6. Candaan Atau Hinaan?


Kategori: Gejala Sosial Online/Offline (Bullying)
Oleh: Tinny Najmi
Published: 24 April 2020

------------------------------

Bullying

Saat ini, perundungan atau bullying menjadi hal yang tak lagi asing dalam ruang lingkup sosial. Di sekolah, tempat kerja, tempat bermain, hingga dalam lingkup keluarga sekalipun. Bahkan di zaman yang sudah serba modern ini, bullying bisa saja dilakukan melalui gadget atau media sosial yang disebut cyberbullying.

Saking seringnya terjadi, tindakan perundungan ini sudah terlihat sebagai fase normal yang harus dilewati ketika seseorang tumbuh remaja atau dewasa. Padahal tidak seharusnya seperti itu. Sebab, bullying memiliki dampak yang tidak ringan. Tidak hanya berjangka pendek tetapi juga bisa berjangka panjang.

Bullying berasal dari kata bully, yang dalam kamus Oxford diartikan sebagai seseorang yang terbiasa berusaha untuk menyakiti atau mengintimidasi mereka yang dianggap rentan.

Sementara menurut Olweus (2005), bullying adalah sebuah tindakan atau perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah atau sebagai sebuah penyalahgunaan kekuasaan/kekuatan secara sistematik.

Pada dasarnya, bentuk penindasan atau bullying ini dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu secara fisik dan mental atau psikologis. Tindakan bullying secara fisik sering kali terjadi di lingkungan sekolah, biasanya dilakukan oleh sekelompok anak-anak yang merasa berkuasa dan memiliki kekuatan. Contohnya seperti memukul, mendorong, menjambak, menendang, memeras seseorang dan merusak barang-barang milik korban.

Sementara dalam penindasan secara psikologis, ada beberapa bentuk tindakan bullying yaitu secara verbal, non-verbal, dan cyberbullying.

Dalam tindakan secara verbal, pelaku biasanya melakukan tindakan seperti mengancam, menghina, mempermalukan, merendahkan, mengejek, memaki, mengintimidasi, menyebarkan gosip, dan memberi nama panggilan.

Mungkin bagi sebagian orang, ada yang menggunakan nama panggilan hanya sebagai lelucon atau candaan. Seperti, "Hey, Gendut!", "Eh, si Kacamata lewat!" atau, "Eh, ada si Jidat lebar!". Namun, yakinkah kamu jika orang tersebut merasa tidak masalah dengan panggilan tersebut, atau merasa tidak sakit hati?

Perlu kalian tahu, candaan yang berlebihan bisa disebut sebagai bentuk bullying jika hal itu menyakiti perasaan orang yang kita bercandai. Saya teringat sebuah kutipan dari drama Korea 'I Hear Your Voice, "Sesuatu itu bisa disebut candaan atau lelucon jika orang yang kau olok-olok juga ikut tertawa. Kalau tidak, itu bukan lelucon melainkan tindakan teror."

What do you think? Apakah kalian sependapat? Kalau aku, ya. Kenapa? Sebab lelucon bukan untuk orang yang mengatakannya, melainkan untuk orang yang menerimanya. Ketika kamu menganggap itu adalah lelucon sementara dia tidak, dia hanya akan merasa dihina. Sama sekali tidak menganggap jika hal itu lucu.

Maka dari itu, daripada memberikan nama panggilan yang buruk, bukankah lebih baik jika menggunakan nama panggilan yang lebih baik dan pantas? Bahkan dalam Islam pun, hal seperti ini dibahas dalam sebuah hadis. Atau setidaknya, kita memastikan apakah orang tersebut merasa tidak masalah dengan nama panggilan yang kita buat untuknya.

Kembali ke bentuk bullying. Selain secara verbal, ada pula tindakan non-verbal, seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah dengan maksud mengejek, menampilkan ekspresi wajah yang merendahkan atau mengancam. Dan biasanya, tindakan ini disertai bullying fisik atau verbal.

Lalu ada pula tindakan non-verbal tidak langsung seperti mendiamkan, memanipulasi pertemanan, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, hingga mengirimkan surat kaleng yang berupa ancaman atau hinaan.

Tindakan bullying non-verbal bisa juga disebut sebagai bullying secara relasional, yang mana dilakukan dengan cara memutuskan relasi—hubungan sosial seseorang, terkadang cara ini juga dilakukan secara sembunyi hingga sulit terdeteksi atau terlihat dari luar.

Yang terakhir adalah bullying yang dilakukan melalui media elektronik atau cyberbullying. Dalam hal ini, pelaku melakukan tindakannya melalui media sosial, SMS, chatting room, website, dan segala hal yang berhubungan dengan jaringan internet. Contohnya seperti membuat/mengedit foto/meme, animasi, rekaman video atau bahkan tulisan yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti, mengejek atau menghina.

Lalu, apa sih, faktor penyebab hingga terjadi bullying?

Dikutip dari theAsianparent.id, jane Cindy Linardi, M.Psi, CGA—psikolog RS Pondok Indah, Bintaro mengungkapkan ada 4 faktor penyebab bullying pada anak, di antaranya yaitu faktor keluarga, sekolah, pertemanan dan tontonan anak. Sejumlah 56,9% anak meniru adegan film yang ditontonnya. Mereka menirukan gerakan yang dilihatnya (sebesar 64%), dan kalimat atau dialog (sebesar 43%).

Penyebab terjadinya bullying tidak hanya berasal dari pelaku tetapi juga dari korban. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab seseorang melakukan tindakan bullying, beberapa di antaranya ialah:

1. Memiliki masalah pribadi

2. Pernah menjadi korban bullying

3. Rasa iri pada korban

4. Tradisi

5. Mendapat kepuasan

6. Kurangnya empati

7. Berasal dari keluarga yang disfungsional

8. Mencari perhatian

9. Ingin menunjukkan kekuasaan

Sementara dari pihak korban, penyebabnya antara lain:

1. Penampilan fisik

2. Ras

3. Agama

4. Terlihat lemah

5. Terlihat penyendiri atau tidak mudah bergaul

6. Perilaku yang terlihat berbeda

7. Gaya berpakaian

8. Orientasi seksual (seperti LGBT, lesbian)

Sesuatu yang tidak seperti biasa atau dianggap berbeda, memang kerap menjadi bahan pembicaraan dan dicap aneh. Hingga orang-orang yang merasa jika perbedaan itu tidak wajar, secara sengaja atau tidak, mereka melakukan tindak diskriminasi dan berujung bullying. Padahal, perbedaan adalah sesuatu yang wajar dan setiap orang memiliki hak tentang apa pun yang ia sukai atau tidak.

Menilik dari penyebab-penyebab di atas, nampaknya bullying kerap terjadi di lingkungan sekolah. Seperti perundungan dari kakak kelas kepada adik kelas; pemerasan, pemaksaan, sok berkuasa, sok paling jago, sok populer, dsb. Tak ayal pula terjadi antar teman sekelas atau seangkatan.

Menurut Salmivalli (2010), terdapat beberapa peran terjadinya skenario bullying di sekolah, yaitu:

1. Bully; si pelaku.

2. Assisting the bully; orang yang mengikuti/menemani si pelaku dan ikut terlibat aktif, namun cenderung mengikuti perintah bully.

3. Reinforcing the bully; mereka yang mendukung temannya melakukan tindakan bullying. Ada di tempat kejadian, menyaksikan, ikut menertawakan, memprovokasi dan mengajak orang lain untuk menyaksikan.

4. Defender; orang-orang yang berusaha membela dan membantu korban, tetapi sering kali menjadi korban juga.

5. Outsider; orang-orang yang mengetahui kejadian bullying tapi memilih diam dan tidak melakukan apa-apa sebab takut menjadi korban selanjutnya.

6. Victim; orang yang menjadi sasaran bully atau korban.

Nah, selanjutnya, apakah bullying memiliki dampak?

Jelas, ya! Dilansir dari stopbullying.gov dalam Effects of Bullying disebutkan bahwa tindak perundungan (bullying) dapat memengaruhi korban, pelaku, dan pihak yang menjadi saksi tindak perundungan itu sendiri. Selain menimbulkan dampak fisik, bullying juga berdampak negatif pada kesehatan mental. Bahkan bisa menyebabkan seseorang berniat bunuh diri atau memakai obat-obatan terlarang. Parahnya lagi, dampak psikologis yang diterima si korban bisa terjadi dalam jangka panjang bahkan bisa menghantui seumur hidup.

Dampak bullying dalam pada korban di antaranya ialah memiliki cidera fisik (jika mengalami bullying fisik); memiliki masalah psikologis seperti gangguan kecemasan, gangguan tidur; menjadi penyendiri atau tidak bisa menyatu dengan orang-orang sekitar; gangguan prestasi; kehilangan kepercayaan diri dan motivasi; depresi; hingga bunuh diri. Bahkan bisa saja pengalaman menjadi korban bully menghantuinya seumur hidup.

Selain korban, pelaku bullying juga mendapatkan dampak negatif ketika ia tumbuh dewasa. Pelaku rentan terjebak penyalahgunaan zat adiktif, terlibat tindak kekerasan dan tindak kriminal lainnya. Bahkan bisa juga bersikap abusif atau melakukan tindak kekerasan pada orang terdekatnya, misal pada kekasih atau anak-anaknya di masa yang akan datang.

Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang menyaksikan tindak bullying? Mereka pun bisa mendapat dampak negatifnya lho. Bagi saksi yang turut membantu korban, mungkin mereka merasa takut akan menjadi korban selanjutnya. Sementara bagi saksi pasif, mereka bisa saja mengalami gangguan kesehatan mental disebabkan ingin bertindak tapi tidak mampu berbuat apa-apa. Kemungkinan mereka akan merasa bersalah, tertekan, stres, depresi, juga gangguan kecemasan lainnya.

Nah, sekiranya itu yang bisa saya paparkan mengenai bullying. Hal yang kerap terjadi dan kerap diabaikan. Bahkan terkadang, orang-orang dewasa menganggap hal itu adalah sesuatu yang sepele dan wajar. Padahal, dampak negatifnya sangat membahayakan terutama bagi kesehatan mental.

Maka dari itu, mari kita lebih peka lagi terhadap lingkungan sekitar kita. Dan jika kita melihat tanda-tanda atau gejala tindak bullying­—seperti sering terlihat sedih, murung, selalu ingin sendiri, memiliki luka fisik, dsb—pada orang terdekat atau orang yang kita kenal, cobalah lebih peduli dan ajak ia bicara. Sebab, biasanya orang yang dibully enggan membicarakan atau bercerita tentang ia yang menjadi korban bullying.

.

.

Sumber:

https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-dan-skenario-bullying.html?m=1

https://www.gurupendidikan.co.id/bullying/

http://astrinityas.blogspot.com/2012/08/apa-itu-bullying.html?m=1

https://cewekbanget.grid.id/amp/06852829/apa-sih-bullying-itu

https://m.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3938121/dampak-psikologis-bullying-tak-bisa-disepelekan-bahkan-bisa-menghantui-seumur-hidup

https://id.theasianparent.com/dampak-bullying/amp

https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/simak-dampak-bullying-ini/amp/

https://www.sehatq.com/artikel/dampak-bullying-tak-hanya-sesaat-tapi-seumur-hidup/amp

https://doktersehat.com/bullying/amp/

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top