1. Kai Elian - Teori Tawa
Judul: "Teori Tawa dan Cara-Cara Melucu Lainnya"
Pengarang: Kai Elian (KaiElian)
Genre: Young Adult
Tahun: 2022
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah: 288 Halaman
ISBN: 978-602-06-5749-3
Blurb:
"Semua orang beranggapan hidup Kuma itu seru. Papanya pelawak senior. Ibunya presenter terkenal. Adiknya YouTuber dengan jutaan subscribers. Bahkan si bungsu punya ratusan penggemar! Cuma Kuma yang beda sendiri. Bukannya bikin orang tertawa, dia malah cuma bisa bikin mereka muntah-muntah (true story).
"Masalahnya, Kuma harus tampil di Ketawa Ketiwi, acara lawak yang digagas keluarganya. Kalau gagal melucu, Kuma terancam bikin malu keluarganya!
"Lalu Kuma bertemu Bo, cowok misterius yang tak bisa tertawa karena pikirannya digerogoti monster dari masa lalu.
"Pertemuan mereka menantang Kuma untuk membuat Bo tertawa. Dua sosok berseberangan ini saling mendukung dalam usaha memecah tawa, tanpa mengetahui rahasia-rahasia yang akan menguji persahabatan mereka."
***
OK, aku mau bercerita beberapa hal dulu sebelum mengulas "Teori Tawa". Kai Elian adalah penulis yang menyelamatkanku di dunia menulis—even he didn't realize. Aku sudah menceritakan ini kepadanya, tapi aku tak bosan untuk berbagi kepadamu.
Dulu, awal aku menginjak dunia menulis pada Desember 2021, aku dikejutkan dengan dunia Wattpad yang amat keras dan tidak ramah. Tidak jarang aku menemui penulis yang sombong atau sinis. Selain itu, tulisan mereka, ya, sangat sulit dipahami oleh seorang pendatang baru seperti aku. Singkat cerita, aku mencari di bilah pilihan Wattys 2021 untuk mencari bacaan. Dari lima puluh pemenang, perhatian tertambat pada novel berjudul "Enigma" karya Kai Elian. Meski aku bukan penggemar misteri, aku terbuai ketika membacanya.
Selain tulisan yang membius dan mudah dimengerti, aku kagum dengan Kai Elian karena keramahan. Dia amat baik dan sering berinteraksi dengan pembaca. Bahkan, aku sampai diikuti balik, lalu langgeng berinteraksi hingga sekarang. Sampai, tak jauh dari awal interaksi kami, Kai Elian memberikan kabar baik kalau dia menerbitkan novel pertama di penerbit mayor, yaitu Gramedia Pustaka Utama. Novel yang terbit bergenre young adult, bukan genre kesukaan, tetapi karena ditulis oleh Kai Elian, aku tak ragu untuk membelinya.
Oh ya, apakah aku sudah bilang bahwa "Teori Tawa" adalah novel pertama yang kubeli? Dan karena novel tersebut, aku menjadi jatuh cinta ke dunia membaca. Karena itu, resensi ini akan sangat menarik.
Sinopsis
Tidak lucu di antara anggota keluarga yang amat lucu adalah musibah bagi Kuma. Apalagi, ia harus tampil di acara TV yang diadakan oleh sang ayah. Ia tak mau menghancurkan citra keluarga, termasuk dirinya. Di sisi lain, seorang pemuda yang hidup di ambang kesengsaraan, Bo, ia harus segera diselamatkan sampai-sampai takut untuk tertawa, bahkan sudah tidak bisa.
Ketika terimpit masalah yang harus segera diselesaikan dalam waktu dekat, takdir mempertemukan Kuma dan Bo. Di sebuah kafe, Kuma akan belajar melucu, sedangkan Bo berusaha menyelamatkan hidup. Secara tidak langsung, Kuma akan membuat Bo bisa tertawa lagi di suatu titik.
Agar menemukan konsep tertawa yang sebenarnya: let if flow, Kuma dan Bo akan menghadapi masalah masing-masing. Mereka saling mengerti masalah yang sebenarnya ada di dalam diri mereka. Hingga keduanya berhasil mencapai tujuan melalui usaha yang tak singkat, Kuma dan Bo sadar, ada yang lebih penting daripada tujuan awal mereka, yaitu kepercayaan.
Kelebihan
Bagian ini akan sangat panjang. Ya, apa yang bisa kamu harapkan dari seorang Kai Elian? BANYAK! Dan semua harapanmu akan terpenuhi.
Baru membaca bab pertama, kamu akan menemui Bo yang akan bunuh diri dengan menenggak racun serangga. Di dalam bab tersebut, kamu akan disuguhi betapa kacaunya hidup Bo termasuk sang abang dan ayah. Lalu bab berikutnya beralih ke Kuma, kamu akan disambut dengan adegan kocak yang tidak setengah hati. Sangat ngakak! Dari hook semacam itu, Kai Elian berhasil memancing pembaca untuk terus membalik halaman, sekaligus menjelaskan masalah yang akan masing-masing tokoh hadapi.
Semakin membuka lembaran, aku sadar, "Teori Tawa" ditulis dari sudut pandang orang pertama. Awalnya, agak kurang meyakinkan, namun kamu akan menyadari bahwa sudut pandang akan berganti antara Kuma dan Bo. Bo untuk bab genap, sedangkan Kuma ganjil. Bagiku sebagai pemula, penyajian semacam ini amat segar, apalagi ketikan seluwes Kai Elian, makyus parah sampai kamu tak rida untuk melepaskan sebutir huruf.
Tokoh yang dimainkan juga amat nyata. Pembaca tidak dibebani deskripsi yang berat. Meski begitu, tokoh benar-benar bisa dibayangkan. Bahkan ketika berbicara, mereka amat berkarakter dan logis. Suka sekali! Apalagi setiap latar belakang tiap tokoh, amat jelas dan menyentuh.
Kai Elian juga memberikan ilmu kepada pembaca, selain hiburan tentunya. Fenomena depresi dibahas dengan komprehensif, termasuk stand-up comedy dan segala teknik. Aku bahkan sempat menyangka, Kai Elian adalah komika. Namun, nyatanya tidak. Kai Elian berhasil melakukan segudang riset. Bahkan tentang lawakan, amat niat, sampai-sampai kamu akan dibuat tertawa ketika membaca. Ingat sekali, lawakan (sebenarnya tidak ada yang mau melawak pada bagian itu) ketika Bo ditanya oleh Kuma tentang nama. Bo yang socially awkward menjawab dengan terbata-bata, "Bo ... Bona ... Bo." Dan degan polosnya, Kuma bilang, "Namamu Bonabo?" NGAKAK! Ya ampun, padahal itu katanya si Kuma tidak bisa melawak, tapi dengan polos, dia berhasil bertingkah lucu. Lalu bagian lawakan Kai Elian memasukkan pujian tentang dirinya, "Kalian tahu Kai Elian? Penulis yang ganteng, tinggi, putih, tapi bukan bihun—" Ya ampun, ngakak banget! Kai Elian berhasil membawakan "Teori Tawa" sebagai novel depresi sekaligus stand-up comedy.
Tentang deskripsi, aku suka sekali dengan cara Kai Elian menggambarkan tokoh dan latar. Amat efektif. Tidak panjang, namun sangat jelas. Hampir dua paragraf saja, namun kejadian sangat nyata bermain di otak. Salut sekali! Sampai, kamu akan dibuat membaca tiap kata saking enak dan mudah kalimat ditelan. Oh ya, apalagi page turner. Kai Elian berhasil membuat peristiwa pembalik halaman sampai aku yang awalnya niat baca hanya empat bab, malah kebablasan baca sampai tamat. Gokil banget!
Lalu plot, Kai Elian adalah juara. Peristiwa ditulis menggunakan diagram ketegangan yang sesuai. Tidak selalu tegang, namun tidak juga terlampau santai. Novel dibuka dengan konflik. Titik tengah yang amat mendebarkan, sekaligus klimaks yang membuat air mata berlinang. Hingga akhir yang win-win bagi banyak pihak, aku sangat mengapresiasi Kai Elian dalam pemilihan momen. Oh ya, aku ingin menggambarkan klimaks. Kuma akan bisa melucu, dan Bo akan bisa tertawa. Aku ingat sekali, aku sampai tertawa haru saking senangnya menyaksikan momen itu. Ah, kamu harus membaca bagian itu, asli!
Dan terakhir adalah amanat. Apa guna novel tanpa nilai positif yang bisa diambil? Karena itu, Kai Elian memberikan banyak pesan. Tentang depresi dan bagaimana untuk berbaikan dengan masa lalu. Tentang perjuangan, apalagi menangani masalah. Tidak ada yang namanya menyalahkan diri sendiri atau takdir. Semua musibah dan keterbatasan harus ditangani dengan kerja keras dan usaha karena siapa lagi yang bisa mengubahnya selain dirimu? Sangat cerdas! Welldone!
Kekurangan
Hampir tidak ada kekurangan di "Teori Tawa", hanya satu. Di bagian pascaklimaks, aku merasa sedikit terburu-buru, namun setelah aku konfirmasi kepada Kai Elian, ternyata disebabkan pemotongan jumlah kata dari penerbit. Berarti, novel ini hakikatnya tidak memiliki kekurangan dalam versi orisinal. Mantap!
Pesan dan Kesan Subjektif
Aku tidak menyesal membeli "Teori Tawa". Aku belajar banyak hal dari novel tersebut, termasuk dari sang penulis. Oh ya, mungkin aku akan sering menyampaikan ini kepada Kai Elian, "LUCU BANGET LAWAKANNYA!"
Kesimpulan
"Teori Tawa" adalah novel pertama yang amat benar bagi seorang pembaca. Mudah dipahami, sekaligus mengandung banyak ilmu—baik mengenai penulisan maupun hal trivial seperti depresi dan stand-up comedy. Novel ini juga banyak amanat, sampai kamu akan ikut menangis ketika Bo mendapat masalah, dan senang ketika Kuma berhasil melucu. Sangat recommended! Kamu bahkan kemungkinan besar akan berkiblat pada Kai Elian dalam dunia penulis jika sudah membaca "Teori Tawa".
Penilaian
Tokoh: 5/5
Tokoh sangat digambarkan dengan sempurna. Deskripsi lugas yang amat nyata. Dialog berkarakter. Semua berhasil diramu sempurna oleh Kai Elian.
Hook: 5/5
Cerita dibuka dengan adegan gelap dari sisi Bo, namun menggelitik perut dari sisi Kuma. Sangat intriguing dan amat menggambarkan cerita secara keseluruhan.
Suara: 5/5
Aku bisa mendengar Kai Elian dari setiap ketikan. Namun, aku juga bisa mendengar Bo, Kuma, dan semua tokoh di setiap pilihan kata. Bagus!
Latar: 5/5
Oh, ini adalah bagian terfavorit. Ingat betul, aku bisa membayangkan tempat les Bo yang dideskripsikan dalam dua paragraf, tapi bisa tergambar di benak. Apalagi kafe yang amat indah ketika dibayangkan. Amat menakjubkan!
Tempo: 4,9/5
Amat bagus, mendekati sempurna. Ketika menuju klimaks, aku ingin menangis karena setiap perjalanan tokoh akan terbayar lunas. Namun, ada bagian yang sedikit terburu-buru di akhir. Setelah kutanya kepada Kai Elian, beliau mengonfirmasi adanya pemotongan jumlah kata, dan sebagai dampak, bagian penutup agak tergesa-gesa.
Keterbacaan: 4,9/5
Sangat menghipnotis! Aku bahkan tidak bisa melewati tiap kata yang diketik. Akan tetapi, Kai Elian menggunakan cara menulis yang cenderung terpengaruh dari novel-novel luar. Tidak ada yang salah, bahkan mengalir ketika dibaca. Namun, jika kamu menjadikan novel tersebut untuk acuan PUEBI, kamu harus berhati-hati, ya.
Total: 4,96 / 5
***
Sudah. Aku harap ulasan "Teori Tawa" tidak terlalu panjang. Aku amat suka dengan novel ini. Bahkan, ini adalah novel pertamaku. Jadi, "Teori Tawa" menempati lokasi khusus di hati. Bahkan, aku berterima kasih kepada Kai Elian karena telah menulis cerita sekeren ini. Aku doakan dia sehat selalu dan dilancarkan segala urusan. Dan bagimu yang belum memiliki novel "Teori Tawa", kamu harus segera membelinya karena benar-benar recommended, sekaligus investasi yang bernilai untuk mulai belajar menulis.
Sekian dariku, jika ada poin yang kurang berkenan, kamu bisa menghubungiku dengan cara yang sopan—tentunya. Aku sangat terbuka dengan berbagi pemikiran. Namun, sekali lagi, aku tekankan ini adalah pendapat dari diri pribadi, sehingga tidak mutlak. Jadi, mari diambil sisi positif saja. Baiklah, aku rasa sampai sini saja.
Terima kasih sudah membaca!
— rizkywahyufir
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top