𖠵៸៸ ❛ ⁹ ' indirectly જ haitani rindou ⸝⸝

𓏲࣪ ،، Indirectly ˊˎ-

"How about doing it directly?"

🦋ꪶ Haitani Rindou x You ˒༢

⌨ ⋮ Tokyo Revengers © Ken Wakui

✎ ⋮ Story © BadassMochi

────────────

"Anjir, gue telat!"

Seraya mengambil kunci rumah yang menggantung di dekat kulkas, (Y/n) berlari sekencang mungkin. Akibat marathon anime hingga subuh, kini dirinya merasa seperti tengah dikejar oleh seorang rentenir.

"Rin kenapa gak telepon gue sih?!" Masih sempat mengomel, gadis itu terus berlari hingga tiba di halte bus. Dengan napas yang terengah-engah, (Y/n) masuk ke dalam bus. Sungguh melelahkan hari ini bahkan ketika hari masih pagi.

"Handphone gue di mana sih?" Diacak-acaklah isi tasnya. Berusaha mencari keberadaan benda pipih itu. Mengesalkan, jangan sampai ponselnya tertinggal di rumah.

Helaan napas lega berhembus keluar. Beruntung ponselnya ada di dalam tasnya. Berdiam dengan manis di sana.

Segera dicari kontak bernama 'Rin' di barisan nama-nama temannya. Ah, (Y/n) lupa jika nomor lelaki itu berada di nomor satu dalam barisan panggilan cepat.

"Halo?"

"Rin! Kenapa lo gak bangunin gue pagi-pagi tadi sih?! Gue telat anjir!" omelnya setelah orang yang bernama Rin itu mengucap 'halo'.

"Salah lo sendiri malah nonton anime sampe begadang. Gue udah suruh lo tidur, tapi lo bilang nanggung."

"Ya tapi tetep aja, Rindouuu. Lo gak telepon gue pas tadi pagi 'kan?" tukas (Y/n) kesal. Gadis itu memang hampir tidak pernah memasang alarm di pagi hari. Ia memiliki alarm-nya sendiri, yaitu suaranya Rindou.

"Jangan ngadi-ngadi. Gue udah telepon lo berkali-kali, tapi gak ada yang lo angkat. Jadi, ya udah, gue berangkat duluan ke sekolah," ujarnya lelah. Suara pematik yang dinyalakan seketika terdengar di telinga (Y/n).

"Jangan ngerokok, Rin! Lo bebal banget jadi manusia!" omel (Y/n) lagi. Gadis itu memang kerap kali memarahi Rindou dikarenakan kebiasaan merokoknya yang sulit dihilangkan. Meskipun begitu, Rindou tetap saja merokok dan mengabaikan (Y/n) yang sudah menyuruhnya untuk berhenti.

"Berisik. Buruan ke sekolah, bentar lagi gerbangnya ditutup."

Klik! Telepon itu pun ditutup secara sepihak oleh Rindou. Yang diberikan perlakuan demikian hanya bisa menahan kekesalannya di dalam benak.

"Anjirlah."

***

Turun dari bus, (Y/n) kembali berlari. Hanya tersisa waktu sekitar tiga menit sebelum gerbang sekolahnya ditutup rapat. Sangat tidak elit jika dirinya harus memanjat pagar, bukan?

"Pak, tunggu! Jangan ditutup dulu!" serunya. Namun, seruan gadis itu tak terdengar karena jarak yang jauh. Dasar jarak. Menyusahkan manusia saja.

Rupanya, saat ini Rindou berdiri di depan gerbang sekolah. Lelaki itu menangkap sosok (Y/n) sedang berlari ke arahnya. Lebih tepatnya ke arah gerbang di belakang dirinya.

Lelaki itu menghela napas. Sebatang rokok yang masih utuh dan hanya terbakar sedikit pada ujungnya kini telah menyatu dengan aspal. Kemudian, Rindou menoleh ke belakang. Ia menyodorkan sekotak rokok ke arah pak satpam yang tengah berdiri di dalam posnya. Menunggu waktu tiba hingga bel masuk berbunyi.

"Buat Bapak."

Bersamaan dengan ucapan itu, sebungkus rokok itu pun diberikan begitu saja. Rindou bahkan membubuhkan senyum pada wajahnya. Senyum yang menunjukkan ada maksud lain dari perbuatan baiknya itu.

"Beneran nih, Mas?! Makasih banyak lho, Mas." Namun, kebahagiaan yang terlampau bahagia itu membuat si pak satpam tidak mengetahui maksud lain dari Rindou. Rindou sendiri pun tak ambil pusing. Justru bagus jika pak satpam itu tak mengetahui tujuan aslinya.

Ditolehkan kepalanya sekali lagi ke arah gerbang sekolah. Dengan langkah gontainya, (Y/n) perlahan masuk ke dalam area sekolah. Ia melirik ke arah Rindou. Tatapan kesal tampak kentara di lirikan matanya.

"Saya masuk dulu ya, Pak," pamit Rindou setelah ia memastikan (Y/n) sudah masuk ke dalam area sekolah. "Jangan lupa gerbangnya ditutup, Pak," imbuhnya.

"Siap!"

Sesuai dengan perkataan Rindou, pak satpam itu pun menutup gerbang sekolah hingga rapat. Menciptakan seruan kecewa bagi mereka yang masih berada di luar area sekolah. Sementara Rindou dengan langkah santainya berjalan ke kelasnya sendiri.

***

"Makan dulu, (Y/n)."

Diangkatlah kepalanya yang menelungkup dari atas meja. (Y/n) menatap lelaki di depannya itu dengan pandangan penuh tanda tanya. Rindou berdiri di sana dengan sekotak susu Milo rasa cokelat yang sedang ia minum.

"Makan dulu. Lo telat 'kan tadi pagi? Pasti lo gak sempet sarapan. Buruan makan," ujarnya yang lebih tepat dikatakan sebagai titah mutlak.

"Iya, makasih. Tapi, nanti aja mak—"

"Se. Ka. Rang."

Setiap suku kata yang diberikan penekanan oleh Rindou membuat (Y/n) memutar bola mata jengah. "Iya, iya. Puas 'kan lo?"

Dibukalah bungkus roti bermerek Iras Roti itu. Lalu, digigitnya pelan. Benar apa yang Rindou katakan. (Y/n) memang lapar, namun gadis itu cenderung malas untuk makan. Jika ibunya tidak mengingatkan dirinya untuk makan, mungkin dirinya bisa saja tak makan selama beberapa hari. Itu jika di rumah.

Di sekolah, Rindou-lah yang memberikan perhatian semacam itu. Meskipun kerap kali Rindou blak-blakkan tentang apa yang ia pikirkan, namun percayalah jika lelaki itu sangat peduli pada (Y/n). Hubungan pertemanan sejak mereka kecil terlampau lekat. Ibarat surat dan perangko.

"Mikirin apa sih? Ngelamun mulu," celetuk (Y/n). Ia sudah menghabiskan roti pemberian Rindou itu. Kini dirinya tengah meminum susu Milo rasa cokelat kesukaannya.

"Gak mikirin apa-apa," jawab Rindou tanpa memandang (Y/n).

"Ah, masa?" goda gadis itu. Menjahili Rindou memang sudah menjadi hobinya sejak dulu. Perbedaan memang ada banyak di antara mereka. Namun, keduanya sama-sama keras kepala. Yang pada akhirnya sering terjadi adu mulut berujung pada bacot-bacotan.

"Berisik."

Rindou mencuri pandang ke arah (Y/n). Namun, sekotak susu Milo yang berada di dalam genggaman (Y/n) membuat Rindou tersentak. Ia sontak menoleh ke atas meja. Tidak ada apa-apa di sana. Hanya plastik kosong bekas roti yang (Y/n) makan sebelumnya.

"Itu susu gue, njir! Kenapa lo minum?"

"Astaga, Rin. Lo itu cowok, gak punya susu!" seru (Y/n) kaget. Sepertinya gadis itu tidak tahu jika susu yang Rindou maksud adalah susu Milo rasa cokelat di tangannya.

Kesal, Rindou pun berdecak. "Maksud gue, susu Milo yang lo minum, anjir! Gue cuma beliin lo roti, gak ada minumannya!" tukasnya.

"Eh, iyakah?" Dikeluarkan sedotan itu dari dalam mulutnya. (Y/n) pun melirik Rindou di sisi kanannya. Lelaki itu seolah-olah sudah siap menerkam dirinya. Juga mengamuk atas apa yang telah ia lakukan.

Di dalam pikiran (Y/n) hanya terbesit satu kata: kabur.

Dengan cepat, (Y/n) bangkit dari duduknya. Suasana koridor yang ramai tak menghalangi dirinya berlari di sana. Justru ia merasa diuntungkan karena hal tersebut. Sementara Rindou yang merasa kesal pun berlari mengejar gadis itu. Ia tidak ingin susu Milo-nya dihabiskan oleh (Y/n) meskipun lelaki itu bisa membeli yang baru.

Sebenarnya Rindou tak marah. Ia hanya merasa kesal. Kesal karena (Y/n) yang tidak menyadarinya.

Ya, menyadari ciuman tak langsung itu.

━━━━━━━━━━━━━━━━

⸙;; nyiinyauww

Thank you for your request, sweetie!! ♡

I luv ya!
Wina🌻

06.11.22

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top