korek api
Derit sepersekian detik berpacu, intuisi terakhir mencuat laksana senjata pamungkas. Dirogohnya saku celana. Sebatang korek dari Buyut Walnut melecutkan percik. Sekerlip sinar membentuk denyaran api yang menyambar dinamis. Rafael berguling menjauh dari tapal-tapal beringas itu.
Sontak pasukan kuda betina yang tengah mengamuk, meringkik menjejak-jejak saling sepak. Mereka belingsatan pada gejolak api yang membubung.
Rafael pun mengambil kesempatan dengan menarik impuls magis dari ruang kosong. Ia ciptakan sangkar sewujud sarang burung. Dengan jalinan akar besi, mereka membungkus sempurna tubuhnya.
Akhirnya ia bisa mengheningkan diri, melarutkan sisa kesadaran untuk mengisi daya magisnya.
"Untunglah, aku tidak pernah bolos kelas Sensei Sceley." Melalui ekor matanya, ia lirik kantong es yang menahan gejolak korek api hadiah dari Sensei kelas Magi-Botani. "Anda memang maha-monster, Sensei," gumamnya ketika sayup-sayup bias api dari celah sangkar membentuk lilitan tornado. Seolah api itu memiliki jiwanya sendiri—atau dikendalikan oleh si Empu-nya—mengusir para kuda betina kesetanan akibat dari ramuan parfum penarik berangta, anehnya tanpa menghanguskan tanah hijau limau asri itu.
2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top