Bab 11- Dugaan Buruk
"Rasa sakit kehilangan orang tua tidak terbandingkan oleh apa pun."
Asha
Kita putus aja!
Jantung Skylar terasa berhenti berdetak begitu membuka pesan yang dikirim pacarnya beberapa jam lalu. Hari telah malam dan dia menyadari kesalahannya, yakni batal menjemput cewek itu.
Ada alasan kenapa dia bisa ingkar janji, keadaannya pun sedang terbilang buruk. Mamanya baru saja meninggal beberapa jam lalu, di rumah sakit. Dia tidak bisa berjuang untuk melawan penyakitnya, meninggalkan sang adik yang masih kecil. Tentu saja, dirinya juga terpukul akan fakta menyedihkan itu. Apalagi ayah mereka sudah meninggal sejak enam tahun lalu.
Skylar mengusap wajah frustrasi. Rumahnya masih ramai oleh para pelayat juga keluarga yang mendadak datang untuk mengucapkan bela sungkawa atau turun tangan membantu pekerjaan.
Mamanya masih disemayamkan di rumah karena mereka baru sampai dari rumah sakit sejam lalu, tepat pukul 02.00 dini hari. Jadi, pemakaman akan dilakukan nanti pagi.
Cowok itu meletakkan ponsel yang sudah dimatikan di sampingnya. Kemudian, kedua matanya yang sembap menatap sendu pada wanita itu. Dia terbujur kaku, begitu tenang tertidur, dan pasti tidak merasakan sakit lagi.
"Mama ...." Suara Skylar bergetar dan terdengar memilukan.
Sejak tadi dia berusaha menahan dan menyembunyikan kesedihannya. Bagaimanapun, ada Cici yang tidak berhenti menangis sampai anak kecil itu tertidur di pangkuan bibinya.
"Mama, Cici ...." Skylar menelan kata-kata yang hendak dikeluarkannya. Tidak, dia tidak boleh merajuk apalagi komplain pada takdir Tuhan. Bagaimanapun, Dia pemilik takdir yang lebih tahu hal baik untuk setiap hamba-Nya.
Skylar menyedot ingus, kembali mencoba menguatkan hati yang rasanya sudah remuk. Dia menunduk, menyembunyikan air matanya yang bercucuran dan bertambah deras.
Setelah merasa sedikit tenang, Skylar mengangkat kepala lagi. Jujur, di saat seperti ini, dia membutuhkan sandaran. Dia butuh sosok seperti Asha yang akan menguatkannya.
"Mama, sekarang Mama udah gak harus nahan sakit lagi, ya? Mama udah sehat ...." Dia kembali terisak. Suara tangisnya mengalun pelan di ruangan yang sepi itu.
Orang-orang sedang sibuk di ruangan lain, para pelayat yang mengaji juga sudah selesai dan membubarkan diri. Jadi, Skylar bisa lebih leluasa "berbicara" berdua dengan mama tercintanya.
"Ma, sekarang Skylar sendiri. Apa Skylar bakal kuat, Ma?" Air mata seolah-olah tak akan henti mengalir, membuat pandangan cowok berbaju putih itu kabur.
Dia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara perlahan. "Apa ... apa Sky bisa membahagiakan Cici? Apa Sky bisa menjamin masa depannya?"
Keluarga mereka terbilang berada, apalagi harta warisan turun sepenuhnya pada Skylar dan Cici. Namun, tetap saja Skylar tidak bisa berhenti memikirkan adiknya. Anak kecil yang lucu itu pasti akan kesepian sejak hari ini, dan entah akan sampai kapan.
"Ma, maafin Sky yang belum bisa bikin Mama bangga lihat Sky nerima piala penghargaan pas kenaikan kelas di panggung. Skylar janji, akan sekolah yang benar dan akan terus banggain Mama sama Papa walau kalian gak bisa lihat Sky secara langsung."
Mendadak kepalanya terasa begitu pusing. Lelah karena mengurus kepulangan mamanya seorang diri, ditambah pukulan telak karena kehilangan membuat mentalnya terguncang.
Rasa kantuk akhirnya mulai menyerang, tetapi dia enggan beranjak dari sana. Jadinya, dia memaksakan tidur sambil duduk dengan tangan menopang kepala.
"Asha ..., aku butuh kamu." Di tengah sisa kesadarannya, Skylar masih sempat mengingat cewek yang dicintainya.
***
Hari ini pelajaran Sosiologi terasa memusingkan dan menyebalkan. Asha merasa ingin cepat-cepat meninggalkan kelas dan lari ke mal.
"Paguyuban atau disebut juga gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama, di mana setiap anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga, kekerabatan, atau rukun tetangga. Sementara itu, patembayan atau disebut juga gesellschaft adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu pendek. Ini bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contoh, ikatan antara pedagang atau organisasi dalam suatu pabrik."
Guru terus menerangkan soal bab yang diajarkan pekan ini. Namun, Asha adalah satu-satunya murid cewek yang tidak bisa menyimak sama sekali.
Mendengar kata cinta, pacarnya itu belum juga membalas pesan ajakan putus darinya. Eh, pacar? Lho, kayaknya yang tepat itu calon mantan pacar. Asha sudah tidak betah soalnya kalau tidak diprioritaskan lagi.
Huh, pasti sekarang itu cowok lagi pacaran sama cewek lain. Dasar, semua cowok sama aja!
Asha membatin dengan emosi menggebu-gebu. Pikiran buruk membuatnya tanpa sadar meluruhkan air mata, sampai-sampai isakannya didengar oleh orang lain.
"Asha, kenapa?" tegur Bu Vivi dengan kening mengerut.
Asha kaget, langsung mengusapi wajahnya yang basah oleh air mata. "Eh, gak kok, Bu."
"Paling dia kangen pacarnya, Bu, kan hari ini Skylar izin hadir," celetuk murid cewek yang adalah sekretaris kelas.
Seketika kelas dipenuhi sorakan.
Cewek itu mungkin berniat bercanda, tetapi Asha merasa terpojokkan sekarang. Dia berusaha tersenyum meski malu dan kesal setengah mati.
"Sudah-sudah, kita fokus lanjut bahasan, ya," sela Bu Vivi yang terpaksa diangguki seisi kelas XI-IPS 3.
Informasi yang didapat Asha hanyalah tadi, dari sekretaris kelas yang mengabarkan bahwa ada surat izin dari Skylar. Ponsel cowok itu tidak aktif, semua sosial medianya juga. Bahkan, meski Asha terus menyepam WhatsApp Skylar dengan semua pesan berisi ungkapan hatinya, cowok itu belum juga memunculkan diri.
Asha makin marah saja. Pikiran buruknya mulai ke mana-mana. Dugaan bahwa Skylar berniat meninggalkannya makin menguat, seperti di mimpinya waktu itu.
Dia meletakkan buku di depan wajah dan menyembunyikan wajahnya untuk lanjut menangis. Dia tidak memiliki teman sebangku karena kursi itu hanya harus diduduki oleh Skylar, haram kalau ada orang lain yang menduduki.
Sampai siang hari, Skylar belum juga bisa dihubungi. Akhirnya Asha bertekad untuk mendatangi rumah cowok itu saja. Dia akan minta putus secara langsung biar ada kejelasan terus dia bisa cari pengganti.
Sekarang ini, Asha sedang menunggu jemputannya di bawah pohon dekat gerbang masuk. Dia sibuk main ponsel untuk menyibukkan diri.
'@gossipstar.HS: Omegat, omegat, omegaaat! Kak sky.loveasha ke mana sih? Ini Kak Asha-nya sampe nangis sendirian di kelas. Aduh, kalian lagi berantem kah? Duh, jangan lama-lama ya, marahannya. Kasihan Kak Asha lho. Dia kelihatan murung banget di sekolahT_T.
Kak @ as.asha_sharisha, hug :) Gak ada nunggu dan rindu yang enak ya, Kak?'
Asha menutup Instagram setelah membaca caption tersebut dan melihat cepat komentar yang membanjiri unggahan. Dia mendesah lelah lalu mendongak tepat saat mobil Alphard hitam menepi.
Hari ini, karena tidak dijemput Skylar, dia terpaksa berangkat diantar sopir pribadi. Jadinya, perjalanan terasa begitu membosankan.
Dalam perjalanan menuju kediaman Skylar, Asha kembali berusaha menghubungi cowok itu meski sia-sia. Semua panggilan dan pesannya terabaikan. Dia berdecak malas lalu bersedekap dengan jengkel.
Sepuluh menit kemudian, mobil memasuki halaman parkir yang hari ini dipenuhi banyak kendaraan. Ada bendera kuning terpasang yang baru terlihat oleh Asha saat cewek itu sudah turun dari mobil.
Tiba-tiba jantungnya terasa berhenti berdetak selama sepersekian detik saat sebuah dugaan buruk mampir di kepalanya.
"Skylar ... Skylar gak mungkin, kan? Gak, gak mungkin!" Asha berteriak histeris, lalu berlari memasuki rumah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top