Bab 7 - Retak

"Rasa takut akan kehilangan kadang menuntun seseorang bersikap berlebihan terhadap pasangan."

Taman ini cukup luas dan indah. Ada beragam jenis bunga dengan warna-warna cantik. Dari yang biasa ditemui sampai yang unik. Semua itu, menguarkan aroma harum yang manis dan menenangkan.

Ada pula banyak kupu-kupu beterbangan, entah bergerombol atau sendirian. Pohon-pohon hijau yang rimbun, menari-nari tertiup angin sepoi-sepoi.

Asha memandangi itu semua dengan takjub, apalagi pemandangan langit senja yang penuh palet jingga dan kuning. Tampak begitu cerah tentu indah.

"Wooow ...," gumam Asha yang belum kembalikan menunduk.

Cewek itu begitu terpukau, sampai-sampai dia menduga dirinya tengah bermimpi.

Dia menggerakkan kaki dan merasakan betapa lembutnya rumput hijau yang menggelitik. Tanpa komando atau alasan, cewek itu mulai berlarian sendirian. Pemandangan indah membuat suasana hatinya terhanyut akan kebahagiaan.

"Asha!"

Panggilan seseorang seketika menghentikan cewek itu yang tengah menari bersama kupu-kupu. Dia pun berbalik, matanya langsung membola.

Di depan sana, berdiri seorang cowok tampan berpakaian rapi lagi elegan. Keseluruhan busananya white-gold, tetapi bukan itu yang menarik perhatian Asha.

Senyuman. Orang bilang, senyum itu penuh kharisma, kan? Nah, itulah salah satu alasan kenapa dulu Asha bisa jatuh cinta sama Skylar. Senyuman tipis tetapi manis cowok itu seolah-olah mengandung kadar sihir tinggi sehingga menghipnotis siapa pun yang melihatnya.

"Sky?"

Asha heran, tetapi juga bahagia mendapati dirinya tidak di sini sendirian.

Matanya nyaris tak berkedip memandangi sang pacar. Benar-benar Skylar ini, proporsi tubuhnya yang pas membuatnya tampil bak pangeran kerajaan saat ini.

"Apa kabar?" tanya Skylar tanpa melunturkan senyumannya.

Asha mengernyit. Tidak biasanya Skylar mengawali pembicaraan dengan pertanyaan begitu. Walau jujur sih, dia senang karena itu artinya Skylar perhatian padanya.

"Baik," jawab Asha dengan sedikit ragu.

Sekarang matanya memicing, menatap penuh selidik pada cowok setinggi 180 sentimeter di depannya. Dia merasa ada yang aneh, tetapi entah apa.

Tiba-tiba, dalam gerakan yang tidak bisa diikuti mata, Asha merasakan area dadanya sesak lagi ngeri. Cewek itu seketika mengaduh sambil memegangi area yang sakit.

Dia menunduk ketika rasa sakit itu makin menjadi-jadi. Kemudian, Asha baru menyadari bahwa dia juga memakai setelan yang seragam dengan Skylar. Bahkan gaun panjang putih berhias ornamen gold yang membungkus tubuhnya terlihat begitu mewah.

Namun, sekarang berlumuran darah.

Ya, darah segar.

Asha memelotot ngeri melihat tangannya berlumuran darah. Lebih ngeri lagi, ketika ternyata darah itu bersumber dari dadanya.

Dengan takut, dia mengangkat kepala dan menemukan Skylar masih berdiri di depannya sambil melebarkan senyuman yang sama.

Namun, di tangan kanan cowok itu ada pisau berlumuran darah, sementara tangan kirinya menggenggam segumpal daging yang masih mengucurkan darah segar. Gumpalan itu membentuk love.

"Selamat tinggal, Asha. Sekarang hati kamu sudah kucuri dan kamu akan kesakitan selamanya."

Tiba-tiba lagi, ada petir yang menggelegar dengan kencang. Kemudian, latar belakang taman indah di sana, berubah drastis menjadi tanah gelap yang penuh dengan api dan lahar. Mirip di Dunia Bawah yang ada di film-film.

"Sky, Skylar!" teriak Asha di sisa kesadarannya. Nyawanya seperti akan tercabut sekarang saking begitu sakitnya.

Cowok yang sudah melangkah agak jauh itu berhenti dan berbalik. Sekarang di wajah tampannya ada seringaian menyeramkan yang membuat Asha ketakutan.

"Kamu tidak membutuhkan aku lagi, karena aku pun tidak sudi direpotkan olehmu mulai sekarang. Kita jalani hidup masing-masing."

"Lalu bagaimana dengan dua tahunnya kita?" Asha bertanya dengan cepat.

Tawa Skylar terdengar menggelegar, tawa yang menggema, tawa yang membuat bulu kuduk merinding.

"Dua tahun? Dua tahun aku menderita karenamu. Jadi, ini sebagai salah satu penebus kesalahanmu padaku!" Skylar lalu menjatuhkan gumpalan di tangan kirinya, kemudian menginjaknya dengan tidak berperasaan.

Setelah membuat gumpalan daging itu tidak berbentuk dan bercampur dengan tanah, Skylar berbalik, kembali melanjutkan langkahnya, yang ternyata menuju seorang cewek bergaun hitam-hitam dengan tampilan mirip nenek lampir.

Asha marah tentu saja. Dia hendak mengejar, tetapi langkahnya terhenti saat sebuah pisau yang digunakan Skylar tadi, meleset tepat mengenai keningnya.

"TIDAAAK!"

Jeritan Asha menggelegar memenuhi kamarnya yang luas lagi tertata rapi.

Cewek itu menarik-embuskan napas yang memburu. Badannya penuh keringat dingin. Wajahnya pucat pasi. Rambutnya berantakan.

Namun, yang paling dipedulikannya adalah kondisi badan. Dia meraba dadanya, jantungnya masih ada.

"Hati aku, hati aku diambil," racaunya secara tidak sadar. Dia masih ngeri kalau harus membayangkan lagi mimpi mengerikan itu.

Asha, Asha, sejak kapan hati itu letaknya di dada sih? Lagian, sejak kapan pula bentuk hati itu love?

Namun, sekarang cewek itu tengah panik. Dia bersyukur karena kejadian tadi hanya mimpi, tetapi karena mimpi itu pula dia jadi tidak tenang.

Dengan segera, dia mengambil ponsel. Jam di layarnya menunjukkan masih pukul 02.00, tetapi dia mana peduli. Dengan segera, cewek itu menemukan kontak sang pacar, dan langsung menghubunginya.

"Halo, Skylar! Kamu jahat, kamu biadab, kamu tega!" sembur Asha begitu telepon tersambung.

Terdengar suara kasak-kusuk di seberang sana. Kemudian, dengan suara beratnya, Skylar menyahut, "Iya, nanti aku beliin seblak sama martabak spesial."

Nyawanya masih belum terkumpul. Wajar, di baru tidur satu jam. Karena sehabis menemani pacarnya yang mendadak merajuk malam kemarin, dia langsung mengerjakan tugas.

"KAMU JAHAT POKOK! AKU BENCI SAMA KAMU!"

Jeritan itulah yang membuat Skylar seketika kembali ke kenyataan. Dia mengerjap dan merasakan matanya begitu pedih. Kepalanya juga nyut-nyutan. Namun, ada yang lebih bahaya sekarang.

Barusan suara pacarnya yang menjerit.

Skylar menatap ponselnya, tetapi sudah kembali ke layar kunci. Apa dia mengigau? Maka segeralah dicek di riwayat panggilan WhatsApp.

Dari banyaknya daftar riwayat panggilan, nyaris semuanya dari kontak yang sama, 'My Beloved Wife'. (Jangan salah, itu Asha sendiri yang memberi nama kontaknya.)

Panggilan terbaru dari Asha dilakukan beberapa detik lalu, itu artinya dia tidak melantur.

Skylar segera kembali menelepon Asha, tetapi semua panggilannya terus ditolak. Lelah sekaligus ngantuk, cowok itu melemparkan ponsel ke atas kasur, kemudian menarik selimut dan tidur.

Meninggalkan Asha yang mulai overthinking dan negatif thinking padanya.

***

Rasa takut akan kehilangan kadang menuntun seseorang bersikap berlebihan terhadap pasangan. Apalagi kalau dalam "pertanda" itu, diperlihatkan pasangan kita akan selingkuh. Beuh, Asha langsung mode pawang galak on.

"Yang, dilepas dulu dong. Aku kan mau pesanin makanan buat kamu sarapan. Kalau ditempelin gini, aku gak bisa ke mana-mana." Skylar berbicara dengan nada paling lembut, bahkan sambil mengusap-usap puncak kepala Asha—sebuah kegiatan yang disukai pacarnya.

Asha menepis kasar tangan Skylar. "Jangan sentuh aku!" titahnya garang.

Lah, yang sentuh-sentuh sampai nempel-nempel siapa coba?

Skylar menghela napas pasrah. Perutnya keroncongan, dia juga yakin Asha kelaparan. Kantin mulai penuh, antrean pun mengular. Jika dia tidak segera pergi, waktu istirahat mereka akan habis hanya karena Asha tidak mau melepasnya.

"Sayang, aku tahu kamu lapar banget. Jadi, sebagai pacar dan calon suamimu yang baik, aku harus pastiin perut kamu terisi," bujuk Skylar dengan nada yang lebih pelan lagi lembut.

"Gak! Biarin aku gak makan, daripada harus melepas terus kehilangan kamu!" Asha masih mengibarkan bendera perang.

Lama-lama Skylar makin bingung. Pacarnya ini sejak dijemput tadi pagi, terus pasang wajah jutek, nempelin dirinya terus, dan hal paling aneh, cewek itu mencecar dengan banyak pertanyaan yang semuanya bermuara pada: aku tidak ingin kita berpisah.

Asha nuduh dia selingkuhlah, berkhianatlah, apalah. Namun, Skylar hanya diam. Toh, pepatah diam itu emas memang benar. Lebih baik diam daripada mengucapkan sepatah kata yang berujung peperangan.

"Sayangku, tenang, aku gak akan khianati kamu. Aku gak akan ninggalin kamu. Aku janji, seumur hidup aku, cintaku itu cuma kamu."

Skylar mengeluarkan jurus pamungkasnya.

"Janji?" Akhirnya kegarangan Asha berkurang.

"Iya, sayangku." Skylar mengangguk yakin dan mengecup singkat kening pacarnya. Sontak saja pipi cewek itu memerah dengan tangan kanan refleks menyentuh jidat.b

"Sekarang, aku mau cari makanan dulu buat kita. Nanti aku siapin kamu, ya?"

Asha mengangguk ragu. Perlahan pelukannya pada lengan kanan Skylar mengendur, kemudian sempurna terlepas.

Skylar berdiri dari kursinya. Sebelum melangkah pergi, dia sempat tersenyum manis pada Asha. Harusnya itu berhasil menenangkan Asha, tetapi cewek itu malah teringat mimpinya semalam.

Memandangi punggung Skylar yang menjauh, membuat Asha makin ngeri karena mimpi semalam membayangi lagi.

Setelah kepergian cowok itu, Asha duduk sendirian di tengah keramaian. Dia menghela napas, mencoba berpikir yang baik-baik.

"Ih, kok dia bisa gitu, ya?"

"Gak sangka aku, mukanya polos, mulutnya pedas banget."

"Iya ya, mana yang dibentaknya itu orang yang udah lahirin dia ke dunia."

"Amit-amit, ih. Dia emang ular."

Asha mulai mendengar bisik-bisik miring yang mengganggu. Pasalnya, mereka berbisik-bisik sambil memandang sinis ke arahnya.

Ada apa?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top