BAGIAN 1

"Kami berharap bapak dan ibu bisa ikut menghadiri acara resepsi di pihak kami nanti." Bu Harso mengundang pihak keluarga Pak Ramli.

"Berarti kami harus datang saat acara temu panggih?" tanya Bu Ramli.

"Iya Bu," jawab Bu Harso sambil tersenyum.

"Acara temu panggih diadakan hanya sehari setelah akad nikah, itu artinya belum 40 hari mereka menikah. Tidak boleh kedua orangtua saling bertemu sebelum 40 hari pernikahan." Bu Ramli menjelaskan mengenai tradisi dalam masyarakat Jawa yang masih mereka pegang teguh hingga sekarang.

"Oh maaf bu, bukan kami tidak berkenan untuk hadir, namun bukankah pihak keluarga laki-laki dan perempuan tidak boleh bertemu dulu selama 40 hari setelah akas nikah?" Pak Ramli segera mengambil alih pernyataan istrinya.

Pak Harso dan Bu Harso terhenyak mendengar jawaban dari kedua orangtua Bagus ini. Sebenarnya sudah lama keluarga mereka mengetahui ada adat istiadat seperti itu, namun mereka tidak mengira jika bakal berada dalam situasi seperti sekarang ini. Keluarga calon menantu mereka ternyata masih memegang tradisi yang sama. Dan ini sangat merepotkan.

Hampir saja Bu Harso ingin menyahut jawaban Pak Ramli tadi, tetepi segera Pak Harso memegang tangan Bu Harso, kode untuk mengurungkan kalimatnya. Pak Haryo hanya tidak ingin terlibat konflik. Kasian Bagus dan Ayu jika sampai terjadi konflik menjelang mereka menikah.

Pak Harso hanya mengangguk sambil tersenyum. Dia tahu bagaimana gejolak hati istrinya saat ini, namun untuk berdebat di acara keluarga seperti ini bukan sesuatu yang elok.
*****

Di mobil, dalam perjalanan pulang dari acara 'mbalekno lamaran' tadi semua hanya terdiam dalam pikiran masing-masing. Bagi Bu Harso sangat tidak masuk akal di zaman komputer seperti sekarang masih memegang tradisi seperti itu. Sementara Ayu larut dalam pikiran tentang kemungkinan terjadinya konflik diantara keluarganya dan kedua orangtua Bagus.

Ayu sangat mengenal karakter masing-masing kedua orangtuanya serta kedua calon mertuanya. Mereka sama-sama berwatak keras. Dan sekarang mereka berdiri di sisi yang berseberangan. Ayu tidak sanggup jika hari-hari menjelang pernikahan yang akhirnya bisa disetujui itu harus dibumbui oleh konflik keluarga.

*****

"Pokoknya ibu ndak mau tau, nanti waktu resepsi pernikahan mereka harus bisa hadir di pelaminan," ceracau Bu Harso sembari memasuki rumah.

Ayu hanya terdiam. Tidak sanggup menyanggah ibunya namun juga tak kuasa menyanggupi keinginan ibunya itu.

"Ribet sekali zaman sekarang masih ngikuti tradisi-tradisi aneh seperti itu. Apa ya dosa kalo sampai melanggar?" lanjut Bu Harso.

Semua hanya terdiam tak terkecuali Pak Harso, ayah Ayu. Semua mengetahui jika Bu Harso memiliki watak yang keras, tidak suka jika pendapatnya disanggah.

"Tapi Bu, hadir atau tidak saat acara resepsi dan duduk di sisi pelaminan itu bukan hal yang penting kan. Yang terpenting anak-anak kita bisa menikah dengan laki-laki yang baik dan bertanggung jawab." Pak Harso akhirnya angkat bicara untuk menyampaikan pendapatnya.

"Ya jelas penting to Pak," seru Bu Harso.

"Acara ini itu acara mantu pertama kita, 'kudu geden' diselenggarakan besar-besaran. Kita pasti mengundang tamu penting, harusnya calon besan kita mengerti jika Bapak itu bukan orang sembarangan, punya jabatan," lanjut BU Harso panjang lebar.

Baik Pak Harso dan Ayu merasa tak mungkin lagi mendebat ibunya. Mata Ayu mulai terasa menghangat, air matanya mulai mengembang dan berusaha untuk berebut mengalir keluar menuju pipinya. Tidak diduga bahwa akan terjadi keadaan ini. Ayu merasa harus ada pembicaraan penting dengan Bagus mengenai masalah ini. Ayu segera berlari menuju kamarnya untuk menyembunyikan air matanya dari kedua orangtuanya.

Segera Ayu mengambil gawainya. Diketiknya sebaris pesan kepada Bagus.

'Aku ingin bertemu, segera!' Bunyi pesan singkat yang dikirimkan Ayu kepada Bagus, calon suaminya.

Ayu sengaja tidak menelpon Bagus, karena belum sanggup menahan emosi sejak sepanjang perjalanan pulang dari rumah Bagus tadi. Bagus sempat mengatakan mengenai beberapa tradisi yang masih dipegang erat oleh kedua orangtuanya. Bagus juga sempat mengatakan mengenai tradisi masih bisa dibicarakan, yang penting mereka bisa segera menikah dengan sah. Namun ternyata sekarang Bagus juga tidak bisa berbuat apa-apa, seperti dirinya yang juga tak sanggup mengajak ibunya sekedar memikirkan jalan tengah.

Bagus dan Ayu sudah cukup lama diminta menunggu oleh keluarganya ketika ingin mengakhiri masa lajangnya. Bagus memutuskan melamar Ayu setelah tiga bulan sejak pertemuan pertama mereka. Bagus merasa Ayu adalah wanita yang tepat untuk mendampinginya. Namun keluarga Ayu menunda rencana mereka dengan alasan Bagus dan Ayu baru kenal dan meminta mereka untuk bisa lebih mengenal kepribadian masing-masing.

Ayu manut dengan keputusan keluarganya, untuk menunggu setidaknya selama satu tahun untuk lebih mengenal kepribadian masing-masing. Banyak hal dipelajarinya dari Bagus dan keluarganya selama mereka saling mengenal, termasuk didalamnya keluarga Bagus yang masih sangat teguh memegang adat istiadat yang berlaku secara turun temurun di wilayah mereka.

(Bersambung)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top