p'tok, p'tok, p'tok! iyik, iyik, iyik!

Yik ...! Piyiiik ... pyiiiik!

Kelopak matamu terbelalak ketika mendengar ketiga kuthuk-mu memekik-mekik. Begitu reseptor diterima, kepalamu menoleh ke sana kemari.

Ini masih tengah malam, belum waktunya para pejantan berkokok. Namun, dengan penglihatanmu yang tajam—meski dalam kondisi ditemani lampu teplok remang-remang—, kau masih bisa menyelidiki apa yang tengah terjadi.

Piyiiik ... piyiiiik ... piyiiik ...!

Di ujung kandang bubutan bambu, arah mata cokelat kemerahanmu menangkap seekor anakan tikus. Mamalia tengik bersurai cokelat kelabu itu menyudutkan salah satu kuthuk-mu. Sedangkan, dua kuthuk-mu yang lain gemetar memojokkan diri di sudut kurungan lain.

Tikus itu melirikmu sepintas, seolah meninggalkan seringai licik. Serentak, mamalia pengerat itu menggigit sayap kuthuk-mu yang sudah mulai memunculkan helaian sayap menuju fase dara, meski perjalanannya masih terbilang seminggu lagi.

Kuthuk berusia satu minggu-an itu berontak. Kau pun beranjak dari petarangan hangat.

PETOK PETOK PETOOOOK!

Akhirnya kau mengeluarkan suara kotek kencang. Para kuthuk-mu yang masih nyenyak di balik eramanmu ikut terbangun.

PEEETOOOOK!!!

Ciiiit .... Nciiit!

Kendati begitu, si pengerat tak diundang tampaknya belum bereaksi.

Kedua kaki bercakarmu yang nyaman di dalam tumpukan ilalang sarang, mau tidak mau harus turun kaki. Kau keraskan kotekanmu makin lantang.

PETTTOOOOOK! PETTOOOOOOKKK! PETOOOOOOOOOOOK!!!

Melihat indikasi tikus got itu masih tak juga melepaskan kuthuk-mu, kau lebarkan kedua sayap berbulu cokelat kemerah-hitaman ke atas, memberi gestur intimidasi.

Si tikus mundur dengan mendesak kuthuk-mu makin terimpit, kau terus maju dengan mengeluarkan kotek yang tak nyaman didengar.

KHHHOOOOOOK!!! PET, PET, KHOOOOOOOOOK!!!

Tikus itu belum juga mau menyerah, paruhmu yang maju, mematuk moncong pengerat hingga tercabut beberapa.

KHOOOK!!! KHHHHOOOOOOK!!!

Sekali lagi, kau terus-menerus mengeluarkan kotek bising. Si pengerat pengganggu itu mulai meringkuk di dasar bubut bambu.

KHKHKHKKKOOOOOOOOK!!! KHOOOOOOOOOK!!!

Ketika si pengerat hendak kabur ke arah petarangan, salah satu cakar kakimu mencabik tubuh si tikus hingga terluka.

KHKHKHKKKOOOOOOOOOOOOOOK!!!

Si pengerat akhirnya memilih menyelinap pergi keluar dari celah lebar bubutan bambu. Kuthuk-mu lekas menghampiri petarangan tunggang-langgang. Kau menurunkan kedua sayap gagahmu untuk kembali menidurkan para kuthuk-mu.

Beberapa kali paruhmu mendorong satu per satu para kuthuk yang masih menyembulkan kepala di sela-sela helaian surai hangatmu, memastikan tidak ada satu pun kuthuk-mu yang masih terpampang keluar.

2020


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top