Bab 3 - Badmood
"Sombong. Punya apa lo di dunia ini?"
Rabu ini jam pelajaran Olahraga dan kelas XI-IPS 3 kebagian praktik dasar-dasar gerakan dalam bola voli. Tentu cowok-cowok yang pertama unjuk diri. Asha berteriak heboh begitu pacarnya melakukan servis tiga kali dengan sempurna.
"Ayangku keren! Yang, sini, sini, siniii ihhh!" teriak Asha heboh sambil melambai-lambaikan tangan dan agak berjingkrak-jingkrak.
Beberapa pasang mata menatap padanya dengan beragam reaksi, tetapi cewek itu mana peduli.
Skylar mendekat dan keduanya pun berfoto beberapa kali.
"Ih, Ayang mah, kamu kurang senyum. Senyumnya lebarin dikit, kek!" protes Asha dengan bibir cemberut. Jari-jarinya dengan cepat menghapus setiap foto yang tadi diambilnya.
Skylar menghela napas. Padahal hari tengah panas, tetapi pacarnya tidak berhenti mencerocos. "Maaf," katanya. Tangannya terulur, mengelus lembut puncak kepala Asha.
"Diem ih!" suruh Asha yang sudah kepalang badmood. "Kamu foto dulu yang benar!"
Kembali, Skylar menghela napas. Kalau sudah begini, dia hanya bisa pasrah saja.
Mereka kembali berfoto, tepat di bawah bayangan pohon beringin yang rindang. Angin tiba-tiba bertiup kencang, menerbangkan beberapa helai rambut Asha. Sontak saja cewek itu menurunkan kamera dan menggerutu. Lagi-lagi acara swafotonya terganggu. Argh, itu benar-benar menyebalkan baginya.
"Angin sialan! Ganggu aja," gerutu Asha.
Skylar hanya bisa diam mematung di tempatny.
"Kamu juga! Ceweknya ngambek, bukannya ditenangin, malah cuek aja. Udah gak sayang aku lagi kamu, hah?" Asha menyemprot pacarnya yang tidak berbuat salah, bahkan cowok itu hanya diam saja.
Memang jadi cowok itu napas saja salah.
"Maaf," kata Skylar dengan tidak ikhlas. Dia juga sedang dalam suasana hati yang buruk karena ada masalah di circle-nya.
Seketika tatapan sinis lagi penuh selidik Asha terarah padanya, menghujaninya dengan aura penuh intimidasi.
"Kamu kok mukanya bete gitu? Gak suka aku ajak selfie, hah?" tuduh Asha.
Sontak Skylar menggeleng dan berupaya mengurangi kekesalan yang ditampilkan wajahnya. "Gak, Sayang, aku Cuma—"
"Cuma apa?" Asha meninggikan suara, menarik perhatian beberapa teman kelas mereka. Bahkan beberapa murid yang lewat di sekitaran lapangan juga mulai mencari tahu.
Sadar mulai jadi tontonan, Asha segera menarik tangan kanan Skylar dan meletakannya di atas kepalanya. Namun, muka cewek itu tidak bisa menyembunyikan suasan hatinya yang sedang buruk.
"Senyum dong, jangan cemberut gitu," bujuk Skylar. Dia berusaha memaksakan senyum tipis.
Terdengar decakan kesal yang keluar dari mulut Asha.
Salah lagi, batin Skylar. Lama-lama dia juga mulai kesal.
"Apaan? Biasanya juga kalau aku kesal, kamu ngebujuknya pake gombalan, kata-kata manis. Ini apaan? Kamu udah gak cinta ya sama aku?" Asha terus menuduh dengan gerutuannya.
Skylar mengembuskan napas kesal sepelan mungkin. Salah lagi, salah lagi. Lama-lama ganti gender juga gue, batinnya.
Melihat pemandangan pacarnya terarah ke langit, jelas saja kekesalan Asha makin menumpuk. "Resek!" Kemudian, dia melangkah pergi diikuti tatapan penasaran dari beberapa orang.
Menyadari ada yang tidak beres, Skylar hanya bisa berkacak pinggang. Dia sempat terdiam cukup lama, membuat beberapa cewek yang baru saja tiba di belakangnya kebingungan.
Skylar berdecak sebelum berbalik dan terkejut. "Eh, kalian?" sapanya sambil melebarkan senyum seramah mungkin.
Dilihat dari gelagatnya, ketiga cewek itu—sepertinya adik kelas—sengaja menemuinya.
"Ha–halo, Kak Skylar. Eee ...." Si cewek berambut dibelah dua terlihat begitu gugup.
"Kita mau minta foto!" sambung temannya yang diakhiri dengan cengiran lebar.
"Boleh." Skylar tersenyum.
Mau bagaimanapun, dia harus bersikap manis pada para fans.
Mereka pun berfoto beberapa kali.
"Whoaaa, hasilnya bagus bangeeet!" jerit si cewek berkepang dua. Dia terlihat begitu bersemangat sampai-sampai suaranya menarik perhatian beberapa orang. Termasuk tentu saja, Asha, yang mengamati mereka sejak tadi.
Melihat keakraban Skylar dengan beberapa cewek. Makin terbakarlah amarah Asha.
"O iya, Kak, Kak Asha-nya mana? Aku nge-fans banget sama dia. Pengin foto bareng, tapi sejak kemarin gak sempat minta foto terus," cerocos cewek yang paling tinggi.
Skylar menggaruk kepala. "Tadi dia pergi. Mungkin lain kali aja." Dia berharap semoga para fans tidak kecewa.
"Yaaah." Mereka tampak kecewa.
"Tapi gak apa-apa, deh. Foto sama Kakak juga udah seneng."
Mereka pun berbincang sesaat sebelum pamit pergi.
Ponsel Skylar bergetar di sakunya. Dia pun segera mengambil benda itu, siapa tahu ada pesan dari pacarnya. Namun, bukan, itu hanya notifikasi bahwa ada seseorang yang menandai akun Instagramnya. Yah, siapa lagi kalau bukan Asha.
'Siapa sih yang gak terbakar api cemburu pas lihat pacarnya dekat dan akrab sama cewek lain?'
Itu keterangan foto berlatar gelap yang baru saja diunggah Asha di instastory-nya.
Untuk yang kesekian kali, Skylar menghela napas. Memiliki pacar seperti Asha, sungguh menguji iman.
"Kayaknya, bakal ada drama baru lagi, nih." Nanza muncul dengan senyum miringnya. Tangan kanan cewek itu menggenggam ponsel hitam bermerek yang baru dibelinya beberapa bulan lalu.
Skylar tidak menanggapi. Dia hanya memasukkan ponsel setelah mengirim pesan pada Asha. Isinya adalah memperingatkan bahwa sekarang giliran para cewek yang praktik, tetapi pesannya hanya dibaca.
"Yang sabar, ya," sambung Nanza. Sepertinya ada beberapa hal yang harus dia katakan pada Skylar, tetapi terhalang keraguan.
"Dia pacar gue, kok." Akhirnya Skylar membalas. Mau bagaimanapun, dia tidak boleh terlihat sebagai pacar yang berimej jelek di mata siapa pun, termasuk teman-teman Asha.
Tawa kecil terdengar. Skylar menoleh dan menemukan cewek di sampingnya tengah menutupi mulut.
"Kenapa lo?"
Nanza menggeleng, senyumnya belum luntur. Senyum yang penuh maksud dan menyembunyikan sesuatu.
Kemudian, hening. Hanya ada keramaian anak-anak yang tengah mengisi lapangan, juga suara lamat-lamat dari keramaian di kelas yang jauh di sana.
"Lo gak capek apa pacaran sama cewek modelan kayak Asha?" Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Nanza.
Lama Skylar tampak berpikir, sebelum kemudian dia menjawab, "Gak, kok. Buktinya gue sama dia tahan hampir dua tahun."
***
Asha melempar kaleng minuman dingin yang baru dihabiskannya setengah. Benda itu melayang dan jatuh menimpuk seseorang yang kebetulan berjalan di bawah tangga. "Ups."
Cowok itu mendongak. Jaketnya terkena sedikit tumpaham minuman dingin sampai menembus ke seragamnya. Tatapannya begitu berbicara, seolah-olah menyampaikan kekesalannya.
"Sorry, gak sengaja," kata Asha dengan ogah-ogahan.
Diyan menghela napas. "Lo buta, ya? Buang sampah itu ke tempatnya, bukan ke gue. Otak lo di mana?"
Kata-kata pedas cowok itu sontak saja membuat Asha naik darah. "Ih, kok lo nyolot sih? Santai aja dong! Gue kan udah minta maaf, harusnya lo bersyukur kek!" protesnya dengan dongkol.
Lagi-lagi Diyan menatap dengan sepasang mata dinginnya.
"Heh, biasa aja dong! Gue lagi live Instagram nih, bisa-bisa lo viral kalau sampe nyari masalah sama gue!" ancam Asha yang sedikit berbohong.
Namun, dia buru-buru membuka aplikasi Instagram walau sedang tidak mood. Tadi dia sempat melihat unggahan terbaru foto pacarnya bersama beberapa fans yang bikin dia tambah kesal.
"Sombong. Punya apa lo di dunia ini?" balas Diyan dengan nada dingin.
Asha tambah kesal saja. "Ih, kok bisa sih gue satu kelas sama cowok resek kayak lo?" semburnya.
"Emang ini sekolah punya lo? Suka-suka gue lah, orang yang bayar sekolah itu gue kok."
Kedua tangan Asha mengepal kuat-kuat. Emosinya makin tidak terkendali terlalu lama mengobrol dengan Diyan. "Hilih, paling lo masih jadi beban orang tua!" Dia mencibir dengan sinis.
"Emangnya gue lo? Yang bisa ngerengek demi keinginannya terpenuhi." Sindiran pedas Diyan membuat Asha benar-benar lepas kendali.
Cewek itu segera berdiri, siap menghujani cowok menyebalkan di bawah sana dengan omelannya. Namun, sebelum itu terjadi, Diyan sudah lebih dulu melangkah pergi.
"Heh, cowok sialan!" jerit Asha.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top