3. Uninvolved Parenting Seems To Be The Worst

Kategori: Parenting
Oleh: Tinny Najmi
Published: 22 Maret 2020

_________________________
____________________

Uninvolved Parenting Seems To Be The Worst

Manusia adalah makhluk yang unik. Ada miliaran juta manusia di muka bumi dan setiap individu memiliki karakter atau kepribadian yang berbeda-beda. Bukankah itu menakjubkan? Setiap orang memiliki ciri khas masing-masing, meskipun ada yang mirip, tetapi tidak ada manusia yang memiliki kemiripan seratus persen.

Lalu, bagaimanakah karakter seseorang terbentuk?

Sebuah studi yang dilakukan oleh Hersthon, May, dan kawan-kawan pada tahun 1920-an menemukan tidak adanya konsistensi antara perilaku manusia dalam situasi yang sama. Lalu eksperimen lebih lanjut pada tahun 1940-an mengonfirmasi bahwa perilaku manusia bukan ditentukan dari apa yang ada dalam diri manusia, melainkan berdasarkan situasi yang dihadapkan pada manusia itu.

Namun demikian, penelitian yang dilakukan Paul Bloom pada tahun 2000-an menunjukkan hasil yang berbeda; bahwa bahkan pada bayi berusia 6 bulan sekalipun, seseorang sudah memiliki karakter dan pemahaman akan moral.

Dari kedua penelitian tersebut, bisa ditarik kesimpulan jika pada dasarnya manusia memiliki sifat atau karakter bawaan yang sudah tercipta sejak balita. Dan seiring pertumbuhannya, ada banyak faktor lain yang membentuk kepribadian si anak. Seperti gaya asuh orang tua, lingkungan, serta situasi yang dihadapi.

Dalam hal ini, parenting style atau gaya pengasuhan orang tua merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seorang anak. Seperti halnya harga diri seorang anak, perilaku, bahkan kesehatan mental mereka.

Ada berbagai macam pola asuh anak yang berbeda, bahkan dilansir dari id.theparentasia, disebutkan ada 21 jenis gaya asuh. Namun, tentu saya tidak akan membahas semuanya. Melainkan salah satu dari empat Baumrind parenting styles atau Maccoby and Martin parenting styles; gaya pengasuhan yang biasa digunakan dalam ilmu psikolog saat ini.

Berdasarkan hasil dari pengamatannya, Baumrind menyatakan bahwa setiap jenis perilaku sangat berkorelasi dengan jenis pengasuhan tertentu. Bahwa ada bubungan erat antara gaya pengasuhan dan perilaku anak-anak, yang mengarah pada hasil yang berbeda dalam kehidupan anak.

Diana Baumrind-seorang psikolog klinis dan perkembangan asal Amerika-awalnya mengidentifikasi 3 gaya pengasuhan: authoritative parenting, authoritarian parenting dan permissive parenting.

Kemudian Maccoby dan Martin (1983) membuat perbedaan lebih lanjut dengan memperluas permissive parenting Baumrind menjadi dua jenis: permissive parenting atau disebut juga indulgent parenting dan neglectful parenting atau dikenal juga uninvolved parenting.

Berikut definisi dari 4 gaya pengasuhan Baumrind:

(Source: Verywell / Joshua Seong)

1. Authoritative parenting; high demandingness, high responsiveness.

Umumnya dipandang sebagai gaya pengasuhan paling efektif. Orang tua dengan pola pengasuhan seperti ini memiliki harapan yang tinggi agar buah hatinya tumbuh menjadi anak-anak yang berprestasi, tetapi mereka juga hangat dan responsif. Mereka menetapkan peraturan dan batasan dengan membuka diskusi dengan anak-anak. Orang tua dengan pola pengasuhan seperti ini akan memberi kebebasan dan dukungan terhadap apa yang dilakukan anak-anaknya. Tipe parenting ini juga dikenal sebagai Democratic Parenting Style.

2. Authoritarian parenting; high demandingness, low responsiveness.

Authoritarian parenting atau pengasuhan otoriter adalah jenis pengasuhan yang menuntut anak-anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Orang tua dengan pola pengasuhan seperti ini cenderung menggunakan disiplin yang keras. Sering kali mereka menggunakan hukuman untuk mengendalikan perilaku anak-anak. Orang tua otoriter cenderung kurang responsif terhadap kebutuhan anak-anak mereka.

3. Permissive parenting (Indulgent); low demandingness, high responsiveness.

Orang tua dengan pola pengasuhan seperti ini tidak terlalu banyak memberikan aturan dan batasan kepada anak-anaknya. Mereka sangat hangat dan memanjakan buah hatinya. Orang tua seperti ini akan menghindari hal-hal yang bisa mengecewakan anaknya.

4. Neglectful parenting (Uninvolved); low demandingness, low responsiveness.

Orag tua dengan gaya pengasuhan seperti ini tidak menetapkan batasan secara tegas. Mereka tidak menerapkan standar yang sangat tinggi untuk anak-anaknya. Orang tua cenderung acuh terhadap kebutuhan anak-anaknya dan tidak terlibat dalam kehidupan mereka. Hal ini bisa dikarenakan mereka telah memiliki masalah mental tersendiri. Seperti depresi, penganiayaan fisik atau pengabaian anak saat mereka masih kecil.

Sesuai judul yang saya buat, saya akan membahas salah satu gaya asuh yaitu uninvolved atau neglectful parenting-yang bisa disebut juga pola asuh abai atau tak terlibat, yang mana dikenal sebagai salah satu gaya asuh terburuk dan dapat memiliki efek buruk bagi anak-anak yang meluas hingga remaja dan dewasa.

Mengapa uninvolved parenting disebut sebagai yang terburuk?

Memang, setiap gaya pengasuhan memiliki pro dan kontra. Tidak ada satu gaya yang benar dan salah atau sempurna, pun tidak ada orang tua yang sempurna. Namun, orang tua harus tahu dan paham betul gaya pengasuhan seperti apa yang seharusnya tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki good personality. Dan gaya pengasuhan tak terlibat tampaknya menjadi yang paling tidak disarankan dan paling tidak sehat untuk perkembangan mental anak.

Sebuah hasil studi oleh Hoskins DH (2014) menyatakan, bahwa gaya pengasuhan yang tidak terlibat telah ditemukan memiliki efek paling negatif pada hasil remaja dibandingkan dengan tiga gaya pengasuhan lainnya.

Matthew J. Miller, Psy.D., dalam tulisannya Neglectful Parenting: The Impact on Children menyebutkan bahwa gaya mengasuh anak yang abai memilik dampak jangka panjang terhadap perkembangan emosi pada anak bahkan ketika anak sudah dewasa nanti. Sebab, tipe orang tua ini mengabaikan kebutuhan dasar anak-anak mereka untuk dicintai, dipahami dan dirawat.

Anak cenderung akan mengalami kesepian dan dapat menderita masalah sosial, masalah psikologis dan gangguan perilaku, tidak disiplin dan kesulitan mengendalikan emosi, melakukan hal-hal kenakalan seperti minum-minum dan menggunakan obat-obatan terlarang, dan depresi. Mereka juga berpotensi memiliki self-esteem-bagaimana penilaian pribadi atas diri sendiri, seberapa bernilai kita terhadap lingkungan-yang rendah, menyendiri dalam keluarga dan tidak matang dalam perkembangan.

Anak bisa merasa sangat kesepian karena kebutuhan emosional dan spiritualnya tidak terpenuhi. Minimnya kehangatan dan pengawasan orang tua membuatnya terpisah secara emosional dengan anaknya sehingga anak menjadi kurang dalam segala aspek. Bahkan bisa membuat anak berkemampuan rendah dalam mengatasi rasa frustrasi serta mengendalikan emosi.

Orang tua tipe ini sama sekali tidak memedulikan aktivitas anak, tidak tahu apa saja yang telah dicapai dan gagal dicapai oleh anak. Tidak tahu dengan siapa anaknya bergaul, tidak menanyakan keinginan anak bahkan hanya sedikit waktu yang diberikan. Anak-anak yang seharusnya diperhatikan, diberikan bimbingan serta arahan, diawasi dan didengarkan, tidak mendapatkan itu semua.

Akibatnya, anak akan merasa sangat kesepian dan mempertanyakan seberapa berharga keberadaan dirinya. Kemudian menyadari jika dirinya tak lebih penting dari setumpuk pekerjaan atau masalah yang dihadapi orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak membenci dirinya sendiri, merasa tidak dicintai dan tak berharga. Lalu berujung pada depresi.

Karena itulah, penting bagi para orang tua untuk menentukan gaya pengasuhan yang tepat bagi anak. Jangan biarkan anak tumbuh menjadi pribadi yang buruk yang berakhir menyakiti diri sendiri. Jadilah contoh yang baik bagi anak, terutama seorang ibu. Sebab, ibu adalah sosok pertama yang menjadi contoh bagi anak.

Seperti ungkapan seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim; "Al-Ummu madrasatul ula, iza a'dadtaha a'dadta sya'ban thayyibal a'raq", yang artinya ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

Secara tidak langsung, semua tindak tanduk ibu akan menjadi panutan bagi anaknya. Maka dari itu, mari kita lihat kembali, sebelum menjadi seorang ibu atau orang tua, perbaiki terlebih dahulu pribadi kita sendiri. Kemudian pelajari apa sekiranya pola pengasuhan yang tepat bagi perkembangan anak.

Ada banyak jenis pola asuh, tidak harus hanya satu pola asuh yang dipakai, tetapi kita bisa memadukan berbagai jenis pola asuh melihat kondisi dan situasi yang dihadapi anak. Ada saatnya kita hatus menjadi orang tua yang mengawasi dan mendidik, ada kalanya kita perlu menjadi sahabat bagi anak yang siap menemani dan mendengarkan. Jangan sampai kita abai atau tidak terlibat dengan segala aktivitas atau tumbuh kembang anak. Hingga anak tumbuh dengan kepribadian yang buruk.

"Mengasuh anak adalah profesi yang sangat penting, namun tidak ada tes kesesuaian yang dapat memaksakan minat anak" - George Bernard Shaw


___________________


Sumber:

https://www.parentingforbrain.com/4-baumrind-parenting-styles/

https://www.regain.us/advice/parenting/the-risks-of-having-an-uninvolved-parenting-style/

https://pijarpsikologi.org/ingin-tahu-jenis-jenis-pengasuhan-orang-tua-cek-artikel-berikut-ini/amp/

https://www.grid.id/amp/04192397/kenali-4-tipe-parenting-ini-sebelum-menjadi-orangtua?page=all

https://m.fimela.com/parenting/read/4181522/neglectful-parenting-dan-efek-jangka-panjangnya-pada-anak

https://seputargk.id/apa-beda-karakter-kepribadian-sifat-dan-temperamen/

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top