dungeon lidah api
"Akhirnya sampai juga."
Sembari mengembuskan napas panjang, seorang lelaki muda memasukkan kartu sakti yang dititipkan ayahnya sebagai bekal untuk memasuki ke menara bertingkat di bukit batu karang.
Satu tembakan gelombang elektromagnetik menimpa wajahnya. Sontak ia nyaris terjungkal jika tidak berpegangan pada tangan-tangan undakan.
[Selamat datang di Dungeon PenCirNusia-2020, sebuah pagoda bawah tanah di Pulau Morfem Aurantiacus. Kami menjual barang-barang eksklusif dunia kontemporer dengan harga terjangkau]
Kemudian muncul dua kolom pembeda pengunjung di muka Rave.
[Mohon pilih salah satu]
[Rute mana yang Anda ambil]
[Pembeli] x [Penjual]
Telunjuknya memilih Pembeli. Sebuah sistem administrator muncul yang terintegrasi pusat komando sekaligus memperkenalkan identitas Kecerdasan Buatan sebagai asisten.
[Halo, Nama saya Netizen-04-Juli-2020. Ada yang bisa saya bantu?]
"A-Apa? Netizen?" Terdengar suara kekeh yang ditahan mati-matian.
[Benar, saya adalah kumpulan sistem adaptif-reaktif berdasarkan respons eksternal yang dikelola secara numerik setiap 24 jam. Netizen-04-Juli-2020, karena pengguna yang terdaftar memasukkan PowerBlackMatter pada enkripsi hari ini. Ada yang bisa saya bantu?]
"Aku ingin memakai jasa Dungeon. Ada produk yang kubutuhkan," ucap Rave sembari sesekali berdeham. "Ini pertama kali aku ke sini. Biasanya ayahku," lanjutnya meski ia tak yakin sistem komputerisasi yang kata ayahnya memiliki kecerdasan untuk merespons tiap pertanyaan akan peduli dengan hal-hal yang bersifat intuitif.
[Anda tidak perlu khawatir. Cukup ikuti instruksi berikut]
Rave bersiul takjub.
[Masukkan kode batang identifikasi profil Anda]
"Nama?" Pemuda itu mengedikkan bahu. Sedikit mendengkus geli. "Rave."
Kemudian ia tekan tombol Masuk. Bunyi peringatan seperti klakson kapal menyalak.
[Anda salah memasukkan kode batang identifikasi profil. Mohon memasukkan kata kunci sekali lagi yang sudah terdaftarkan]
"A-Apa? Ini tidak seperti yang Ayah bilang. Bukannya tinggal memasukkan nama untuk masuk?" protesnya.
[Anda ingin mendaftarkan akun baru?]
Ia berdecak seraya menggaruk-garuk kepala. Lantas memasukkan kembali namanya.
"R-A-V-E."
Namun, begitu tombol masuk kembali ia pencet justru alarm klakson makin kencang.
[Salah. Lakukan sekali lagi untuk mengkonfirmasi identifikasi profil]
Netizen-04-Juli-2020 menggulirkan layar proyektor ke halaman semula, tepat sebelum si pemuda jangkung itu memasukkan kartu PowerBlackMatter-nya.
"Astaga!" Rave menekan tombol login virtual.
[Masukkan kode batang identifikasi profil Anda]
Setelah beberapa detik mengerutkan dahi, instingnya menggerakkan jari mengurai nama seseorang.
"e-u-g-e-n-e-r-a-v-i-o-l-i-v-e-r-t-e-b-r-a-t-a."
Denyaran cahaya langsung muncul menguat begitu kolom Masuk, ia tekan.
[Masukkan kata kunci]
"Nah, bing—, apaaa! Masih ada lagi!"
Tanpa pikir panjang, Rave menekan susunan e-u-g-e-n-e-r-a-v-i-o-l-i-v-e-r-t-e-b-r-a-t-a.
Masuk. Alarm klakson kapal tempur menjerit hingga telinganya berdenging ngilu.
[Salah. Coba lagi atau set ulang kata kunci?]
"Rasa-rasanya Ayah tidak mengungkit kata kunci. Apa, ya ...."
Ia ketuk-ketuk dagu bersamaan matanya menyipit pada kartu sakti yang masih menempel dan terus-terusan mengeluarkan kilau cahaya. Ketinggian yang tak kurang dari setengah meter, membuatnya berjongkok untuk menelusuri petunjuk apa pun yang melekat di badan PowerBlackMatter.
Sekonyong-konyong ia kembali dikejutkan oleh tembakan gelombang elektromagnetik yang menimpa matanya. Sontak kepalanya pusing ketika cahaya menyilaukan itu memindai retina cokelat karamelnya.
Bunyi senandung Netizen-04-Juli-2020 mencuat.
[Selamat datang kembali, Mr. Eugene Ravioli Vertebrata. Ada yang bisa saya bantu?]
"AHA! ASTAGA KATA KUNCINYA PEMINDAI RETINA! Awas kau, Yah—ah, aku ingin menstok bahan baku Capsula Mundi."
[Apa yang Anda butuhkan?]
"Aku butuh kerangka Thyreophora sepuluh ribu ton."
[Masukkan kode produksi atau nama barang yang dicari]
Muncul papan ketik proyektor yang membentuk tombol-tombol huruf. Jari-jari Rave menekan-nekan tombol huruf pada tombol virtual tersebut.
[Sedang melakukan pemindaian permintaan produk]
Begitu kolom pencarian ia tekan, layar proyektor hanya menampilkan halaman kosong.
[Item sedang kosong. Cari produk lain atau kembali daftar halaman depan?]
"Kosong? Kalau begitu, cari produk yang memiliki energi pembawa beban sekuat kerangka Thyreophora."
[Sedang menelusuri permintaan melalui identifikasi suara]
[Item ditemukan. Ada satu produk yang memiliki energi pembawa beban setara dengan Kerangka Thyreophora, Kerangka Ikan Bandeng Purba Laut Jawa]
Rave mengetuk-ketuk kembali dagunya. "Tampilkan spesifikasinya."
[Chanos Chanos 2301enpisi-BC, 40.078 u. 666835740,976 PS4-of Nano 12m'mbr_AL. 889,0000,000 N x 4000 m.]
"Aku baru tahu kalau Chanos Purba Laut Jawa lebih kuat dari Thyreophora. Tahu gitu kenapa Ayah enggak langganan Chanos Purba Jawa, ya ...." Lagi-lagi Rave bersiul. "Oke, item ini kuambil."
Kemudian muncul notifikasi, Netizen-04-Juli-2020 memberi dua opsi.
[Produk yang Anda pilih tinggal 1]
[Ambil] x [Batal]
"Waduh, tinggal satu! Ambil, dong!"
Tanpa ragu telunjuk menekan kolom Ambil.
[Validasi pembelian item: \Kerangka_Ikan_Bandeng_Purba_Laut_Jawa/ spesifikasi: {Chanos Chanos 2301enpisi-BC, 40.078 u. 666835740,976 PS4-of Nano 12m'mbr_AL. 889,0000,000 N x 4000 m.} sedang diproses]
"Asyik, dapat akhirnya, bisa cepat pulang sebelum makan malam."
[Harap masukkan identifikasi profil untuk mengakhiri prosedur pembelian]
"Okeee ...."
Rave mengusap-usap kedua kedua telapak tangannya begitu percaya diri.
E-u-g-e-n-e-r-a-v-i-o-l-i-v-e-r-t-e-b-r-a-t-a
Masuk.
[Silakan Anda masuk ke lantai bawah tanah nomor 666 kode 12m'mbr_AL]
"Fiyuuh ... setengah jam lebih—" Sebelum mengambil langkah, si pemuda menyibak jaket kulit untuk memastikan—memeriksa jarum jam. "Oh, empat puluh menitan—apaaa!? Oh, sial, aku harus bergegas!"
Ketika kaki Rave mulai menginjakkan kaki di undakan terakota bernomor 666 dengan dinding beton berkode 12m'mbr_AL, sebilah pedang menancap melewati lehernya.
"Demi Rambut Ravioli Eugene! Aku enggak mau dapat dinner tape ketan busuk ala Nenek Gypsy! Siapa yang berani menghalangiku, kujadikan perkedel rendang!"
Begitu rentetan sumpah serapah tumpah meledak-ledak, tampak seonggok siluet berperawakan bak jam pasir mengacungkan pedang cutlass-nya.
"Aku pembeli pertama, kau ... siapa pun kau enyahlah dari lantai 666-12m'mbr_AL ini!"
Semburat jingga dari gelombang elektromagnetik merefleksikan sosok yang dikira jam pasir oleh Rave.
"K-Kaau? Suri? Kapten Kapal Laut Nusacir!?" pekik Rave tak percaya.
Ekor bias cahaya turut menggulir, menimpa perawakan lelaki yang masih terjengkang itu.
"Rave ...? Putra Si Jenius Bioekologi itu?"
"Heee? Kau kenal ayahku? Eh, maksudku, kau kenal aku juga?" Rave beranjak dengan menerima uluran tangan Suri.
"Tentu saja, Mr. Eugene sudah memungutku dari sisa peperangan bioteknologi klan REDplus." Suri mulai bercerita seraya menguraikan bebatan serban yang menyembunyikan paras kearab-arabannya.
"Woaaa .... Aku baru tahu." Rave berjalan di samping dengan menjaga jarak setengah meter, sebelah tangan kirinya yang tersembunyi menyelinap ke saku celana denimnya. "Maksudku, aku mengetahuimu dari kabar angin. Kau terkenal, bukan hanya seperti selebritis Negeri Angin yang kerjaannya menjual kehidupan pribadi." Bahunya berguncang menahan tawa.
"Tentu saja, saat itu Mr. Eugene masih seumuran denganmu." Suri memberi tatapan analitis kepada pemuda. Ia sedikit banyak tahu tentang anak laki-laki yang dibuat Eugene, meski itu hanya sebatas kabar burung. "Dia idolaku, panutanku yang sudah mengajariku banyak hal, hingga aku berhasil bangkit dan menguasai Laut Jawa."
Tatapan mereka kembali beradu.
"Termasuk menguasai Dungeon ini!"
Suri menarik cutlass sejurus menujah vertikal tepat dari kepala Rave. Sedangkan, dengan tangkas, pemuda itu menendang lengan perempuan berkepang panjang yang sempat menghalau tendangan Rave.
Keduanya mundur serempak mengambil jeda napas.
"Aku tidak peduli seberapa penting bagi Mr. Eugene, tapi Chanos Purba Jawa milikku!"
Mulut Rave tersenyum mencong. "Sebaiknya, Nonalah yang enyah dari sini. Aku tidak bisa kaulukai dengan senjata perobek daging manusia."
"Aku tahu. Meski seluruh tubuhmu hanya tersusun kaleng daur ulang dari Pegunungan Sampah Pasifik, sentuhan Mr. Eugene selalu masterpiece." Suri meregangkan kuda-kudanya.
Seringai pemuda itu memudar. Ia genggam erat sesuatu yang ada di dalam saku.
"Tapi, bukan berarti kau tak bisa dibunuh!" Suri berlari sekencang tornado dengan mengarahkan bilah lengkung segaris bujur horizontal.
Rave tak juga menurunkan nyali. Sembari menunggu timing, ia sengaja membuat Suri mendekat ke arahnya.
Segera setelah ujung cutlass nyaris menikam dada, Rave mengambil mili detik lebih cepat dengan menyiram ribuan bulir-bulir serbuk yang telah ia siapkan.
Seketika pergerakan Suri terhenti.
Sekarang saatnya!
Rave berlari melewati wanita yang terpaku diselimuti serbuk keperakan. Menuruni undakan yang makin ke bawah tanah, menuju ruang penyimpanan Kerangka Ikan Bandeng Purba Jawa.
"Gila!" Mata Rave mendelik. "Ini bahkan dua kali lebih besar dari Thyreophora!"
Sebuah kotak 4 x 4 cm dilempar ke atas akuarium sebesar lapangan sepak bola.
Tembakan gelombang elektromagnetik keluar dari kotak itu, membentuk tali berdenyar yang terus mencabang dan melilit sekujur Kerangka Ikan Bandeng. Perlahan bentuk ukurannya menyusut seiring tersedot secara keseluruhan ke dalam kotak.
Namun, ketika kotak mulai menutup rapat, Rave hendak melompat untuk mengambilnya, sekelebat siluet lebih dahulu merampas.
"Maafkan aku yang lebih berpengalaman dalam mencuri, Nak."
Suri yang sudah berayun naik ke ceruk langit-langit Dungeon, sekomplotan pria bertubuh bongsor dan bertudung serban menjemput wanita itu dengan menembakkan meriam.
[Ancaman terdeteksi]
Guncangan tak terelakkan. Rave harus segera menyingkir.
"Hei, Nak. Titipkan salamku pada Mr. Eugene."
[Darurat tingkat 999+ tak terbatas]
"WOI! KEMBALIKAN BARANGKU!"
Sementara, Rave masih di lantai dasar Dungeon. Disusul getaran beruap panas mulai menyembul.
[Segala bentuk perusakan properti Dungeon PenCirNusia-2020 harus dibakar habis. Tulangnya akan menjadi item penjualan dengan keuntungan yang sepenuhnya menjadi milik Dungeon PenCirNusia-2020]
"Holy shit!"
[Mengaktifkan Lidah Api Dungeon]
Batu-batu terakota lantai dasar bergemuruh saling berdesak, membentuk rongga raksasa. Umpama mulut naga, lantai itu siap menyemburkan api reaktif.
[Memindai target]
[Identifikasi profil target]
[Pengguna Kartu PowerBlackMatter: Mr. Eugene Ravioli Vertebrata]
[Target ditemukan]
[Kunci target]
Entitas Rave terkunci oleh sensor Netizen-04-Juli-2020 sebagai target pembinasaan.
Akhirnya Rave memilih melompat ke samudera. Ia pikir semburan Api Dungeon tak akan sampai menembus laut kedalaman 500 meter. Namun, suhu air berubah memanas.
Tidak ada cara lain, ia harus menyelam sejauh mungkin hingga sensor Netizen-04-Juli-2020 tidak mampu meraihnya.
Ketika purnama mengintip malu-malu kelinci, seonggok makhluk yang mengeluarkan asap dan berbau sangit muncul dari balik pintu.
"Aku pulang ...."
Sosok gosong itu mengisut ke dinding.
"Kau sudah jadi anak nakal, rupanya. Kaupikir sudah jam berapa ini, baru pulang!?"
"Yang penting kan anakmu ini masih bisa pulang utuh."
"Hah? Terus, bagaimana titipan Ayah?"
"Au-ah. Lain kali pakai delivery saja deh, Yah."
2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top