𖠵៸៸ ❛ ²⁰ ' runaway જ kurokawa izana ⸝⸝

𓏲࣪ ،، Runaway ˊˎ-

"I have been kept running."

🦋ꪶ Kurokawa Izana x You ˒༢

⌨ ⋮ Tokyo Revengers © Ken Wakui

✎ ⋮ Story © BadassMochi

────────────

"Sampai kapan kau ingin berlari?"

Pertanyaan itu terdengar kala si pemilik surai putih tersebut tengah bersiap untuk berlari. Ia telah mengenakan pakaian santainya. Celana berbahan dan kaus oblong oversized. Yang entah mengapa, dalam balutan pakaian yang begitu saja ia sudah terlihat tampan.

"Hingga aku mencapai garis finish. Karena memang seperti itu aturannya," ujarnya demikian. Menyahuti perkataan sang gadis.

Tak kehabisan topik pembicaraan atau memang gadis itu saja yang terlalu extrovert, ia pun kembali bertanya, "Jika kau sudah mencapai garis finish, apa yang akan kau lakukan?"

Ia mendengus. "Tentu saja akulah yang akan menjadi pemenang pertandingan itu. Mengapa kau masih bertanya, (Y/n)?" Ia tampak heran.

Gadis berjenama (Y/n) itu justru mengulum senyumnya. Ia menatap si lelaki bersurai putih tersebut dengan senyum mengejek yang biasa ia tunjukkan.

"Kau hanya memenangkan pertandingan itu. Tetapi, kau tidak pernah menang dari masalahmu sendiri. Karena apa? Karena kau hanya bisa berlari sejauh dan selama mungkin, Izana."

***

Di hari-hari berikutnya, gadis itu kembali datang. (Y/n), namanya. Nama tersebut sama sekali tidak cocok dengan sifatnya yang mudah berubah-ubah itu. Entah dipengaruhi oleh apa. Namun, yang pasti, dirinya cenderung menunjukkan perubahan yang tak dapat diprediksi.

"Sampai kapan kau ingin berlari?"

Lagi-lagi, pertanyaan yang sama persis dilontarkan pada lelaki itu. Posisi mereka pun sama seperti beberapa hari yang lalu. Izana yang tengah bersiap di lintasan berlari, sementara (Y/n) yang berdiri di luar lintasan. Jarak mereka masih cukup dekat. Bisa dikatakan demikian.

"Mengapa kau bertanya lagi? Tentu saja hingga garis finish." Meskipun Izana merasa heran, ia tetap saja menjawab pertanyaan absurd dari (Y/n) itu. Yang membuatnya merasa demikian ialah mengapa (Y/n) memberikan pertanyaan yang sama dan sudah jelas apa jawabannya? Ia sungguh tak habis pikir.

"Kau yakin?"

Oh? Pertanyaan setelahnya rupanya berbeda. Sedikit, Izana merasa lega. Setidaknya ia tak perlu memaki gadis di hadapannya itu dengan kata-kata umpatan favoritnya.

"Yakin," sahut Izana tanpa berpikir dua kali. Toh memang itulah tujuannya mengikuti klub berlari di sekolah. Agar ia bisa menjadi seorang atlet dan membawa nama negara Jepang ke pertandingan internasional. Well, merupakan mimpi yang begitu tinggi, setinggi cakrawala yang menaunginya.

Mendengar jawaban Izana, (Y/n) menengadahkan kepalanya. Menatap ke arah jumantara yang bernuansa biru cerah. "Bahkan burung-burung di angkasa pun bersyukur karena mereka bisa terbang. Sejauh mungkin, sebebas mungkin. Namun, mereka lupa satu hal." (Y/n) menurunkan kepalanya. Ia kembali memandang Izana. "Tidak ada hal yang abadi di dunia ini," sambungnya.

Sontak Izana mengernyit heran. Mengapa kata-kata yang terdengar aneh namun benar itu dikatakan oleh (Y/n) untuk dirinya? Sungguh, ia sungguh merasa bingung.

"Kau itu seorang linguis, sastrawan, atau penyair?" celetuk Izana.

(Y/n) membuat tawa renyah keluar dari bibirnya. "Bukan semuanya. Aku hanyalah seseorang yang kebetulan telah melewati semua musim dan cuaca."

Jawaban (Y/n) justru semakin menciptakan kernyitan pada dahi Izana. Lelaki itu tak paham mengenai apa yang dibicarakan oleh (Y/n). Secuil pun tidak.

"Kalau begitu, sampai jumpa nanti. Aku ingin bercakap bersama awan dan bersahut-sahutan dengan angin," katanya.

Selepas kepergian (Y/n), Izana baru saja menyadari satu hal. Satu hal yang ia pelajari hari ini.

(Y/n) merupakan gadis yang aneh, namun membuatnya sedikit tertarik.

***

Sebotol air mineral diteguknya hingga tandas setengah. Beberapa tetes air keluar dari sudut bibirnya dan segera diusap oleh lelaki itu. Izana mengedarkan pandangannya ke sekitar. Hanya tersisa beberapa orang saja di sana, termasuk dirinya. Mereka semua memang telah bersiap untuk pulang setelah latihan yang melelahkan.

Hari ini, (Y/n) tidak datang seperti kemarin. Biasanya gadis itu selalu menampakkan dirinya ketika Izana sedang melakukan pemanasan dan bersiap untuk berlari. Namun, sekarang (Y/n) sama sekali tidak memunculkan batang hidungnya.

"Apakah kau sedang memikirkan bagaimana caranya Bumi bisa berotasi sekaligus berevolusi?"

Izana sontak melonjak kaget. Di sisinya, (Y/n) sudah berdiri dengan permen kapas di tangannya. Kemunculannya yang tiba-tiba itu benar-benar mengejutkan Izana. Serius.

"Kau mengejutkanku, (Y/n)." Lelaki itu pun mengutarakan isi pikirannya pada sang penyebab. Setelahnya Izana kembali memasukkan botol mineralnya ke dalam tas miliknya.

"Jadi, bagaimana? Apakah kau telah berlari hingga garis finish?" tanya (Y/n) tiba-tiba. Mengabaikan Izana yang sepertinya masih cukup terkejut karena keberadaannya.

"Aku ingin pulang. Permisi."

Alih-alih menggeser tubuhnya agar Izana bisa lewat, (Y/n) justru mendesah kecewa. "Lihatlah, kau berlari lagi."

"Apa maksudmu?" Izana mengernyit heran. Hei, ia sedang berdiri saat ini. Dengan jalan keluar yang terhalang oleh tubuh (Y/n). Ia tidak tengah berlari, Bodoh!

"Apakah kau ingin terbang saja? Seperti pesawat udara atau para burung di angkasa?"

Apa yang dilontarkan oleh (Y/n) justru semakin membingungkan Izana. Bukannya menjelaskan apa yang ia ucapkan sebelumnya, gadis itu malah mengatakan hal lain yang membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan mengernyit heran bercampur bingung.

"Ah, kau ingin pulang, ya?"

Akhirnya. Akhirnya untuk pertama kalinya (Y/n) mengatakan satu kalimat yang masuk akal dan bisa dimengerti dengan mudah oleh Izana.

"Aku memang ingin pulang. Apa kau baru saja tersadar?" Izana sengaja menekan kata 'tersadar'. Dengan tujuan menyindir gadis itu. Namun, memang (Y/n) yang terlampau tak peduli sehingga ia masa bodoh dengan apa yang dilakukan oleh Izana. Jujur, Izana merasa dongkol saat ini.

"Kalau begitu, aku juga akan pulang. Ke rumah yang telah kubangun sendiri."

Apakah saat ini (Y/n) tengah membanggakan dirinya karena bisa membangun rumah sendiri? Izana hanya bisa mendengus dan menyeringai. Ia tak tahu harus berkata apa lagi. Bisa-bisa, dirinya akan ikut menjadi terbawa arus keanehan dari (Y/n) itu.

"Sudah sana. Cepatlah pulang," ujar Izana dengan tujuan mengusir. Well, memang kejam. Namun, dunia tetaplah yang paling kejam.

(Y/n) tersenyum lebar untuk pertama kalinya. Ia pun bergeser dan mempersilakan Izana melalui dirinya. Sebelum lelaki itu benar-benar menghilang dari pandangannya, (Y/n) masih sempat untuk mengatakan beberapa patah kata pada Izana. Yang membuatnya diselimuti rasa bingung.

"Setiap musim itu memang berbeda. Namun, ada satu hal yang sama. Kau tidak akan bisa terus berlari hanya untuk melalui musim-musim tersebut dengan cepat, Izana."

***

Keesokannya, (Y/n) benar-benar tidak ada.

Bahkan di kelasnya pun gadis itu tiada. Namanya seolah-olah tidak pernah ada di sana. Namun, ini semata hanya pengandaian saja. Nyatanya (Y/n) memang merupakan salah satu siswi di sekolah yang sama dengan Izana. Yang selalu mengunjungi lelaki itu di kala yang tak terduga.

Izana pun bertanya-tanya. Mengenai semua perkataan yang (Y/n) katakan. Perkataan yang membuat Izana merasa bingung juga heran. Ia tak mengerti sama sekali. Semuanya benar-benar semuanya.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah gadis itu benar-benar telah pulang?

━━━━━━━━━━━━━━━━

⸙;; Avallia_Rui

Thank you for your request, sweetie!! ♡

I luv ya!
Wina🌻

08.15.22

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top