18 - Syuting

"Hatters memang selalu punya bahan untuk menghujat."

Skylar tampak sibuk dengan ponselnya, sampai-sampai kedua alisnya bertaut. Matanya juga tak lepas dari layar sejak beberapa menit lalu.

"Aduh!" Dia terlihat kesal sekaligus kecewa lantaran notifikasi 'defeat!' yang berbunyi nyaring, menandakan bahwa timnya kembali kalah.

"Tier-ku turun lagi, kan. Ah, sebel banget! Padahal teman-temanku udah sampai mythic, masa aku masih di epic sih? Kan, malu." Cowok itu mencerocos, bermonolog.

"Ayaaang!" Asha masuk sambil memanggil manja.

"Kenapa, Sayang?" Wajah Skylar langsung berubah cerah meski demi menyambut pacar kesayangannya.

"Masa ih ada yang doain kita putus. Resek banget gak sih? Kenal aja gak, kok berani komen-komen gak bener," adu Asha yang niatnya sengaja menyindir para hatters.

Senyum Skylar melebar. "Gak usah ditanggapi. Doa yang bakal dikabulkan kan yang baik-baik. Jadi, selama aku cinta kamu dan kamu cinta aku, gak akan ada kata putus, oke?" hiburnya sambil menatap lekat-lekat wajah imut sang pacar.

"Hmm, kamu benar, Yang." Asha lalu merentangkan tangan, minta peluk.

Skylar berdiri dan keduanya berpelukan selama beberapa detik.

"Kamu kok kelihatan bete gitu?" selidik Asha sambil mengernyit.

"Oh, iya nih. Aku kesal karena rank-ku gak naik-naik, malah naik-turun dan balik ke epic, nih. Kesal banget gak sih? Aku push kayak sia-siain waktu doang," jelas Skylar dengan ekspresi mendukung.

"Hmm, emang yang paling benar itu habisin waktu kamu sama aku." Asha memeluk lengan sang pacar manja.

Kemudian, terdengar suara yang agak mencurigakan. Samar-samar tetapi Skylar bisa tahu itu suara apaan.

"Double kill!"

"Triple kill!"

"Maniac!"

"Savage!"

"Victory!"

Skylar bertepuk tangan sambil geleng-geleng takjub. Sekarang mereka berpindah tempat ke ruangan lain.

"Kelaaas," sanjung Skylar.

Diyan berdiri dan melebarkan senyum. Para penonton video nanti pasti kaget saat adegan ini.

"Udah tier apa lo?"

"Mythic I dong," jawab Diyan sambil menunjukkan layar beranda akun Mobile Legend-nya.

"Hebat! Kok, bisa sih? Dijokiin?" tanya Skylar dengan raut penasaran.

"Gak lah, malah yang ada gue yang jokiin akun orang," beber Diyan.

Sebenarnya dia menolak berkali-kali untuk tampil di depan kamera mempromosikan jasanya langsung. Ini agak memalukan baginya.

"Serius lo?" Skylar buru-buru mengeluarkan ponsel dan menunjukkan akun Mobile Legend-nya.

Diyan mengangguk mantap. "Gue jamin akun lo bisa naik mythic."

"Keren! Terus soal harga?"

Kini, giliran Asha yang menjawab karena dialognya agak panjang dan belibet sehingga di percobaan pertama dan kedua syuting, Diyan mengalami kegagalan.

"Tenang, Yang. Aku barusan udah kepoin @jokiingue di Instagram dan price list-nya bikin ngiler semua. Nih, karena aku juga sayang sama para pemirsa, kutampilin deh. Gimana, murah meriah, kan? Keluar duit dikit, tetapi akunmu auto mythic. Waduh, yakin kesempatan ini mau lewat?" Asha geleng-geleng, mendalami dialog. "Kalau kamu penasaran, bisa cek langsung aja ke akun Instagram-nya."

"Bro, karena gue udah ketemu sama lo, jadi sekarang aja jokiin akun gue, ya?" Skylar duduk di samping Diyan.

Cowok itu mengangguk. "Boleh. Nanti kirim aja email. Tenang, gue amanah kok, gak bakal apa-apain akun lo."

"Sip. Gue transfer langsung sekarang. Pokoknya lo bikin akun gue sampai mythic, oke?"

Cerita selanjutnya, dua cowok itu asyik main. Terdengar suara 'victory!' berkali-kali dan Skylar yang tampak kegirangan.

Sementara itu, di pojok ruangan, Asha akting sebete mungkin. Matanya berkaca-kaca, mukanya kelihatan keruh. Sambil mengupasi kuaci, dia menatap penuh cemburu pada dua cowok yang dalam sekejap kelihatan akrab itu. Bahkan, sekarang mereka ber-tos heboh.

"Apalah aku, yang ibarat kulit kuaci, cuma pengganggu dan harus dibuang ke tempat sampah."

Setelah video diedit, ketika Asha mengucapkan itu, layar mendadak hitam-putih disusul gelegar petir dan awan mendung. Lalu, terputarlah lagu "Kekasih yang Tak Dianggap".

Merasa ada hawa-hawa tak enak, Skylar otomatis berbalik dan mengedarkan pandangan untuk mencari sang pacar. "Sayang!"

Asha berjalan mendekat sambil memasang wajah sedih yang berlebihan. "Sayang, sejak kapan kamu akrab sama dia?"

"Lah, kan sejak kelas dua, kita temenan, sekelas. Kok mendadak amnesia ih, Yang?" balas Skylar.

Asha pura-pura menyedot ingus. "Diyan, teganya kamu jadi orang ketiga, merebut Skylar dariku!"

"Ambil balik aja," balas cowok itu dengan cuek. "Lagian sejak kapan gue jadi orang ketiga di antara kalian? Aneh."

"Kamu serius? Tapi, waktu itu kan ... ada yang sebar foto kita pas kamu ngejar aku." Asha sekarang menyindir alasan utama kenapa mereka syuting video ini.

Diyan menghela napas setelah menyelesaikan pertandingan. "Gue dapat amanah dari cowok lo buat jagain lo. Yakali lo pulang sendiri gue biarin? Bisa-bisa nanti gue digorok sama cowok lo."

"Ayang bener?" Asha menatap Skylar.

Skylar mengangguk. "Kan, waktu itu kamu lagi ngambek. Maaf ya, bikin kamu ngambek karena akunya lagi berduka banget." Dia beranjak mendekati Asha.

Diyan kembali fokus ke ponsel, sementara pasangan itu sudah bucin-bucinan di akhir video.

Ketika video itu diunggah, banyak reaksi yang membanjiri kolom komentar. Sebagian merasa lega karena ternyata itu hanya kesalahpahaman, juga Diyan dan Skylar sahabatan. Sebagian lagi menghujat karena bisa-bisanya Asha menyatakan cuti—ini Dyra yang bilang ke sosmed—tetapi mengunggah video pribadi, pakai acara promosi segala lagi. Hatters memang selalu punya bahan untuk menghujat. Sisanya adalah kaum-kaum muda yang tertarik dengan promosi dan langsung membanjiri lapak Diyan.

Sementara itu, syuting selesai malam. Diyan berniat langsung pulang karena merasa tidak punya kepentingan lagi, juga seolah-olah tersisih di antara pasangan bucin. Memang tadi dia sempat ngobrol dan menemani Radit yang tengah mengedit video. Cowok itu merangkap tugas sebagai kameramen dan video editor. Namun, sadar dia makin sibuk karena Asha minta kerjaan cepat—tentu dengan imbalan setimpal.

"Udah, ya."

Langkah Diyan tertahan saat hendak mencapai motor. Dia berbalik. "Makasih."

Asha mendesis. "Pintar sih lo, manfaatin gue," sindirnya sinis.

Diyan cuek saja. Membalas pun akan bikin mereka debat dan tenaganya terbuang percuma.

Cowok itu segera mengendarai motornya meninggalkan halaman rumah megah Skylar.

"Dia pergi?" Skylar muncul di sisi kiri Asha.

Asha mengangguk, langsung memeluk lengan Skylar. "Moga habis ini kita bisa sedikit tenang, ya?"

"Hmm." Skylar mengelus puncak kepalanya.

Sepoi angin malam mengantarkan dingin yang lumayan menggigit, tetapi langit tengah cerah sehingga menampilkan pemandangan indah. Bintang-bintang berlomba menjadi yang paling terang dan menyihir para penonton.

"Mau pulang jam berapa?" tanya Skylar.

"Hmm, sejam lagi. Aku masih kangen sama kamu," jawab Asha.

Keduanya pun melangkah masuk.

Sejam kemudian, Skylar mengantarkan Asha dengan motor, atas permintaan cewek itu. Sementara sopir Asha dibiarkan membuntuti mereka.

Skylar tidak mampir dulu karena sudah malam dan Cici tidak bisa tidur sendirian. Jadi meski berat, Asha pun merelakan pacarnya pulang.

Wajahnya masih cerah saat berjalan menuju pintu rumah, tetapi hal itu cepat lenyap saat mendengar keributan di dalam.

Dia tentu mengenal kedua suara itu, bahkan kebiasannya yang suka saling berteriak tanpa tahu waktu, seperti sekarang.

"Cerai aja kita, Mas! Aku udah gak tahan sama kamu!"

"Oke! Saya juga gak tahan sama istri bejat macam kamu! Bagus, saya capek-capek kerja, kamu malah main sama pria-pria di luaran sana!"

"Kamu pikir aku juga gak tahu kelakuan bejat kamu, hah? Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat kamu bercumbu dengan sekretarismu di kantor. Kamu tampak menikmatinya, Mas! Bejat kamu!"

Hening selama beberapa saat.

"Akan kutalak kamu nanti!"

"Bagus! Dengan begitu aku bisa bebas dari ikatan sialan dari kamu!"

"Oh, ikatan sialan? LALU KENAPA SELAMA INI KAMU BERTAHAN, HAH? Apa karena Asha? Asha bukti kamu senang bertahan sama pria kaya macam aku, kan?"

"Ini gak ada hubungannya sama dia! Lagian aku terpaksa melayanimu, Mas. Aku masih belum mau punya anak, sementara aku tidak bisa melawan pria keras kepala sepertimu!"

Hati Asha terasa berdenyut ngilu mendengarnya. Dia memang tidak pernah diinginkan, bahkan sebelum lahir ke dunia. Kok matanya terasa memanas?

Sialan!

"Aku minta cerai! Urus itu segera! Aku gak peduli kalau kamu mau ambil Asha. Dia tak lebih hanya akan jadi beban kalau ikut sama aku!"

"Cerai aja kalian. Dasar bocah!" jerit Asha, meluapkan sedikit emosinya meski belum puas. Dia ingin mengeluarkan semua kata-kata kebun binatang, tetapi saat ini hatinya menginginkan hal lain.

"Tuh, anak kamu aja udah dukung keputusanku!" bentak Niken, kalap. Dia masih marah pada Asha atas kejadian tempo hari. Di tempat kerjaan digibahkan, diputuskan sumber uangnya dengan memalukan, belum lagi hujatan para netizen.

"Satu lagi, ajarin bocah itu tata krama! Kamu gak becus banget urus anak satu, sampai akhlaknya begitu tercela!" Niken bicara dengan tegas dan penuh amarah.

"Bukannya itu tugasmu, hah? Kamu ibunya—"

"Memang aku yang telah melahirkannya, tetapi aku tidak sudi menjadi ibu dari seorang anak tolol seperti dia!"

"MATI AJA KALIAN BERDUA!" jerit Asha sebelum membanting pintu dengan sangat kencang.

Namun, kedua orang tuanya hanya berhenti sesaat. Mereka kembali berdebat, balas berteriak, balas mengumpat, balas menyalahkan, sampai bermenit-menit.

Asha tidak tahan dan tidak tahu sampai kapan bisa bertahan di rumah ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top