𖠵៸៸ ❛ ¹⁸ ' accidentally જ enzo ⸝⸝
𓏲࣪ ،، Accidentally ˊˎ-
"It was an accident, a happy accident."
🦋ꪶ Enzo x You ˒༢
⌨ ⋮ WEE!!! © Amoeba UwU
✎ ⋮ Story © BadassMochi
───────────
Netra itu menatap barisan kalimat yang terpampang di depannya. Puluhan itu menyatakan tentang berita yang seharusnya memberikan rasa bahagia kepada para pembacanya. Bukan wajah datar dan murung seperti milik sang gadis.
Perpisahan kelas dua belas.
Itulah kalimat yang tertera di paling atas surat. Berperan sebagai judul dari surat resmi itu. Yang kemudian di bagian bawahnya memberitahukan tempat di mana lokasi dan waktu perpisahan itu akan dilaksanakan. Hanya tersisa tiga hari lagi dan surat undangan resmi baru saja diberikan.
Bahkan terdapat dress code yang wajib digunakan ketika datang ke perpisahan yang diadakan di gedung yang cukup besar itu. Para siswa diwajibkan mengenakan kemeja dan jas. Tak lupa beserta dasinya. Sementara, para siswi harus memakai kebaya.
Oh, astaga. Rasanya (Y/n) ingin mengganti gender-nya menjadi laki-laki sekarang dan hanya perlu mengenakan kemeja beserta jas saja.
Sangat tak dapat (Y/n) bayangkan jika dirinya harus memakai kebaya yang begitu merepotkan dan membuatnya sulit berjalan akibat high heels di bawah telapak kakinya. Masalah high heels masih bisa diatasi olehnya, yakni diganti dengan sneakers putih kebanggaan (Y/n). Namun, bagaimana dengan kebayanya itu? Benar-benar tak dapat ia bayangkan.
Tangannya pun bergerak melipat kertas di genggamannya dengan wajah masam. Ia merasa bahwa perpisahan ini terasa begitu merepotkan. Padahal (Y/n) baru hanya membaca surat undangan resminya saja. Namun, ia sudah stress lebih dahulu.
Apakah (Y/n) benar-benar harus berubah menjadi laki-laki sekarang?
***
Nyatanya hingga saat ini (Y/n) tetaplah seorang perempuan.
Gadis itu sudah bertekad untuk tampil tidak mencolok dengan kebayanya yang berwarna navy. Kebayanya itu memang berbahan transparan sehingga tembus pandang. Namun, (Y/n) tidak mempermasalahkan hal itu. Yang menjadi masalah adalah bawahan kebayanya nanti. Ia sudah merengek pada ibunya agar dirinya tidak akan memakai rok lilit yang begitu ketat sehingga untuk duduk pun terasa sulit.
Tetapi, jawaban ibunya itu sudah (Y/n) duga. Adalah tetap memaksanya untuk memakai rok lilit yang meresahkan itu. Dengan demikian, (Y/n) pun mengeluarkan jurus andalannya.
"Kalo gitu, potong aja uang jajannya (Y/n)!" katanya demikian.
Ya, gadis itu merelakan uang jajannya. Namun, apa kata sang ibunda?
"Kamu udah lulus tahun ini. Mana ada uang jajan lagi, hah?"
Anjir. (Y/n) mengumpat dalam hatinya. Karena jika ia mengatakannya langsung, kemungkinan besar dirinya akan di-kick dari rumahnya sendiri. Well, lebih tepatnya rumah kedua orang tuanya.
"Ya udah! Ganti aja sama ngepel, nyapu, cuci piring, nyuci baju selama satu minggu!" balasnya lagi. Kini (Y/n) harus merelakan waktu ngulinya di game Genshin Impact. Apa lagi yang harus ia relakan jika ibunya masih menolak?
Ibunya itu pun menghela napas panjang. Anak gadisnya ini memang tidak pernah suka memakai pakaian yang feminin. Bahkan, ketika keluar rumah sekalipun pakaiannya adalah celana panjang dan hoodie. Lihat saja isi lemarinya. Semuanya dipenuhi oleh setelan yang sama. Hoodie dan celana panjang.
"Satu bulan," sahut ibunya.
Sontak (Y/n) melotot. Tidak, itu tidak mungkin. Sebentar lagi banner Kazuha akan keluar. Waktu yang tersisa nantinya tidak akan cukup untuk nguli. Masih banyak hal yang harus (Y/n) lakukan demi ayangnya itu.
"Dua minggu!" balas (Y/n) lagi.
"Tiga minggu aja."
"Dua setengah minggu deh!"
"Oke, deal."
Setelah persetujuan itu, (Y/n) pun akhirnya bisa terlepas dari siksaan akibat memakai rok lilit. Terima kasih para Archon.
***
Hari yang paling tidak (Y/n) tunggu pun tiba.
Lengkap dengan kebaya di tubuhnya itu, ia pun telah siap untuk berangkat ke tempat tujuan. Kali ini, ayahnya yang mengantar. Karena sangat tidak mungkin jika (Y/n) naik angkutan kota ataupun greb motor. Mengapa motor jika ada yang mobil? Jelas saja karena tarif yang mobil lebih mahal.
"Udah siap?"
Sontak (Y/n) pun mengangguk. Kemudian berjalan mengikuti ayahnya sebelum masuk ke dalam mobil. Beruntung, gadis itu tak perlu bersusah payah dengan memakai rok lilit yang ketat atau high heels yang pastinya akan mengganggu di setiap langkahnya.
***
Mobil itu pun berhenti tepat di tempat yang telah ditentukan. Di sepanjang perjalanan, wajah (Y/n) tampak masam. Ia benar-benar sudah merasa gerah di dalam balutan kebaya yang ia kenakan meskipun AC di mobil telah menyala. Rasanya gadis itu ingin cepat-cepat acara perpisahan ini usai dan akhirnya ia bisa mengganti pakaiannya dengan pakaian favoritnya itu. Celana panjang dan hoodie.
(Y/n) pun keluar dari mobil. Ayahnya langsung berjalan segera setelah ia turun dan mengucapkan agar dirinya bersenang-senang. Apanya yang bersenang-senang? Ia justru tengah sengsara dengan kebaya sialan ini!
Masuk ke dalam gedung, suasana yang sepi langsung menyambut (Y/n). Ke mana semua orang? Apakah dirinya datang terlalu cepat? (Y/n) merogoh tas tangannya milik ibunya itu. Di dalam sana, terdapat ponsel dan dompet miliknya. Beserta airpods yang diam dengan manis.
Jam di layar kunci ponselnya menunjukkan pukul sepuluh kurang lima menit. Itu berarti tersisa lima menit lagi sebelum acara akan dimulai. Namun, mengapa saat ini justru begitu sepi?
Suara langkah kaki yang mendekat membuat (Y/n) menoleh. Ia mendapati seseorang dalam balutan kemeja dan jas menghampirinya. Surainya yang didominasi oleh warna putih itu tampak mencolok. Ditambah dengan sebagiannya yang berwarna biru. Tampak estetik.
"Eh, Enzo."
Baru saja (Y/n) menyebut nama lelaki itu, Enzo yang belum sempat menyahut sontak merogoh saku celananya. Kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam sana. Seketika (Y/n) pun berpikir. Apakah Enzo hendak memamerkan ponsel iPhone-nya itu?
Jadi pengen aipon. Apa jual ginjal dulu, ya?
Pikiran melantur nan ngaco milik (Y/n) itu pun buyar ketika Enzo memanggil namanya. "(Y/n)."
"Yo," sahutnya.
Sahutan (Y/n) udah lakik banget, belum?
"Kok sepi ya, Zo? Kamu tau gak kenapa sepi?" tanya (Y/n). Berniat untuk membuka percakapan. Penyebabnya ialah dirinya membenci keheningan panjang dan canggung.
"Acaranya bukan hari ini, (Y/n)."
Seketika (Y/n) hanya bisa melongo. Ia melirik Enzo yang tengah menatapnya. Namun, sedetik kemudian ia pun menyadari.
"Terus, kamu sendiri ngapain di sini?" tanyanya heran.
Enzo pun menjawab setelah menghela napas, "Aku nggak baca informasi terbaru di grup angkatan."
Jawaban yang bagus. (Y/n) sendiri malah tidak tahu-menahu jika dirinya datang di tanggal yang salah. Lantas, untuk apa ia bangun di pagi hari hanya untuk dipaksa memakai make up oleh ibunya dan mengenakan kebaya?!
Tidak pantas sama sekali. Kudaranai, kiero!
Oke, sepertinya (Y/n) terlalu banyak nguli di jenshin impek.
"Pulang ah."
Dengan langkah santuynya, (Y/n) pun berbalik dari gedung itu untuk pulang. Namun, perkataan Enzo lagi-lagi menghentikan pergerakannya.
"Kamu mau pulang pake pakaian itu?" tanya Enzo.
Sontak (Y/n) berbalik dan menatap dirinya dari atas hingga bawah. Astaga, betapa bodoh dirinya bahkan tidak sadar jika ia masih mengenakan kebaya meresahkan ini.
"Oh, iya. Aku ganti dulu deh. Ribet."
Setelah kepalanya celingak-celinguk mencari letak toilet, (Y/n) pun akhirnya menemukannya. Ia melangkah ke sana, meninggalkan Enzo seorang diri. Sementara yang ditinggalkan pun tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya menggeser-geser layar utama ponselnya tanpa berniat untuk menjalankan satu aplikasi apapun.
Ciri khas orang gabut, seperti author dari buku ini. Kasian, gak ada notif chat. Mkst?
Setelah mengganti pakaiannya, (Y/n) pun kembali. Ia masih melihat Enzo di sana. Dengan tatapan yang tertuju ke arah ponsel di tangannya.
"Enzo! Jalan-jalan, yuk!"
Bak mendapat sengatan listrik, Enzo sontak kaget. Kaget karena suara (Y/n) yang tiba-tiba muncul, juga karena apa yang dikatakan oleh gadis itu. Jalan-jalan?
"Ayoooo!"
Entah dari mana ide gila itu datang, namun kini (Y/n) sudah menarik tangan Enzo. Lelaki itu pun berjalan beriringan dengannya. Lebih tepatnya, terpaksa.
Sabar ya, Mas Enzo.
***
Sejak beberapa puluh menit yang lalu, (Y/n) dan Enzo sudah berkeliling di mall itu. Dari lantai bawah hingga atas semuanya telah dikunjungi oleh mereka. Well, memang (Y/n)-lah yang mengajak lelaki itu.
Namun, percayalah, Enzo juga menyukainya. Diajak jalan, maksudnya. Bukan (Y/n)-nya.
"Mau makan apa?"
Kini mereka berdiri di depan sebuah restoran sushi yang tampak cukup ramai. Namun, masih ada beberapa meja yang kosong.
"Sushi?" sahut Enzo sambil memiringkan kepalanya.
Sontak (Y/n) tertawa setelah Enzo berkata demikian. "Kalo itu aku juga tau, Zo. Tapi, ya udahlah, ayo."
Mereka pun masuk ke dalam. Tatapan (Y/n) langsung bergerak mencari meja yang bisa ditempati. Ketika menemukannya, ia segera mengajak Enzo ke sana dan duduk dengan manis. Seorang pelayan pun menghampiri, lalu menanyakan apa pesanan mereka.
(Y/n) memesan ramen. Ia belum memakan apapun sejak pagi. Karena ia pikir dirinya akan mendapat makan di acara perpisahan yang salah tanggal ini. Sementara, Enzo memesan satu set sushi dengan berbagai varian rasa. Sebelumnya (Y/n) pun sudah melihat gambar makanan yang dipesan oleh Enzo. Namun, mendapati jumlah sushi yang ada di sana sangatlah sedikit, (Y/n) langsung menepis jauh-jauh pemikiran untuk memesan makanan itu. Tentu saja, karena ia tak akan kenyang.
"Silakan ditunggu ya, Kak."
Lucu banget dipanggil 'Kakak'. Biasanya dipanggil 'Ibu' melulu sama kurir paket. Emang wajahnya setua itu ya? Jadi overthinking, kan.
"(Y/n)."
Pikiran melantur dan ngaco di kepala (Y/n) itu pun buyar. Akibat suara cowok ganteng di hadapannya. Yang tengah menatap ke arah gadis itu saat ini.
"Ya?" Tumben sopan.
Enzo memandang (Y/n) sejenak. Namun, kemudian ia menggeleng. "Nggak jadi."
Pengen mukul, tapi untung ganteng.
Jika saja salah satu teman (Y/n) yang berkata demikian, dapat dijamin tangannya ini sudah melayang. Bisanya bikin anak orang penasaran aja. Memangnya itu bukan dosa, hah?
Makanan pesanan mereka pun tiba. Yang mengantar kali ini merupakan orang yang sama dengan yang sebelumnya. Hmm, fascinating.
Pelayan itu pun pergi setelah mereka mengucapkan terima kasih. Kemudian, masing-masing dari mereka menyantap makanan dalam diam. Meskipun demikian, di dalam hati mereka masing-masing, keduanya merasa bersyukur karena mereka datang di hari yang salah.
Apakah mereka ingin merasakan salah hari, lagi?
Tetapi, kali ini janjian dulu.
━━━━━━━━━━━━━━━━
Jujur, aku suka sama hasil dari request yang satu ini <( ̄︶ ̄)>
⸙;; BachiraLuv ⊱
Thank you for your request, sweetie!! ♡
I luv ya!
Wina🌻
07.29.22
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top