi tawa membuncah usai sang Hulu Menteri memotong pita merah kirmizi.

"Kita bisa buat proyek bantuan sosial dengan mengambil iuran para warga." Sang Hulu Menteri memulai. "Dengan begitu kita bisa memasok alat kesehatan dan ahli medis terbaik untuk OKJ ini. Sehingga memberikan pelayanan kesehatan jantung yang terbaik di Kawasan Pulau Tropis."

"Lalu bagaimana dengan warga kelas bawah?" tanya perwakilan dari fraksi lain.

"Nominal iuran akan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Lalu bagian yang berkemampuan lebih dijadikan sebagai subsidi silang bagi yang kekurangan. Namun, kalian yang telah membayar iuran lebih banyak tentu akan diprioritaskan utama tanpa antre panjang. Bukankah aku murah hati?" Sang Hulu Menteri pun tersenyum bangga dengan dada yang membusung.

Tepuk tangan meriah pun menenggelamkan gemuruh tetes-tetes air langit.

Para undangan bergilir menyalami Hulu Menteri dan mengabadikan momen melalui layar kamera jepret.

"Pidato Anda sangat memukau, Pak."

"Senang berbisnis dengan Anda."

"OKJ akan memimpin Nusanesia dalam bidang medis yang ekslusif."

"Tentu saja, yang sanggup membayar lebih akan mendapat hasil lebih memuaskan."

Pembukaan layanan OKJ terpadu berakhir dengan kepulangan Hulu Menteri.

Dalam iring-iringan kecepatan kuda, kendaraan beroda empat itu membelah jalanan yang dihantam oleh beringasnya badai pembawa titik-titik air.

Pucuk protokol keamanan yang berjarak belasan meter dari mobil kapsul Hulu Menteri mendadak berhenti menderu. Segerombol banteng hutan menghalangi jalur praktis iring-iringan pemerintah. Jika mereka memaksa untuk mengusir para hewan liar itu sama saja dengan bertaruh nyawa. Apa jadinya kalau pengawal pencetus OKJ membunuh hewan yang dilindungi negara. Kemudian mereka menghubungi iring-iringan tim pengawal yang mengamankan area lintasan lain. Tak lama kabar sampai, ada pohon asam yang ambruk. Diduga karena sambaran petir. Ada bau gosong dan jejak terbakar pada patahan batang yang sudah lapuk. Lantas mereka memberi kabar bahwa ada pengalihan arus jalan.

Begitu semua pesan sampai, sang supir pun berkata, "Pak, banteng kembali berulah dan memblokade jalur tol yang seharusnya. Lalu di sisi timur ada pohon asam seratus tahun yang tumbang kesambar petir menghalangi jalan. Jadi, mau tidak mau kami harus melewati tol pegunungan."

Hulu Menteri mengernyit mendengar hal itu. "Mau bagaimana lagi. Besok Senin jam tujuh pagi tepat aku harus menghadiri upacara perjamuan Ratu Pulau Latin."

Akhirnya, iring-iringan mobil kapsul pemerintahan putar balik ke tanjakan Gunung Nusacir.

Berkelok-kelok jalur yang ditempuh, sang Hulu Menteri tampaknya agak mual. Sensasi mabuk mulai dirasa dari minuman fermentasi anggur yang melebihi batas konsumsi dirinya.

"Pelan-pelan. Jangan ngebut. Aspal Tol Pegunungan Nusacir sudah aus dan beberapa bagian berlubang," perintah Hulu Menteri keliyengan. Ia berdecak. Harusnya ia sisihkan anggaran belanja regional untuk meremajakan aspal tol yang tersisihkan ini.

Namun, supir tidak mendengar. Tumpahan rintik oleh langit membawa guntur bersahut-sahutan.

Tiba-tiba dalam keadaan kaki supir menancap gas makin kuat, sekelebat sinar memantul dan menyilaukan tepat ke depan. Sontak mengacaukan visualisasi supir. Refleks ia membanting setir untuk menghindarinya. Akan tetapi, mobil pengawal bagian deretan belakang yang tidak siap, tergelincir kehilangan kontrol kemudi dan menabrak keras kendaraan Hulu Menteri yang tengah muntah-muntah hebat.

Berikut beberapa mobil kapsul di belakang terkena dampak tabrakan beruntun. Lintasan yang cukup curam membuat gerojok air yang menciptakan genangan pada lubang-lubang jalan makin melicinkan aspal. Jenis roda-roda mobil mereka yang tidak siap di musim air melimpah pun melecit.

Kendaraan yang membawa Hulu Menteri pun tersodok makin jauh dan melewati pembatas jalan. Dengan gravitasi, mereka ringsek terjun bebas ke dalam ngarai belantara.

Di ceruk tebing atas lintasan Tol Nusacir, dua Trisula Wengi tengah mengawasi iring-iringan pemerintah yang menabrak tebing pegunungan dan sisanya ikut terperosok.

"Ind, Huyana sudah memblokade semua jalur atas-bawah Tol Nusacir. Aku pastikan pohon itu tumbang karena alam, bukan potongan disengaja. Ambulans tidak akan bisa lewat kecuali dengan alat derek. Tapi itu pun mereka hanya bisa membawa kembali mayat," papar Mehul.

"Pastikan tidak ada satu pun yang hidup," titah Indra. "Karena, ini baru permulaan, Wahai Babi Berdasi Necis."

2020


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top