I'll Get You (2)

Voment, jangan lupa! Saya udah baik nih bikin ini XD 

Mulmed : Ervin

.

.

.

"ASTAGA ERVIIIINNN KAMU CANTIK BANGEEET!!!" Suara pekikan kakak perempuannya yang keras, membuat Ervin refleks menutup kedua telinga dan juga matanya. Eva Sintya Herwit masih menatapnya dengan mata berbinar dan kedua tangannya yang terus saja merapikan rambut Ervin -errr... Lebih tepatnya mungkin wig?

Iya. sebuah wig. Beberapa saat yang lalu saat Ervin baru saja pulang dari kampusnya, kakak perempuannya segera menyeret tubuh lemasnya ke kamar gadis itu. Semula Ervin menurut saja saat kakaknya itu mendudukkan dirinya di depan meja rias yang ada di kamar Eva. Namun detik berikutnya Ervin segera berdiri tegak saat kakaknya memasang sebuah rambut palsu berwarna pirang di atas kepalanya. Iya kalo wig itu ditujukan untuk pria dengan model spike atau apa, tapi kakaknya memasang wig yang panjangnya sebahu ---bukankah itu dikhususkan untuk wanita? Tentu saja Ervin menolak. Dikira dia seorang waria apa? Euhh.... Menjijikan.

Tapi memang pepatah kadang benar. Seorang kakak perempuan memang sulit untuk di lawan. Saat Ervin hendak menolak, kakaknya segera mengulurkan ponselnya ke depan wajah Ervin yang di layar ponsel itu terpampang potret dirinya yang sedang di cium oleh Revan, mantan pacarnya dulu saat SMA. Sebenarnya foto itu tidak terlalu vulgar sih, Toh itu hanya ciuman di pipi dan bukan di bibir.

Ah.... Ervin juga masih belum tahu, darimana kakaknya mendapatkan foto itu. Padahal seingatnya, dirinya telah menghapus foto itu baik di ponsel maupun di laptopnya tepat setelah mereka putus.

Yang jadi permasalahannya yaitu -

"Bagaimana ya reaksi ibu kalau lihat foto putra satu-satunya seperti ini -ups! Aduh kadang mulutku gak bisa di kontrol. Sori."

Lalu kakaknya itu menyeringai. Jenis seringaian jahat yang menurut Ervin senyuman jahat kedua setelah tokoh antagonis di sinetron 'Cinta Fitri' yang dulu ibunya tonton setiap hari.

Ervin mendengus keras, ia mencoba bersabar dan mengendalikan emosinya.

"Jadi?" kedua mata Eva berkedip-kedip antusias untuk mendengar jawaban adiknya itu.

"Silahkan lakukan sesukamu."

"Astaga~ adik kakak emang penuruuutt sekali. Tenang saja, begitu selesai mengambil gambar desain bajunya, kamu boleh lepasin semuanya."

"Kak Eva kan bisa gunain kak Dewi sebagai objeknya. Dan tentu saja kak Dewi itu cewek beneran."

"Dewi lagi di Jogja, sayang. Susah sekarang nyari temenku yang selangsing Dewi untuk di jadikan model. Kan kebanyakan dari mereka udah punya anak jadi pada melebar tubuhnya."

Ervin tak menanggapi omongan panjang kakaknya. Dia semakin pasrah saat kakaknya mulai memasang wig panjang itu di kepalanya.

Kakaknya mempunyai butik yang ia buka setelah lulus kursus khusus desain baju dengan di modali ibunya. Ia menjual baju hasil dari desainnya sendiri dengan beberapa yang juga ia jahit sendiri. Biasanya jika sudah jadi, baju itu akan di pakaikan ke seseorang untuk menjadi modelnya untuk ia taruh di toko online nya. Yah. Memang selain di jual di butik, baju hasil karya kakaknya ia jual juga secara online. Biasanya yang dijadikan model oleh Eva adalah temannya yang tadi di sebutkan. Entah setan apa yang merasuki kakaknya, saat dimana pesanan mulai banyak dan modelnya tidak ada, dirinyalah yang sebagai sasaran. Sayangnya memang kakaknya tidak menjual baju khusus pria. Tapi kenapa harus dirinya yang dijadikan wanita untuk model katalog kakaknya yang akan terbit di toko online nya?

"Kakak gak nyangka loh, Vin kamu bisa secantik ini. Lihat!" gadis berumur 26 tahun itu memaksa wajah Ervin untuk menghadap cermin. "Tinggal dikasih bedak, eyeliner, maskara, lipstik yang tipis dan sedikit blush on udah cantik banget kayak girlband dari Korea. Hihihi..."

Ervin hanya memutar kedua bola matanya bosan mendengar ocehan kakaknya. Ia hanya meratapi nasibnya -dan juga -ehem! Ia juga sedikit terkejut bahwa pantulan di cermin itu adalah dirinya.

"Tuh kan! Kamu aja gak kedip gitu liat pantulan kamu di cermin. Padahal belum kakak kasih make up. Err... Sepertinya memang dulu mungkin ibu menginginkan anaknya semuanya perempuan." dan gadis itu tertawa lebar hingga Ervin mendengus sebal. Sampai akhirnya ponsel kakaknya yang ada di atas ranjangnya berbunyi dan gadis itu baru berhenti tertawa untuk menjawab teleponnya.

"Awas loh dek kalau kamu copot wignya! Kakak belum ambil foto kamu dengan baju desain kakak." ancamnya sebelum menerima panggilan yang ada di ponselnya.

Ervin tak menjawab, ia mendengus sebal dan langsung teringat akan janji nya dengan Hakam untuk kumpul nanti sore.

Segera Ervin mengecek ponselnya untuk menanyakan tempat dan waktu yang jelas untuk kumpul nanti.

"Dek?"

Ervin yang sedang mengetik pesan untuk Hakam terhenti saat kakaknya memanggil dirinya.

"Hm?"

"Kamu gak denger apa ada suara bel rumah bunyi?"

Ervin diam. Ia mencoba mendengar suara yang dimaksud kakaknya. Memang kamar kakaknya ini berada di belakang, jadi kadang suara bel pintu tak terdengar.

DING DONG!

Benar. Ada suara bel.

"Sana kamu yang buka!"

"Males ah! Kakak aja sana."

"Kamu gak liat kakak lagi telepon? -oh? Halo? Maaf tadi saya sedang bicara dengan adik saya." Eva memberi pelototan tajam pada Ervin. Hingga pemuda itu menyerah dan beranjak dari duduknya menuju pintu depan.

Ervin mengutuki kakaknya berkali-kali selama ia berjalan ke pintu depan. Kenapa semua kakak sering berbuat seenaknya? Menjengkelkan!

Dengan malas Ervin membuka pintu depan. Dan ia kembali mendengus malas saat tamu yang datang itu adalah seorang pemuda yang akhir-akhir ini gencar mendekatinya. Seniornya di kampus. Siapa lagi kalau bukan Satria Mahardika.

Biasanya seniornya itu akan langsung tersenyum sok percaya diri saat ia membuka pintunya. Tapi kini Ervin sedikit menaikkan alisnya saat ia melihat ekspresi bodoh yang nampak di wajah tampan Satria.

"Kak?"

"Eh ---anu... Ah! Maaf."

Loh? Kenapa minta maaf? Ervin mengernyit heran melihat tingkah seniornya yang terlihat malu-malu dan salah tingkah.

"Kak Satria ngapain kesini?"

"Loh? Kamu tahu nama saya?"

Mendadak Ervin merasa ada yang aneh dari tingkah seniornya itu. Kenapa bahasanya bisa sesopan itu padanya? Dan apa-apaan pertanyaannya barusan?!

"Kak Satria aneh. Ya tentu lah aku tahu!"

"Eh?" Satria menggaruk rambutnya dengan canggung karena di tatap sosok cantik yang ia lihat di depannya itu. Sepintas memang sosok di depannya ini mirip Ervin. Apa dia sepupunya?

"Anu... Ehmm..."

"Ayo masuk dulu kak."

"Eh? Boleh?"

Ervin menelengkan kepalanya heran. Tentu saja heran! Sikap Satria hari ini sangatlah aneh dari hari biasanya.

"Kak, kamu aneh deh. Biasanya juga tanpa di suruh masuk, kak Satria udah nyelonong sendiri."

Dengan cepat, wajah tampan Satria berubah merah karena ucapan orang yang baru ia temui ini.

"ERVIN! DEK! ADUH..."

Itu suara cempreng kakaknya dari dalam. Dan benar saja, detik berikutnya, wanita dewasa itu telah muncul dengan langkah cepat ke arah Ervin dan Satria.

"Siang kak Eva..." sapa Satria sopan dengan senyuman manisnya.

"Oh... Ternyata kamu yang dateng?"

"Iya kak..."

Eva mendengus, dan sedikit tertawa.

"Oh iya kak," ucap Satria tiba-tiba "Ervin ada?"

Seketika Eva langsung terkekeh geli mendengar ucapan senior adiknya di kampus itu.

Sedangkan Ervin? Dia mengernyitkan dahinya dalam-dalam. Jelas-jelas dirinya ada disini. Di depan Satria. Kenapa pemuda itu tak melihatnya?

"Kak Eva kenapa ketawa?"

"Enggak ---hanya saja... Pfttt~ maaf!"

Satria hanya memiringkan kepalanya bingung.

"Denger ya Satria, Ervin kan ada di depan kamu."

"Hah?"

Tentu saja Satria bingung, yang ada di depannya ini adalah seorang gadis cantik yang rambutnya di cat blonde dengan setelan jins dan kemeja dark blue.

"Nih ya," Eva mengangkat sebelah tangannya untuk ia tuju ke kepala adiknya. Dimana Wig yang tadi ia pakaikan padanya, "Ervin, kakak emang nyuruh kamu segera membuka pintunya. Tapi jangan lupa buka dulu wignya."

Kedua mata Satria terbuka lebar, mulutnya menganga saat kakak dari Ervin itu membuka wig pirang itu dan sosok cantik yang Satria lihat kini berubah menjadi Ervin yang biasa ia lihat.

"Ervin...?"

"ASTAGA! AKU LUPA!"

Eva tertawa, "Bagaimana Sat? Adik kakak ini cantik kan di dandani seperti ini?"

Tenggorokan Satria kering untuk menjawab pertanyaan itu. Tapi ia tak bisa untuk tidak setuju atas pertanyaan kakak Ervin itu. Maka secara refleks, Satria mengangguk.

"Kak Satria jangan salah paham! Ini bukan seperti yang kakak lihat!"

Satria masih terdiam.

Lalu Ervin berbalik dan memberikan tatapan tajam pada kakaknya.

"Ini salah kak Eva yang tadi ngancam untuk jangan copot wignya!"

"Ups! Sepertinya kakak udah nemu model yang lain ---err... Kakak pergi dulu. Jaga rumah yaa~"

Dan dengan kejamnya, kakaknya itu berlari menuju mobilnya dengan meninggalkan dirinya yang dalam keadaan canggung luar biasa dengan seniornya itu.

"Vin?"

Ervin meringis kaku, lalu ia menatap malu ke arah Satria, "Err... Aku bisa jelasin kak. Mau masuk?"

.

.

.

END

.

.

.

[EPILOG]

Ervin meletakkan cola dingin ke meja untuk ia sandingkan pada Satria. Dengan kaku, ia mendudukkan dirinya bersebrangan dengan seniornya itu.

"Aku gak nyangka ---"

"Kak Satria jangan salah paham. Tadi itu kak Eva yang maksa aku pakai itu untuk jadi model katalognya karena temen kak Eva sedang pergi. Plis kak, jangan berpikiran yang macam-macam hanya gara-gara ini."

Satria tertawa melihat ekspresi Ervin yang sedih saat mengucapkan hal tadi.

"Gue gak kayak gitu lagi Vin. Tapi -sumpah! Tadi gue bener-bener gak tahu kalo cewek berambut pirang itu elo."

"Gue bukan cewek!"

Dengan lembut, Satria tersenyum.

"Iya. Tentu saja lo bukan cewek. Lo cowok manis yang udah bikin gue jatuh hati."

Seketika wajah putih Ervin memerah dan menunduk malu.

"Tapi,"

"Tapi apa kak?"

"Lo cantik juga kalo rambutnya panjang kayak gitu."

Gigi Ervin tiba-tiba bergemeletuk, hidungnya kembang kempis dan bibir merahnya sedikit mengerucut sebal.

"Oh... Jadi kak Satria lebih suka aku jadi kayak tadi gitu? Bukan suka aku yang apa adanya?!"

"Apa? -oh gak Vin. Gue suka lo apa adanya kok." sangkal Satria segera. Namun Ervin sudah terlanjur tersinggung, akhirnya ia berdiri dan berjalan menuju kamarnya dengan Satria yang mengekorinya.

"Vin... Maafin gue! Gue gak ada maksud apa-apa kok."

Ucap Satria dengan tubuhnya bersandar pada pintu kamar Ervin yang tertutup.

BRAK!

Pintu kamar Ervin terbuka dengan kasar, membuat Satria kaget dan langsung segera ia tutupi dengan senyuman.

"Nih!" Ervin melemparkan wig yang tadi ia pakai ke Satria yang dengan sigap menangkapnya.

"Vin?" Satria memasang wajah begonya saat memegang wig itu.

"Tuh! Silahkan cari banci yang mau pake tu wig saat gi jalan sama kak Satria?"

"Hah?"

END

A/N : halooo~ ada yang kangen sama pasangan ini?

Sebenarnya ini cerita terinspirasi dari gambar di mulmed loh. Ervin yg di gambar beneran sekarang rambutnya pirang panjang kayak cewek. Tapi tetep donk dia cowok. Bukan transgender.

Saya udah buat 2 oneshoot untuk cerita ini, jadi jangan nagih lagi ya? Janjinya kan 2 oneshoot dan udah END, gak ada lagi cerita Satria-Ervin lagi. Biarlah kalian yang bayangin kisah mereka bagaimana.

Yooo~ akhir kata, kasih vote dan komen sebanyak mungkin ya? Apa susahnya sih buat voment? Hm? Aku kurang baik apa sama kaliaaaannn?~~

Arigatchu~ :*

sIO

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top