kunyit
Papa terbangun dalam keadaan tubuh membujur di dipan. Sambil mengingat apa yang tengah terjadi sebelumnya, sensasi mual menyentak isi perut seolah ingin kembali dimuntahkan.
"Papa!" pekik girang Rave menyembul dari balik pintu membawa nampan perak.
Pria bangkotan itu meringis memaksakan diri beranjak. Namun, segera ketika menghampiri, Rave lekas menyodorkan minuman berembun dingin kepada Papa.
Sontak Papa mengernyit penuh keraguan dan menggeser menjauhi putra ciptaan-nya. "Apa itu?"
Rave tersenyum lugu. "Jus kunyit."
Bibir Papa menekuk. "Buat?" Ia tatap larutan kuning pekat itu mendelik.
"Buat mengobati inflamasi lambung Papa. Aku tadi chat AloTabib, komplain sama gejala kenapa Papa pingsan habis sarapan. Kusebutin juga jenis kue dan riwayat asam lambung Papa yang suka naik kalau nggak disiplin dietnya. Jadi tadi aku minta resepkan sekalian," papar Rave menggebu-gebu. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya serius menangani gangguan kesehatan Papanya. "Ayo, diminum, Papa. Aku ingin Papa cepat baikan!" lanjutnya menepuk-nepuk pahanya mantap sambil mengangsurkan jus kunyit itu.
"Apa kau sudah memastikan jus kunyit ini tidak lebih berbahaya dari kue sarapanku yang kauberikan itu?" cecar si Papa yang masih meninggalkan tatapan penuh kebimbangan ketika menerima uluran minuman aneh itu.
Melihat raut antusias putranya, pria itu segera menenggaknya. Alisnya berkerut tajam membuat bahu Rave tegang.
"Papa?"
Tegukkan pertama berhasil mengedurkan kernyitan dahi.
Boleh juga, seperti ada manis-manisnya. Batin si Papa melanjutkan teguk kedua, ketiga, keempat.
Tanpa sadar seiring rasa gurih sedikit asin yang dijumpai lidah, Papa menjeda meminumnya. "Hanya jus kunyit? Papa menemukan rasa seperti gurih kaldu ayam." Kemudian ia kembali menenggak tanpa ada keraguan dan lolos saja menyapu tenggorokan yang kebetulan sedikit gatal dan pedih.
"Oh itu, aku ingat pernah dapat resep dari Vorqa, kalau merebus jus kunyit biar lebih sedap pakai sari pati kentut Kantong Semar," terang Rave yang menyengir riang tanpa dosa. "Papa masih ingat kan sama anak didik Akademi Langit kesayangannya Magi Kuning?"
Sontak larutan kuning itu mendesak keluar melalui rongga hidung.
Astaga ... putraku ini inovatif, tapi gobloknya enggak ketulungan.
Sungguh ... ingin rasanya, kumenangis ..., membayangkan, betapa kejamnya dirimu atas diriku ....
"Pa ...? PAPA!? KENAPA! KOK PINGSAN LAGI!?"
2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top