𖠵៸៸ ❛ ¹¹ ' shut up જ baji keisuke ⸝⸝
𓏲࣪ ،، Shut Up ˊˎ-
"Shut the fuck up."
🦋ꪶ Baji Keisuke x You ˒༢
⌨ ⋮ Tokyo Revengers © Ken Wakui
✎ ⋮ Story © BadassMochi
────────────
"Lo berisik banget jadi ningen."
Kalimat itu dilontarkan kepada sang gadis bersurai sepunggung di depannya. Gadis tersebut mengenakan seragam putih abu-abu yang sama sepertinya. Yang membedakannya adalah tingkat kerapian pakaian seragam mereka.
Alih-alih menyahuti perkataan sang pemuda, (Y/n) menghela napas panjang. Menghadapi lelaki di depannya itu memang membutuhkan banyak stok kesabaran. Namun, stok kesabarannya itu sudah mulai menipis saat ini.
"Terus, apa mau lo, Kei?" tanyanya jengah. Ia pun sudah merasa lelah dengan jabatannya sendiri sebagai Ketua MPK. Beruntung, tahun ini (Y/n) akan lulus dari neraka berkepanjangan itu. Lalu, menyerahkan jabatannya kepada siapapun yang ingin merasakan siksaan di neraka tersebut.
Keisuke membuang puntung rokok yang ada di tangannya. Asap yang dikeluarkan dari mulutnya berkumpul di udara. Membuat (Y/n) mengibas-ngibaskan tangannya guna menyingkirkan bau asap itu dari area penciuman hidungnya.
"Gue cuma mau lo untuk jangan ganggu gue lagi. Coba lo bayangin lo ada di posisi gue. Diganggu terus tiap hari. Padahal lo cuma melakukan kenakalan remaja yang biasa. Gimana perasaan lo, huh?" cerocosnya panjang lebar.
(Y/n) mendengus kesal. "Cuma, lo bilang? Cuma kenakalan remaja biasa? Lo ngadi-ngadi, ya?! Kenakalan lo itu yang bikin gue pengen minggat dari sekolah ini, tau gak?!" semprotnya. Wajar jika gadis itu merasa kesal. Pasalnya ucapan Keisuke sudah terlampau mengesalkan dan tidak masuk akal. Tak ada kenakalan remaja yang biasa seperti yang ia ucapkan semudah menarik napas itu.
"Ya udah. Terserah lo deh. Gue juga udah pusing sama masalah gue sendiri tanpa perlu lo tambahin. Makasih."
Selesai berujar demikian, (Y/n) melenggang pergi. Jika memang akhirnya akan berubah menjadi seperti ini, maka lebih baik ia tidak pernah berurusan dengan Keisuke sejak awal. Jika saja dirinya bukanlah seorang Ketua MPK di sekolahnya, (Y/n) pun tidak akan membuatnya dirinya terjebak di dalam situasi mengesalkan seperti saat ini.
Selepas kepergian (Y/n), Keisuke masih menatap ke arah di mana gadis itu menghilang saat terakhir kalinya. Dengan seringai di wajahnya, ia terkekeh pelan.
"Gotcha."
An extraordinary fanart by Ichigo_kar.
***
Sisa hari ini berjalan seperti biasanya. Pelajaran di kelas dapat dilalui dengan ketenangan dan ketentraman. Tanpa ada gangguan atau halangan dari pihak manapun.
Begitulah yang (Y/n) pikirkan.
Namun, hal itu tak berlangsung lama. Tepat setelah jam istirahat kedua tiba, namanya dipanggil melalui speaker yang berada di tiap kelas. Merasa heran bercampur bingung, (Y/n) pun berjalan ke luar kelasnya menuju ruang guru. Ia pikir pasti ada sesuatu yang genting jika dirinya sampai dipanggil di jam istirahat seperti saat ini.
Setibanya di sana, dengan hati-hati (Y/n) mengetuk pintu di depannya. Mengingat pastinya ada banyak guru di dalam sana. Ia juga tak ingin dicap sebagai siswi yang tak memiliki tata krama. Padahal ibunya sendiri selalu mengoceh tentang tata krama dan segala jenisnya, hampir setiap hari.
"Selamat siang, Bu."
"Akhirnya kamu datang, Nak. Ka dieu, aya nu rek Ibu bicarakan." (Ke sini, ada yang mau Ibu bicarakan)
Sesaat setelah (Y/n) mengetuk pintu dan membukanya, Bu Nike langsung menyapa gadis itu. Menyuruhnya mendekati mejanya. Ketika sudah berada di dalam jangkauan yang cukup untuk berbicara, (Y/n) baru menyadari keberaraan seorang lelaki di sana. Mengenakan seragam yang sama dengannya. Namun, seragam yang dipakainya jauh dari kata rapi.
Seragam putihnya tidak dimasukkan ke dalam celana. Dasi yang seharusnya menggantung di depan dada entah ke mana keberadaannya. Sudah dapat dijamin bahwa ikat pinggang di balik seragamnya itu pun pasti tidak ada di sana. Oh, tidak lupa dengan surainya yang panjangnya hampir menyaingi rambut (Y/n) sendiri. Benar-benar kacau.
"Kieu, Neng. Selama ieu, Ibu geus nyaho kalo kamu anu ngurusin masalah ieu budak bangor. Nah, punten atuh nya. Ayeuna Ibu rék tambahin beban kamu, pikeun masa hareup ieu budak bangor tapi téh kasép." (Begini, Neng. Selama ini, Ibu udah tau kalo kamu yang ngurusin masalah anak nakal ini. Nah, maaf ya. Sekarang Ibu mau tambahin beban kamu, untuk masa depan anak nakal tapi ganteng ini)
Mendengar apa yang Bu Nike katakan dalam Bahasa Sunda itu, sontak membuat (Y/n) mengernyit. Ia pun memasang ekspresi yang seolah-olah berkata: 'emangnya Ibu belum cukup menyiksa saya selama ini?'. Namun, bibir manisnya itu berkata sebaliknya. Bahkan dibubuhi dengan senyum di parasnya.
"Sok atuh¹, Bu. Ibu mau tambahin apa lagi?" Perkataan (Y/n) bisa diartikan menjadi 'Ibu mau bikin saya meninggal?'. Bibir dan pikiran gadis itu memang tidak sinkron. Namun, itulah yang ia harapkan sekarang. (¹Silakan, Bu)
"Lamun kitu², kamu tolong ajarin Keisuke ya. Nilainya di pelajaran Bahasa Indonesia yang Ibu pegang masih kurang di semester ini. Tolong ya, Neng Geulis³." (²Kalau begitu ; ³anak cantik)
Sekali lagi (Y/n) melirik ke arah buah bibir yang sejak tadi dibicarakan. Namun, alih-alih merasa kesal akan terus bertemu dengan (Y/n), Keisuke malah tampak... senang? Mengapa lelaki itu justru merasa demikian? Padahal bagi (Y/n), ini adalah neraka barunya.
***
"Materi apa yang lo gak ngerti?"
Pertanyaan itu langsung dilontarkan pada lelaki yang menjadi lawan bicaranya saat ini. Sekaligus sebagai masalah barunya. (Y/n) membolak-balikkan lembaran buku paket di depannya. Sementara salah satu tangannya yang lain menaikkan kacamata bacanya yang sedikit menurun.
"Tentang kritik dan esai."
(Y/n) seketika mendongak. Menatap lurus ke arah lelaki bersurai hitam itu. Rasanya ia ingin tertawa keras seusai mendengar jawabannya. Namun, dengan terpaksa (Y/n) menahannya agar ia terlihat berkelas dan elegan. Entah dari mana pemikiran itu datang, tetapi itulah yang dilakukan olehnya.
"Bukannya lo paling jago kalo ngekritik orang lain? Kenapa lo malah bego di materi itu?" cibir (Y/n), sekaligus menyindir Keisuke.
"Ya, emang. Gue emang paling jago di bidang kritik-mengkritik." Ia berhenti sejenak. Kemudian, mencondongkan tubuhnya ke depan wajah (Y/n). Mengikis banyak jarak di antara mereka. "Tapi, gue punya alasan sendiri kenapa-seperti yang lo bilang-gue bego di materi itu," lanjutnya. Ia pun kembali memundurkan tubuhnya. Tak lupa sebuah seringai muncul di wajahnya itu.
Atas kejadian yang baru saja terjadi, seketika (Y/n) melongo. Entah karena apa, sesaat ia merasa pipinya memanas. Juga memberikan reaksi pada detak jantungnya.
Ah, ini pasti hanya reaksi wajar yang diberikan oleh tubuh manusia. Begitulah pikir sang gadis.
***
Hari berikutnya pun masih sama. (Y/n) kembali menjadi guru privat bagi Keisuke. Anehnya, Keisuke yang sering membolos kelas justru selalu hadir ketika (Y/n) menitahkan agar lelaki itu datang di hari tertentu. Meskipun sudah berkali-kali ia mencari apa penyebabnya, nyatanya (Y/n) tidak dapat menemukannya. Yang ia temui hanyalah kebingungan serta keheranan.
"Lo lagi mikirin apa sih? Serius amat. Mikirin gue, ya?" celetuk Keisuke dengan nada jahilnya itu. Yang kemudian mendapatkan cibiran dan dengusan dari (Y/n).
"Ngadi-ngadi."
"Yakin?" tanyanya.
"Yakinlah."
"Beneran?"
"Gue gak pernah seyakin ini," balas (Y/n) datar.
Keisuke melirik (Y/n) sekali lagi. Terlintas sebuah ide di kepalanya. "Berarti lo gak pernah mikirin materi apa yang harus lo ajarin dong? 'Kan lo gak pernah mikirin gue."
"Gue mikirin lo kok!"
Mampus.
Perkataan itu terlontar begitu saja dari mulut (Y/n) tanpa bisa ia cegah. Ia tak ingin dianggap sebagai seseorang yang tidak becus dalam mengajar. Peringkat satu yang ia raih bukan tanpa alasan. Itu karena hasil kerja kerasnya.
Namun, kini dengan begitu bodohnya (Y/n) masuk ke dalam jebakan Keisuke. Menerima permainan reverse psychology-nya, bertindak sesuai yang lelaki itu inginkan, lalu masuk ke jurang penuh rasa malu.
Masih dengan rasa malu dan panas di wajahnya, (Y/n) merapikan buku-bukunya. Memasukkannya dengan terburu-buru ke dalam tas sebelum disampirkan pada bahunya. Dengan cepat, ia menoleh pada Keisuke. Meskipun sulit untuk menatap lelaki itu sekarang, sekuat tenaga (Y/n) berhasil melakukannya.
"Hari ini kita gak belajar. Bye."
Tanpa mengatakan apa-apa atau menunggu jawaban Keisuke, (Y/n) pun berbalik. Hendak berjalan ke luar kelas yang sudah kosong itu.
"Hei, (Y/n)."
Namun, meskipun demikian, kala namanya dipanggil (Y/n) tetap menoleh. Mengernyit heran, dan menunggu dengan tak sabar akan lanjutan dari perkataan Keisuke.
Alih-alih mengatakan sesuatu, Keisuke justru terkekeh. Ia melemparkan senyum yang memamerkan barisan giginya yang berjajar rapi itu.
"Gue juga mikirin lo, (Y/n)."
Entah harus bereaksi seperti apa lagi, (Y/n) hanya bisa menatap Keisuke sejenak. Sebelum kemudian ia berlari sejauh mungkin. Meninggalkan Keisuke yang tengah tersenyum seorang diri. Reaksi yang (Y/n) tunjukkan benar-benar jauh dari harapannya. Namun, bukan berarti buruk.
Malah jauh lebih baik.
━━━━━━━━━━━━━━━━
⸙;; Ichigo_kar ⊱
Thank you for your request, sweetie!! ♡
I luv ya!
Wina🌻
06.18.22
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top